BAB 01 - Pertemuan Pertama

"Berlian?"

Aku segera menoleh saat panggilan lembut dari Ibu Kania memanggilku, suaranya khas dibalut nada suara yang rendah membuatku tak mampu memandang matanya yang masih cerah.

"Ya, bu." Sahutku, masih dengan ekspresi kepura-puraan. Berpura-pura baik dan sama lembut dengannya, lebih tepatnya.

Ibu Kania duduk di kursi pelanggan toko, dan aku tidak terlalu bodoh untuk mengerti bahwa dia menginginkan aku untuk duduk di sebelahnya saat itu.

Aku segera menarik kursi. Lalu Ibu Kania mengutarakan niatnya padaku, seolah memberi berita yang teramat penting untuknya.

"Menikah?" timpal ku sambil mengerutkan dahi.

"Ya," jawabnya. "Ibu tahu Berlian baru kerja di sini, dan kita belum terlalu mengenal baik. Tapi, tiga bulan bagi Ibu sudah cukup untuk memantapkan keyakinan. Ibu memiliki satu orang putra lagi yang masih lajang sama seperti Berlian, niatnya Ibu mau menjodohkan kalian."

"Maaf bu," sergahku ragu-ragu, walaupun sebenarnya di dalam hati memang ini lah yang aku tunggu. "Tapi... Berlian takut ga cocok sama anak Ibu. Bukan maksud yang lain Bu, tapi Ibu juga tahu Berlian ini orang yang seperti apa. Bukan anak sekolahan, bukan juga dari keluarga terpandang seperti Ibu dan Bapak Anta ... "

Ibu Kania hanya tersenyum, dan meraih kedua tanganku di atas meja. Dia menggenggam ku begitu lembut dan tenang, nampak seperti Ibu kandung sungguhan.

"Berlian belum tahu anak Ibu kan? Atau sudah pernah lihat?"

"Belum, Bu," ujarku. "Belum pernah ketemu."

"Nanti ketemu, sore ini dia kemari." Sahutnya percaya diri. "Anak Ibu baru pulang dinas kemarin."

Aku hanya bisa mengangguk, mengangguk pelan, sebagai tanda kuterima tawaran Ibu Kania yang memang kuinginkan.

Hari ini, setelah mendapat kabar perjodohan kami itu, Ibu Kania pamit dan memberikan ku kesempatan untuk bersiap sampai nanti sore. Karena itu aku langsung bergegas merapikan toko. Tidak lupa, sedikit berdandan feminin untuk memberikan kesan pertemuan yang baik dengan anak majikanku itu. Kukenakan pakaian terusan dengan rok di bawah lutut agar tampak sopan dan sedikit terhormat. Sebuah dress warna biru pastel yang kubeli menjelang tahun baru di sebuah toko busana super murah.

Sialnya, bahkan setelah jam menunjukkan pukul 17.00 belum ada yang datang ke sini. Bosan, rasanya seluruh bedak yang kukenakan mulai luntur. Semangatku sedikit pudar, meski mungkin kedatangan mereka tertunda karena hujan yang turun sepanjang sore ini.

"Sepertinya tidak jadi."

Aku menghela napas dengan perasaan malas, dan bangkit dari kursi untuk menutup gorden jendela.

"Oh! Aku lupa memasukkan papan menu ke dalam!"

Sekali lagi aku kewalahan, penantian membuat ku lupa soal barang-barang. Hujan hampir mengguyur habis papan menu yang terpajang di luar toko. Dengan cepat aku keluar, melawan angin yang memukul badanku lewat udaranya yang dingin dan basah.

"Awas!"

Tiba-tiba datang suara pria dalam jarak yang sangat dekat.

Aku hampir tidak menyadari keberadaan pria itu sebelum dia menarik ku ke arahnya. Dia merangkul tubuhku dan bisa kurasakan kepala ku ditutup oleh lengan besar agar aman.

Sempat aku membeku dalam pelukannya, sebab ini baru pertama kali aku bersentuhan langsung dengan pria.

Aku langsung menengadah. Melihat ke atas. Menelusuri sepasang tangan berotot yang terpahat halus dengan kulitnya yang berwarna cokelat. Perut yang rata dan dada bidangnya terbungkus kemeja hitam berlengan panjang yang digulungnya rapi sebatas lengan. Sepasang mata gelapnya menatapku tanpa berkedip.

"Maaf Pak, tokonya sudah tutup." Kataku gelisah.

Pria itu mengernyit, mengedarkan pandangannya ke jalanan tanpa memperdulikan ucapan ku, kemudian kembali menatap ku. "Perhatikan sekitar. Banyak benda terbawa angin, kalau benda ini mengenai kepalamu----" Katanya.

Dia melepaskan tubuhku, dan aku langsung memandang benda plastik semacam tutup kotak sampah kecil yang ada di tangannya.

