BAB 13 - Tidak Baik-Baik Saja

"Mas, kamu sudah makan terlalu banyak. Bagaimana kalau kamu berhenti dulu?" Aku menjadi gelisah hebat saat semua bubur ini dihabiskan Mas Sam, aku tidak berani untuk lebih lama berada dekat dengan Mas Sam seperti ini. Dia seperti menggila, tapi yang lebih kutakutkan adalah kesehatannya.

Mas Sam menoleh, dia tersenyum namun menatap ku dingin. "Masakan buatanmu sangat enak. Begitu enak, sampai aku tidak mau berbagi dengan siapa pun."

"Tapi, Mas----" sahutku dengan napas tersengal.

Secara tak terduga diam-diam Mas Sam meraih tanganku dan menggenggamnya, sensasi sentuhannya itu mengirimkan desir bahagia tapi juga menakutkan di sepanjang bulu kuduk dan merambat hampir ke seluruh pembuluh darah ku.

Tubuh Mas Sam seolah mengirim isyarat bahwa dirinya amat sangat memperhatikanku dalam momen ini. Membuat jantungku berdebar hebat, dan dia masih terus menikmati bubur itu, hatiku berteriak seolah memperingatkan untuk segera memaksanya berhenti sebelum ia tidak mampu lagi.

Semua orang berseloroh, tertawa bahkan menggoda seakan kami pengantin baru yang tengah dilanda kasmaran.

"Besok Berlian tidak usah masak, Ah." Mbak Rania menggerutu manja. "Bisa-bisa kita semua kelaparan, karena semua makanan dihabiskan Sam."

 Tidak lama setelah selesai makan, semua orang berkumpul di ruang tengah, menonton televisi bersama. Sementara aku bersama Mbak Aina mencuci piring di dapur.

"Mbak, biar aku saja yang cuci. Mbak masuk saja ke dalam." Kataku.

"Loh, mana bisa. Kita kerjakan sama-sama, ya."

"Jangan Mbak," sergahku, "Mbak kan lagi hamil, jangan terlalu capek."

Tatapan Mbak Aina tertuju lekat-lekat ke mata ku, sorot khawatir terpancar di matanya. "Kalau tidak biasa gerak juga tidak baik Berlian. Hamil bukan alasan untuk diam kan? Tapi yang pasti, kehamilan yang sekarang belum terlalu menguras stamina---" Dia mendongak ke atas, menatap pada langit-langit dapur, baru kemudian kembali menatapku.

"Nanti Berlian pasti bakal berpikir yang sama kalau seperti ini... "

Seperti itu? Maksudnya hamil?

Lalu Mbak Aina mengelap tangannya dan menggenggam erat tanganku ketika ia kembali mengungkapkan keinginannya, keinginan yang syarat halusinasi dan memabukkan.

"Kalau kita mengandung dalam waktu yang sama pasti sangat menyenangkan, ya Berlian? Kita bisa sama-sama cek kandungan, saling berbagi cerita soal kehamilan. Belum lagi kalau misal mengidam; coba bayangkan bagaimana Kak Asa dan Kak Sam kerepotan? Pasti seru!" Mbak Aina memberikan aku sebuah khayalan yang membuatku hampir terbuai. Sempat aku pun bersimpati padanya, saat dia tersenyum padaku sambil berujar, mendoakan;

"Semoga nanti Berlian dan Kak Sam segera diberikan keturunan, biar kita bisa sama-sama merawat anak-anak kita. Terus semoga keluarga kita selalu diberikan kebahagiaan dan kesehatan."

Seketika langit hatiku runtuh saat mendengar rapalan doa Mbak Aina yang begitu tulus. Diriku serasa kehilangan seluruh jejak waktu, aku bahkan hampir menangis dengan perasaan gamang karena merasa bahagia dan tersentuh. Oh Tuhan ku, bagaimana bisa orang ini tega mengkhianati sahabatnya sendiri? Bagaimana bisa orang di depanku ini bisa mendoakan kebaikan untuk seseorang yang memiliki niat jahat untuknya?

"Mbak Aina, mantan kekasih Mas Sam----memangnya tidak sungkan mendoakan ku untuk segera hamil?" Kataku tanpa aba-aba. Seolah bibir ini bergerak tanpa kendali.

"Mengapa bertanya begitu?" Mbak Aina memandang ku agak heran. Dan entahlah, aku sendiri juga tak tahu mengapa aku bertanya begitu. "Berlian jangan terjebak kisah yang lalu ya, Aku dan Kak Sam tidak punya hubungan apa pun, jadi kami pun tidak akan terikat dengan perasaan macam cemburu atau yang lain. Sekarang kita sudah memiliki jalan cerita masing-masing. Bukankah sekarang semua ini berjalan sangat indah? Kita hidup berdampingan sebagai keluarga, dan saling mendoakan untuk kebaikan adalah salah satu bentuk kita menempatkan cinta ... "

Aku hanya diam dan membisu, sementara ilusi terus menggerayangi kepalaku. Sungguh semua nampak nyata seolah kebahagiaan memang membuka pintunya untukku, dan aku hanya tinggal melangkah masuk. Tapi benarkah semudah itu?

