BAB 04 - Teka-Teki Dendam Ini

Seusai Mas Samudera pergi bekerja. Suasana hening kembali menguasai ku. Dari ventilasi jendela dapur, angin bertiup sepoi dan dingin, mengecam diriku. Kuambil sabun cuci piring, tapi mataku tak bisa beralih dari pantulan cahaya matahari yang masuk, kecil dan sempit.

"Seperti inilah mungkin yang dirasakan Laras di dalam sana," aku menggumam. "Dingin, sempit dan remang-remang."

Laras menderita di dalam penjara, sementara Angkasa, Mas Samudera dan keluarga mereka hidup bahagia tanpa beban apa pun. Perasaan gundah hampir memadamkan seluruh semangat ku. Aku harus apa? Kegiatan apa yang harus kulakukan pertama-tama? Aku terdiam, dikutuk keheningan yang mematikan.

Ini hari kedua menjadi istri Mas Samudera. Kenapa aku mesti gelisah begini? Bagaimana caranya aku membuat dia jatuh cinta? Kami masih sangat kaku, bahkan hari ini kami sudah hampir ribut. Mas Samudera nampak selalu memperingatkan aku, mungkinkah dia sudah tahu? Atau dia memang memiliki alasan lain untuk menikahi ku, sama seperti yang kulakukan? Sungguh sebuah teka-teki.

"Bukankah jarak rumah ini justru lebih dekat dengan penjara?" Tiba-tiba hal itu terpikir dalam benakku, sejenak seusai tak henti ku pandangi sinar matahari dari kisi jendela yang kecil. "Aku sudah 3 hari tidak mengunjungi Laras, bagaimana kalau aku diam-diam ke sana sekarang? Sepertinya tidak masalah kan?"

Setelah semua pekerjaan rumah kulakukan, aku pun segera berangkat menuju tempat di mana Laras dikurung, tentu dengan ojek langganan ku, Abah Maimun.

"Sudah nikah, kenapa tidak diantar suami neng?" tanya Abah begitu aku mengenakan helm.

"Suami kerja Bah," jawabku singkat, tak lupa dengan senyum andalanku. Dan Abah menyambutnya dengan tawa nyaring.

Motor butut Abah terus melaju. Jalanan lurus mulus, mengingat tempatnya tak terlalu pelosok, di sebelah timur kota.

Sampailah aku di kantor polisi kota. Aku membuka pintu dengan hati-hati, agar tidak terlalu mencolok. Tempat seperti ini, dalam pikiranku, hampir rata-rata dipenuhi dan dijaga oleh orang-orang berbadan kekar dan seram (seperti Mas Samudera dan Papa mertuaku, Anta), yang apabila ada yang berbuat salah akan segera menghantammu dengan ucapannya yang tegas dan panas.

Begitu masuk, aku segera duduk di meja bagian pojok. Mataku menjelajah ke penjuru ruangan, sembari menunggu polisi membawa saudari ku keluar.

"Tahanan 09, ada yang menjenguk." Kata polisi, suaranya berat namun tetap sopan.

"Ya." Ucap Laras, saudariku yang cantik, namun malang.

Dia langsung berjalan ke tempat duduk di depanku, menghampiriku.

"Akhirnya kamu datang juga," sambutnya lembut sambil memelukku.

Kami saling pandang, menduga-duga adakah yang berubah pada diri kami masing-masing.

"Kamu kurusan, Ras." Kataku.

"Oh ya?" dia tersenyum masam. "Siapa sih yang betah tinggal di sini, makan-makanan benyek seperti nasi basi!"

Laras memelankan suaranya agar tak terdengar orang lain.

"Tapi kamu tetap cantik."

"Tidak secantik kamu, lihat! semenjak menikah dengan Samudera sepertinya penampilanmu makin terawat." Katanya, menggodaku.

"Ah, kamu sedang mengejekku."

"Memang!" ujarnya. "Walaupun kalian sudah menikah, kamu tidak lupa dengan janjimu dan rencana kita kan?"