Aku meneguk liur kasar, kemudian menatap pria itu lagi. "Terima kasih, Pak."

Dia melewati ku dan membungkuk mengambil papan menu yang tadi ingin kuambil. Pada saat itulah pula perhatianku teralihkan pada sesosok pria yang tadi menyelamatkanku, pria dengan tubuh tinggi tegap yang sepertinya berumur hampir tiga puluhan.

Tanpa sadar aku terus mengamati pria ini, dia tampak sangat kuat, dan sejenak kupusatkan pandangan pada anatomi tubuhnya yang berotot. Lekuk maskulin yang sensual itu seakan menyelinap ke dalam diriku, membuat tubuhku meremang.

"Jangan melamun lagi. Masuklah, di luar sini angin sangat kencang." Tanpa kusadari pria itu kembali menyapa, menyadarkan aku dari lamunan.

"O-oh maaf. Sekali lagi Terima kasih Pak." Sahutku tergagap layaknya gadis ingusan yang kasmaran.

Dengan kaki yang melemas, aku buru-buru masuk ke toko. Tetapi dalam sekejap pula aku kembali terkejut karena pria itu menyusul ku dari belakang.

"Maaf Pak, tapi tokonya sudah tutup." Kataku.

"Aku tahu," jawabnya. "Aku ke sini bukan untuk membeli kue."

Mata pria itu memancarkan warna keperakan yang meluluhkan, dan sekali lagi tubuhku gemetar akibat dalamnya sorot mata itu.

"Aku anak Ibu Kania; Bintang Samudera. Kamu sudah tahu aku akan ke sini kan?" Katanya, dan Aku langsung terdiam.

"Bisa buka kan pintunya?"

Aku tidak dapat mendengar suara pria itu, rasanya aku tidak dapat bereaksi apa pun sampai beberapa saat pria ini menggenggam tanganku lewat celah pintu yang belum tertutup sempurna. "Nona?"

"Anak Ibu Kania." Kataku tergagap. Sekarang aku sudah tahu nama pria yang akan menjadi target pembalasan dendam ku dan Laras. Tapi, aku sungguh terkejut saat berhadapan dan bertemu langsung dengannya, ternyata begitu menyihir dan indah, dan saat ini tolong .... sadarlah, Berlian.

"Pak Samudera."

Langsung ku bukakan pintu dengan cepat. Sungguh berdebar.

Ketika dia duduk di bangku paling tengah toko, aku datang mengantar kopi dan kue pukis lumer untuknya. Rasanya lezat dan hangat, cocok untuknya yang kedinginan.

"Aku tidak tahu kalau Bapak akan ke sini, sepanjang sore ini hujan deras. Jadi aku pikir batal ke sini."

Dia hanya diam sambil mengelap badannya dengan handuk kecil saat aku kembali menyapa.

"Ya, maaf karena terlambat." Sambutnya lembut, tapi juga dingin, sedingin udara sore ini.

Kami saling berpandangan, menduga-duga dan saling bertanya-tanya, seolah di kepala ini penuh hujaman yang menginginkan kami untuk segera akrab.

"Aku sudah memberitahu siapa diriku, tapi sampai sekarang aku belum tahu siapa nama mu?"

"Oh, aku Berlian, Pak. Azizah Berliana." Jawabku sambil tersenyum dan mengulurkan tangan padanya.

Dia kembali diam, hingga untuk kesekian kalinya kami kembali hening dan kaku. Tangan ku perlahan-lahan ku tarik kembali, karena ia tak membalas jabatan tangan yang kutawarkan.

Seperti orang gila, aku bertanya-tanya dan benar-benar dilema, dipanggang kebingungan yang amat sangat ketika dia hanya memilih untuk mendiamkan aku.

Mungkinkah dia tak tertarik padaku? Atau kesan pertama ku sangat jelek di matanya? Lalu bagaimana perjodohan kami, kalau dia menolak? Rencanaku jelas akan gagal.

"Kamu tahu tentang keinginan ibuku?" Tanyanya.

Sontak aku langsung menaikkan wajah, menatapnya. "Ya, Pak?"

"Aku pria yang lebih tua 8 tahun darimu, kita pun baru satu kali bertemu. Apakah tidak masalah untukmu menikah dengan ku?"

...****************...

...Visual...

...Bintang Samudera Ananta...

...Azizah Berliana...