"Kenapa murung, Berlian? Kamu masih meragukan ucapanku ya? Maaf, kalau kamu jadi tak nyaman atau cemburu." Katanya, dan aku langsung gugup. "Tapi bukankah cemburu itu tandanya cinta?"

"Bagaimana mungkin Mbak?---"

"Apanya yang 'bagaimana mungkin'? Kalian sudah menikah, punya rasa cemburu itu wajar."

"Tidak. Bukan begitu, Mbak. Hanya saja, Mas Sam menikahi ku karena permintaan Mama, kami menikah karena perjodohan, bukan karena perasaan."

"Cinta tumbuh bisa sebelum atau sesudah menikah. Tidak perlu melihat awal pernikahan kalian yang bagaimana, tapi coba lihatlah sekarang?! Bagaimana Kak Sam begitu menghormati dan menyanjungmu, dan kamu yang sudah khawatir bahkan cemburu. Kalau dua perasaan yang sama bertemu, lalu apa yang perlu dirisaukan?"

Begitulah Mbak Aina membuat hatiku dilema. Pandangan semacam itu cocok untuknya, tapi sayang hubungan ku dan Mas Sam tidak sesederhana yang dia bayangkan. Aku masih ingat betul saat dulu Mas Sam berkata; Kamu memiliki alasan untuk menikah denganku, begitu pun aku. Dengan penegasannya itu, jelas masih banyak yang tersembunyi di antara kami, aku dengan keinginan balas dendam ku, dan Mas Sam dengan alasannya yang aku tidak tahu.

Sesungguhnya aku terharu pada hubunganku dan Mbak Aina yang bisa lumayan akrab. Kesanku, dia orang yang cukup objektif memberi penilaian. Dia baik, rendah hati dan apa adanya.

Bagaimana bisa aku menyakiti orang seperti itu? Dan mengapa pula kami jadi bicara persoalan ini? Benarkah menurutnya kalau aku sedang cemburu?

Untuk menghindari rasa bingung, aku mengalihkan pandangan sejenak. Kulihat yang lain asyik berseru menonton TV, pertandingan sepak bola Timnas melawan Argentina dalam laga persahabatan.

Perhatianku pun berpusat pada Mas Sam yang beranjak menjauh dari yang lain, sepertinya menuju kamar. Jantungku mencelus saat kuperhatikan wajah Mas Sam memucat.

"Ada apa?" Seru Mbak Aina, saat aku lekas mengelap tangan dan membereskan piring yang dari tadi kami cuci.

Ketakutan menghantui ku sampai rasanya mual berat, Mbak Aina masih menantikan penjelasan dari ku. Dan aku tak akan membuatnya menunggu lama, aku akan .

"Tadi barusan kulihat Mas Sam ke kamar. Aku tidak tahu apa yang terjadi, hanya aku sedikit khawatir karena wajahnya terlihat pucat di banding biasanya. Aku khawatir Mbak, jadi mau kulihat dulu keadaannya untuk memastikan."

"Oh--kamu benar," ujar Mbak Aina panik. "Mungkin ada yang salah dengannya dan perlu bantuanmu."

Aku mengangguk dan melempar lap ke samping wastafel. "Sebentar ya Mbak."

Meski rencanaku untuk Mbak Aina gagal, tapi setidaknya aku mendapat banyak pelajaran darinya. Pelajaran apa? aku sendiri juga tidak terlalu paham, cuma mengobrol dengannya barusan, aku seolah cocok untuk bertukar pikiran.

Dan Mas Sam, apa yang terjadi denganmu? Semoga kamu baik-baik saja... Aku akui, malam ini aku sangat khawatir denganmu.

Terpopuler

Comments

Eva Karmita

Eva Karmita

Sam seperti itu karena ulahmu Berlian kamu bodoh masih percaya sodaramu c Laras

2023-12-14

1

Regita Regita

Regita Regita

Berlian mulai menilai seluruh anggota keluarga Anta Reza bahkan anak menantunya sekalian. dan, penilaian nya pasti baik dong, org yg jahat itu kan si Laras

2023-12-14

1

Sri Rahayu

Sri Rahayu

kebanyakan makan bubur kacang hijau buatan Berlian jadi Sam pucat....mau buang air kali 🤣🤣🤣🤭🤭🤭