"Tidak," jawabku singkat. "Aku tidak akan pernah lupa untuk dirimu, Ras. Justru pernikahan ini adalah langkah awal untuk kita membalaskan dendam. Kamu tenang saja, aku pasti akan membantumu. Lagi pula sepertinya aku tidak hanya akan menyakiti Mas Samudera, tapi juga keluarga besarnya... "

Aku segera mengepalkan tangan di atas meja untuk menggambarkan betapa marahnya aku dan seberapa besarnya hasrat akan pembalasan ini. Laras gembira bukan main untuk itu, "Kamu memang saudari kebanggaanku, Berlian. Tidak salah aku mencurahkan isi hati dan segala permasalahan ku padamu," ujarnya hampir menangis dan menggenggam tanganku. "Aku tidak tahu lagi, hidupku benar-benar berantakan saat ini---"

"Tapi, Ras," kataku lembut. "Boleh aku bertanya lagi padamu?"

"Hmm.... " Dia mend-esah manja.

"Kamu berakhir begini, sungguh karena kamu mencintai Mas Angkasa kan?"

"Tentu saja! Memangnya kenapa? apalagi yang membuatku bisa seperti ini? Aku ini sedang dizalimi oleh mereka! Oleh Angkasa dan suami kamu sekarang, Samudera!" Ujarnya sambil melepaskan tangan ku yang tadinya digenggamnya erat.

Kami sempat hening beberapa saat. Bukan maksud hatiku untuk meragukan Laras, Aku hanya merasa terganggu dengan ucapan Mas Samudera tadi pagi. Saat dia berkata; Kamu tahu, dulu dia sangat baik, sayangnya karakter aslinya tidak seperti yang terlihat. Dia begitu menginginkan saudara kembar ku, sampai harus berpura-pura baik untuk mendapatkan restu. Berbuat apa saja agar mereka bisa menikah, dan dia bisa merubah nasib. Semua demi harta----

Yang aku tahu selama ini, dari Laras tidak ada bahasan apa pun tentang harta---Laras mencintai Angkasa tapi Angkasa malah mencampakkannya.

Tiba-tiba aku merasa tersesat---Mas Sam membicarakan siapa dan Laras berkata apa? Aku bingung. Karena itu aku ke sini untuk kembali memastikan.

"Berlian!" Laras menyadarkan ku. "Kenapa kamu tiba-tiba bertanya begitu? Kamu meragukan ku?"

"Tidak sama sekali," jawabku sedikit grogi.

Laras menunduk lesu setelah melihat reaksi ku, tawa kebanggaannya yang tadi saat aku mengatakan akan memegang teguh kehendak balas dendamnya, seketika redup.

"Semenjak kita pisah kota," dia berkata dengan mata berkaca-kaca. "Aku bekerja di toko kue Ibu Kania, tempat kamu kerja juga. Dia memperlakukan aku dengan baik, memang. Sampai dia tahu aku dan Angkasa putranya, berpacaran, dia berubah dan marah besar. Dia mengancam Angkasa untuk putus hubungan denganku karena menurutnya aku ini tak pantas menjalin cinta dengan anaknya. Lalu selang beberapa waktu tanpa sepengetahuan ku, Angkasa berkhianat dan menikah secara diam-diam dengan sahabat karib ku di Universitas. Gadis yang sempat berpacaran dengan Samudera juga. Lalu setelah aku tahu pengkhianatan mereka itu, aku datang minta penjelasan mereka baik-baik, tapi yang kudapat malah penghinaan---"

"Kalau Ibu Kania marah dan minta kalian putus hubungan hanya karena menganggap mu tak pantas," Aku memotong sejenak penjelasan Laras. "Lalu kenapa beliau malah menjodohkan aku dengan Mas Samudera?"

"Kamu jangan gegabah, Berlian." jawabnya, yang nampaknya lebih tepat memperingatkan ku. "Dia itu Ibu Ibu culas, persis seperti Ibu mertua pada umumnya. Belum sekarang, tapi nanti dia pasti akan menunjukkan taringnya padamu. Bisa jadi nanti kamu bakal dibanding-bandingkan dengan mantunya yang lain, sahabatku yang sekarang jadi istrinya Angkasa. Perempuan yang derajatnya lebih tinggi dari orang miskin seperti kamu. Bisa jadi kamu cuma bakal dijadikan asisten gratis untuk acara-acara tertentu---"

Ini tidak baik, pikirku. Ayolah Berlian, yang dikatakan Laras barusan sungguh masuk akal. Aku mungkin hanya dijadikan investasi untuk bahan perbandingan, Iparku akan dibanggakan ke orang-orang, sementara aku hanya akan dicampakkan. Bergerak di belakang layar kalau ada acara. Bisa, semua itu sudah jadi rahasia umum.