Terpopuler

Comments

RithaMartinE

RithaMartinE

suka visualnya 😍

2024-09-21

0

lili

lili

cucok visualnya ganteng dan cantik .....🥰🥰🥰

2024-01-21

1

Sitty Al Hanuppa

Sitty Al Hanuppa

mampir Thor visual bintang samudra ganteng gak ada obat,, berlian juga cantik,, imut Aku suka ❤️❤️😍😍

2023-12-16

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 00 - Pintu Cerita
2 BAB 01 - Pertemuan Pertama
3 BAB 02 - Kita Menikah
4 BAB 03 - Samudera Yang Misterius
5 BAB 04 - Teka-Teki Dendam Ini
6 BAB 05 - Ipar
7 BAB 06 - Buatlah Dia Cinta
8 BAB 07 - Ruang Makan
9 BAB 08 - Saudari Jahat Hati
10 BAB 09 - Usaha Yang Tak Biasa
11 BAB 10 - Jejak Pertama
12 BAB 11 - Balas Dendam
13 BAB 12 - Siapa Sangka
14 BAB 13 - Tidak Baik-Baik Saja
15 BAB 14 - Yang Tak Terduga
16 BAB 15 - Hatimu Tak Seindah Namamu
17 BAB 16 - Lebih Baik Berpisah
18 BAB 17 - Suami Sejati
19 BAB 18 - Seluas Samudera, Banyak Yang Tak Terduga
20 BAB 19 - Siapa yang Berharga?
21 BAB 20 - Menggoda Dia
22 BAB 21 - Permohonan Ulang Tahun
23 BAB 22 - Istri Tentara
24 BAB 23 - Masa Lalu
25 BAB 24 - Perempuan Jahat
26 BAB 25 - Mencari Jalan Yang Benar
27 BAB 26 - Soal Cerita Yang Lalu
28 BAB 27 - Dinginnya Angin, Malam Ini
29 BAB 28 - Menyambut Pagi Bersama?
30 BAB 29 - Teka Teki yang Masih Mengawang
31 BAB 30 - Aku Akan Mundur
32 BAB 31 - Suara Ghaib
33 BAB 32 - Ketahuan
34 BAB 33 - Tolong Jaga!
35 BAB 34 - Kabar Buruk
36 BAB 35 - Kiamat Angkasa
37 BAB 36 - Bagaimana Perasaanmu?
38 BAB 37 - Kepercayaan Yang Sudah Pudar
39 BAB 38 - Dia Menjauh, Aku terluka
40 BAB 39 - Diam-Diam Kami Datang
41 BAB 40 - Tekad Ini Berubah
42 BAB 41 - Momen (Terakhir) Kita
43 BAB 42 - Pelampiasan
44 BAB 43 - Emosi Membakar Diri
45 BAB 44 - Makan Batunya
46 BAB 45 - Mengejar Maaf Kamu
47 BAB 46 - Lelaki Misterius
48 BAB 47 - Istri Terbaik
49 BAB 48 - Tanda tanda Kejujuran Samudera
50 BAB 49 - Mahesa
51 BAB 50 - Semesta Dia
52 BAB 51 - Prajurit Terbaik Negara
53 BAB 52 - Cinta Sejati
54 BAB 53 - Cinta Samudera
55 BAB 54 - Penyesalan Terdalam
56 BAB 55 - Kehilangan Aina
57 BAB 56 - Mulai Dari Awal
58 BAB 57 - Mari Hidup Bersama
59 BAB 58 - Kejujuran
60 BAB 59 - Naluri Wanita
61 BAB 60 - Cemburu
62 BAB 61 - Suami, Pendamping Terhebat
63 BAB 62 - Pengemis Maaf
64 BAB 63 - Goresan di Hati Sebening Kristal
65 BAB 64 - Bukan untuk Berlian, Tapi Karena Kepercayaan
66 BAB 65 - Aku Tidak Buta, Aku Tidak Tuli
67 BAB 66 - Adil yang Bagaimana Bagi Mereka?
68 BAB 67 - Sentuhan Terakhir
69 BAB 68 - Air Mata dan Air Hujan
70 BAB 69 - Hari Pertama Sebelum Perpisahan
71 BAB 70 - Mengukir Kenangan di Hari Kedua
72 BAB 71 - Hari Ketiga Dan Perpisahan Kita
73 BAB 72 - Sayonara Samudera Ananta
74 BAB 73 - Masih Dengan Usahanya
75 BAB 74 - Di Malam yang Kelabu, Air Matanya Samar
76 BAB 75 - Karunia Terindah Dari Tuhan
77 BAB 76 - Yang Hadir Saat Dia Pergi
78 BAB 77 - Semua Menjadi Asing
79 Kok Ga Up, Thor ? 🫵
80 BAB 78 - Dia Masih Menjagamu
81 BAB 79 - Saudari Ku Kembali
82 BAB 80 - Saudari Sejati Yang Baik Hati
83 BAB 81 - Mas, Aku Minta Maaf
84 BAB 82 - Mata Samudera
85 BAB 83 - Masa Depan
86 BAB 84 - Kembar Jilid 2
87 POV Author unchihah sanskeh
88 Nah, Author Kembali Lagi
89 BONUS VIDEO VISUALISASI
Episodes