2023-12-14

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 00 - Pintu Cerita
2 BAB 01 - Pertemuan Pertama
3 BAB 02 - Kita Menikah
4 BAB 03 - Samudera Yang Misterius
5 BAB 04 - Teka-Teki Dendam Ini
6 BAB 05 - Ipar
7 BAB 06 - Buatlah Dia Cinta
8 BAB 07 - Ruang Makan
9 BAB 08 - Saudari Jahat Hati
10 BAB 09 - Usaha Yang Tak Biasa
11 BAB 10 - Jejak Pertama
12 BAB 11 - Balas Dendam
13 BAB 12 - Siapa Sangka
14 BAB 13 - Tidak Baik-Baik Saja
15 BAB 14 - Yang Tak Terduga
16 BAB 15 - Hatimu Tak Seindah Namamu
17 BAB 16 - Lebih Baik Berpisah
18 BAB 17 - Suami Sejati
19 BAB 18 - Seluas Samudera, Banyak Yang Tak Terduga
20 BAB 19 - Siapa yang Berharga?
21 BAB 20 - Menggoda Dia
22 BAB 21 - Permohonan Ulang Tahun
23 BAB 22 - Istri Tentara
24 BAB 23 - Masa Lalu
25 BAB 24 - Perempuan Jahat
26 BAB 25 - Mencari Jalan Yang Benar
27 BAB 26 - Soal Cerita Yang Lalu
28 BAB 27 - Dinginnya Angin, Malam Ini
29 BAB 28 - Menyambut Pagi Bersama?
30 BAB 29 - Teka Teki yang Masih Mengawang
31 BAB 30 - Aku Akan Mundur
32 BAB 31 - Suara Ghaib
33 BAB 32 - Ketahuan
34 BAB 33 - Tolong Jaga!
35 BAB 34 - Kabar Buruk
36 BAB 35 - Kiamat Angkasa
37 BAB 36 - Bagaimana Perasaanmu?
38 BAB 37 - Kepercayaan Yang Sudah Pudar
39 BAB 38 - Dia Menjauh, Aku terluka
40 BAB 39 - Diam-Diam Kami Datang
41 BAB 40 - Tekad Ini Berubah
42 BAB 41 - Momen (Terakhir) Kita
43 BAB 42 - Pelampiasan
44 BAB 43 - Emosi Membakar Diri
45 BAB 44 - Makan Batunya
46 BAB 45 - Mengejar Maaf Kamu
47 BAB 46 - Lelaki Misterius
48 BAB 47 - Istri Terbaik
49 BAB 48 - Tanda tanda Kejujuran Samudera
50 BAB 49 - Mahesa
51 BAB 50 - Semesta Dia
52 BAB 51 - Prajurit Terbaik Negara
53 BAB 52 - Cinta Sejati
54 BAB 53 - Cinta Samudera
55 BAB 54 - Penyesalan Terdalam
56 BAB 55 - Kehilangan Aina
57 BAB 56 - Mulai Dari Awal
58 BAB 57 - Mari Hidup Bersama
59 BAB 58 - Kejujuran
60 BAB 59 - Naluri Wanita
61 BAB 60 - Cemburu
62 BAB 61 - Suami, Pendamping Terhebat
63 BAB 62 - Pengemis Maaf
64 BAB 63 - Goresan di Hati Sebening Kristal
65 BAB 64 - Bukan untuk Berlian, Tapi Karena Kepercayaan
66 BAB 65 - Aku Tidak Buta, Aku Tidak Tuli
67 BAB 66 - Adil yang Bagaimana Bagi Mereka?
68 BAB 67 - Sentuhan Terakhir
69 BAB 68 - Air Mata dan Air Hujan
70 BAB 69 - Hari Pertama Sebelum Perpisahan
71 BAB 70 - Mengukir Kenangan di Hari Kedua
72 BAB 71 - Hari Ketiga Dan Perpisahan Kita
73 BAB 72 - Sayonara Samudera Ananta
74 BAB 73 - Masih Dengan Usahanya
75 BAB 74 - Di Malam yang Kelabu, Air Matanya Samar
76 BAB 75 - Karunia Terindah Dari Tuhan
77 BAB 76 - Yang Hadir Saat Dia Pergi
78 BAB 77 - Semua Menjadi Asing
79 Kok Ga Up, Thor ? 🫵
80 BAB 78 - Dia Masih Menjagamu
81 BAB 79 - Saudari Ku Kembali
82 BAB 80 - Saudari Sejati Yang Baik Hati
83 BAB 81 - Mas, Aku Minta Maaf
84 BAB 82 - Mata Samudera
85 BAB 83 - Masa Depan
86 BAB 84 - Kembar Jilid 2
87 POV Author unchihah sanskeh
88 Nah, Author Kembali Lagi
89 BONUS VIDEO VISUALISASI
Episodes

Updated 89 Episodes

1
BAB 00 - Pintu Cerita
2
BAB 01 - Pertemuan Pertama
3
BAB 02 - Kita Menikah
4
BAB 03 - Samudera Yang Misterius
5
BAB 04 - Teka-Teki Dendam Ini
6
BAB 05 - Ipar
7
BAB 06 - Buatlah Dia Cinta
8
BAB 07 - Ruang Makan
9
BAB 08 - Saudari Jahat Hati
10
BAB 09 - Usaha Yang Tak Biasa
11
BAB 10 - Jejak Pertama
12
BAB 11 - Balas Dendam
13
BAB 12 - Siapa Sangka
14
BAB 13 - Tidak Baik-Baik Saja
15
BAB 14 - Yang Tak Terduga
16
BAB 15 - Hatimu Tak Seindah Namamu
17
BAB 16 - Lebih Baik Berpisah
18
BAB 17 - Suami Sejati
19
BAB 18 - Seluas Samudera, Banyak Yang Tak Terduga
20
BAB 19 - Siapa yang Berharga?
21
BAB 20 - Menggoda Dia
22
BAB 21 - Permohonan Ulang Tahun
23
BAB 22 - Istri Tentara
24
BAB 23 - Masa Lalu
25
BAB 24 - Perempuan Jahat
26
BAB 25 - Mencari Jalan Yang Benar
27
BAB 26 - Soal Cerita Yang Lalu
28
BAB 27 - Dinginnya Angin, Malam Ini
29
BAB 28 - Menyambut Pagi Bersama?
30
BAB 29 - Teka Teki yang Masih Mengawang
31
BAB 30 - Aku Akan Mundur
32
BAB 31 - Suara Ghaib
33
BAB 32 - Ketahuan
34
BAB 33 - Tolong Jaga!
35
BAB 34 - Kabar Buruk
36
BAB 35 - Kiamat Angkasa
37
BAB 36 - Bagaimana Perasaanmu?
38
BAB 37 - Kepercayaan Yang Sudah Pudar
39
BAB 38 - Dia Menjauh, Aku terluka
40
BAB 39 - Diam-Diam Kami Datang
41
BAB 40 - Tekad Ini Berubah
42
BAB 41 - Momen (Terakhir) Kita
43
BAB 42 - Pelampiasan
44
BAB 43 - Emosi Membakar Diri
45
BAB 44 - Makan Batunya
46
BAB 45 - Mengejar Maaf Kamu
47
BAB 46 - Lelaki Misterius
48
BAB 47 - Istri Terbaik
49
BAB 48 - Tanda tanda Kejujuran Samudera
50
BAB 49 - Mahesa
51
BAB 50 - Semesta Dia
52
BAB 51 - Prajurit Terbaik Negara
53
BAB 52 - Cinta Sejati
54
BAB 53 - Cinta Samudera
55
BAB 54 - Penyesalan Terdalam
56
BAB 55 - Kehilangan Aina
57
BAB 56 - Mulai Dari Awal
58
BAB 57 - Mari Hidup Bersama
59
BAB 58 - Kejujuran
60
BAB 59 - Naluri Wanita
61
BAB 60 - Cemburu
62
BAB 61 - Suami, Pendamping Terhebat
63
BAB 62 - Pengemis Maaf
64
BAB 63 - Goresan di Hati Sebening Kristal
65
BAB 64 - Bukan untuk Berlian, Tapi Karena Kepercayaan
66
BAB 65 - Aku Tidak Buta, Aku Tidak Tuli
67
BAB 66 - Adil yang Bagaimana Bagi Mereka?
68
BAB 67 - Sentuhan Terakhir
69
BAB 68 - Air Mata dan Air Hujan
70
BAB 69 - Hari Pertama Sebelum Perpisahan
71
BAB 70 - Mengukir Kenangan di Hari Kedua
72
BAB 71 - Hari Ketiga Dan Perpisahan Kita
73
BAB 72 - Sayonara Samudera Ananta
74
BAB 73 - Masih Dengan Usahanya
75
BAB 74 - Di Malam yang Kelabu, Air Matanya Samar
76
BAB 75 - Karunia Terindah Dari Tuhan
77
BAB 76 - Yang Hadir Saat Dia Pergi
78
BAB 77 - Semua Menjadi Asing
79
Kok Ga Up, Thor ? 🫵
80
BAB 78 - Dia Masih Menjagamu
81
BAB 79 - Saudari Ku Kembali
82
BAB 80 - Saudari Sejati Yang Baik Hati
83
BAB 81 - Mas, Aku Minta Maaf
84
BAB 82 - Mata Samudera
85
BAB 83 - Masa Depan
86
BAB 84 - Kembar Jilid 2
87
POV Author unchihah sanskeh
88
Nah, Author Kembali Lagi
89
BONUS VIDEO VISUALISASI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!