Updated 89 Episodes

1
BAB 00 - Pintu Cerita
2
BAB 01 - Pertemuan Pertama
3
BAB 02 - Kita Menikah
4
BAB 03 - Samudera Yang Misterius
5
BAB 04 - Teka-Teki Dendam Ini
6
BAB 05 - Ipar
7
BAB 06 - Buatlah Dia Cinta
8
BAB 07 - Ruang Makan
9
BAB 08 - Saudari Jahat Hati
10
BAB 09 - Usaha Yang Tak Biasa
11
BAB 10 - Jejak Pertama
12
BAB 11 - Balas Dendam
13
BAB 12 - Siapa Sangka
14
BAB 13 - Tidak Baik-Baik Saja
15
BAB 14 - Yang Tak Terduga
16
BAB 15 - Hatimu Tak Seindah Namamu
17
BAB 16 - Lebih Baik Berpisah
18
BAB 17 - Suami Sejati
19
BAB 18 - Seluas Samudera, Banyak Yang Tak Terduga
20
BAB 19 - Siapa yang Berharga?
21
BAB 20 - Menggoda Dia
22
BAB 21 - Permohonan Ulang Tahun
23
BAB 22 - Istri Tentara
24
BAB 23 - Masa Lalu
25
BAB 24 - Perempuan Jahat
26
BAB 25 - Mencari Jalan Yang Benar
27
BAB 26 - Soal Cerita Yang Lalu
28
BAB 27 - Dinginnya Angin, Malam Ini
29
BAB 28 - Menyambut Pagi Bersama?
30
BAB 29 - Teka Teki yang Masih Mengawang
31
BAB 30 - Aku Akan Mundur
32
BAB 31 - Suara Ghaib
33
BAB 32 - Ketahuan
34
BAB 33 - Tolong Jaga!
35
BAB 34 - Kabar Buruk
36
BAB 35 - Kiamat Angkasa
37
BAB 36 - Bagaimana Perasaanmu?
38
BAB 37 - Kepercayaan Yang Sudah Pudar
39
BAB 38 - Dia Menjauh, Aku terluka
40
BAB 39 - Diam-Diam Kami Datang
41
BAB 40 - Tekad Ini Berubah
42
BAB 41 - Momen (Terakhir) Kita
43
BAB 42 - Pelampiasan
44
BAB 43 - Emosi Membakar Diri
45
BAB 44 - Makan Batunya
46
BAB 45 - Mengejar Maaf Kamu
47
BAB 46 - Lelaki Misterius
48
BAB 47 - Istri Terbaik
49
BAB 48 - Tanda tanda Kejujuran Samudera
50
BAB 49 - Mahesa
51
BAB 50 - Semesta Dia
52
BAB 51 - Prajurit Terbaik Negara
53
BAB 52 - Cinta Sejati
54
BAB 53 - Cinta Samudera
55
BAB 54 - Penyesalan Terdalam
56
BAB 55 - Kehilangan Aina
57
BAB 56 - Mulai Dari Awal
58
BAB 57 - Mari Hidup Bersama
59
BAB 58 - Kejujuran
60
BAB 59 - Naluri Wanita
61
BAB 60 - Cemburu
62
BAB 61 - Suami, Pendamping Terhebat
63
BAB 62 - Pengemis Maaf
64
BAB 63 - Goresan di Hati Sebening Kristal
65
BAB 64 - Bukan untuk Berlian, Tapi Karena Kepercayaan
66
BAB 65 - Aku Tidak Buta, Aku Tidak Tuli
67
BAB 66 - Adil yang Bagaimana Bagi Mereka?
68
BAB 67 - Sentuhan Terakhir
69
BAB 68 - Air Mata dan Air Hujan
70
BAB 69 - Hari Pertama Sebelum Perpisahan
71
BAB 70 - Mengukir Kenangan di Hari Kedua
72
BAB 71 - Hari Ketiga Dan Perpisahan Kita
73
BAB 72 - Sayonara Samudera Ananta
74
BAB 73 - Masih Dengan Usahanya
75
BAB 74 - Di Malam yang Kelabu, Air Matanya Samar
76
BAB 75 - Karunia Terindah Dari Tuhan
77
BAB 76 - Yang Hadir Saat Dia Pergi
78
BAB 77 - Semua Menjadi Asing
79
Kok Ga Up, Thor ? 🫵
80
BAB 78 - Dia Masih Menjagamu
81
BAB 79 - Saudari Ku Kembali
82
BAB 80 - Saudari Sejati Yang Baik Hati
83
BAB 81 - Mas, Aku Minta Maaf
84
BAB 82 - Mata Samudera
85
BAB 83 - Masa Depan
86
BAB 84 - Kembar Jilid 2
87
POV Author unchihah sanskeh
88
Nah, Author Kembali Lagi
89
BONUS VIDEO VISUALISASI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!