"Baiklah," jawabku. "Lalu, sekali lagi aku ingin memastikan, mengapa kamu bisa di penjara?"

Laras kembali diam beberapa saat sebelum akhirnya menjawab pertanyaanku. "Samudera yang melakukannya."

"Alasannya?" Ujarku.

"Dia melaporkan aku dengan tuduhan mengganggu rumah tangga saudaranya." Jawabnya. "Sungguh tak adil, kan? Aku dicampakkan karena dianggap tak pantas, dikhianati kekasih dan sahabatku, lalu dituduh dan dimasukkan ke penjara."

Laras tertawa, tertawa untuk menghibur kemalangan dirinya.

Lalu sebelum aku sempat memberikan respon, Polisi yang berdiri di pojok ruangan datang dan berkata, "Waktu kunjungan sudah habis."

Aku dan Laras bergegas bangkit dari kursi, Laras mulai dikawal polisi, sementara aku berdiri memandangnya sebelum pergi.

"Berlian," Laras memanggilku, dan dia berhenti sejenak. "Kamu tidak akan mundur, kan? Samudera itu memang terlihat sempurna, tugasmu adalah membuatnya jatuh cinta. Bukan kamu yang jatuh cinta dengannya."

Aku hanya mengangguk kecil.

Diluar kantor polisi, Abah Maimun masih menungguku dengan motor tuanya yang berasap. Beliau baru selesai minum kopi di warung depan kantor, kemudian menghampiri ku setelah aku keluar.

Sesampainya di rumah, di luar perkiraan ku. Sudah ada Mas Samudera yang menyambut ku dengan wajah datar tapi membuatku berdebar hebat.

"Dari mana kamu?" Tanyanya padaku.

Terpopuler

Comments

Phiby Ortiz

Phiby Ortiz

sinting lu ras,malah bikin narasi gila sendiri,ckck

2024-05-07

1

Nia Nara

Nia Nara

KayaknyaLaras memanfaatkan berlian dan sam sudah tahu akan hal itu

2023-12-24

0

nurhayati rambe

nurhayati rambe

ternyata saudara mu sendiri menjerumuskan mu berlian,,sadar lah sebenar nya yang jaharmt itu si laras,, bukan keluarga samudra,,

2023-12-12

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 00 - Pintu Cerita
2 BAB 01 - Pertemuan Pertama
3 BAB 02 - Kita Menikah
4 BAB 03 - Samudera Yang Misterius
5 BAB 04 - Teka-Teki Dendam Ini
6 BAB 05 - Ipar
7 BAB 06 - Buatlah Dia Cinta
8 BAB 07 - Ruang Makan
9 BAB 08 - Saudari Jahat Hati
10 BAB 09 - Usaha Yang Tak Biasa
11 BAB 10 - Jejak Pertama
12 BAB 11 - Balas Dendam
13 BAB 12 - Siapa Sangka
14 BAB 13 - Tidak Baik-Baik Saja
15 BAB 14 - Yang Tak Terduga
16 BAB 15 - Hatimu Tak Seindah Namamu
17 BAB 16 - Lebih Baik Berpisah
18 BAB 17 - Suami Sejati
19 BAB 18 - Seluas Samudera, Banyak Yang Tak Terduga
20 BAB 19 - Siapa yang Berharga?
21 BAB 20 - Menggoda Dia
22 BAB 21 - Permohonan Ulang Tahun
23 BAB 22 - Istri Tentara
24 BAB 23 - Masa Lalu
25 BAB 24 - Perempuan Jahat
26 BAB 25 - Mencari Jalan Yang Benar
27 BAB 26 - Soal Cerita Yang Lalu
28 BAB 27 - Dinginnya Angin, Malam Ini
29 BAB 28 - Menyambut Pagi Bersama?
30 BAB 29 - Teka Teki yang Masih Mengawang
31 BAB 30 - Aku Akan Mundur
32 BAB 31 - Suara Ghaib
33 BAB 32 - Ketahuan
34 BAB 33 - Tolong Jaga!
35 BAB 34 - Kabar Buruk
36 BAB 35 - Kiamat Angkasa
37 BAB 36 - Bagaimana Perasaanmu?
38 BAB 37 - Kepercayaan Yang Sudah Pudar
39 BAB 38 - Dia Menjauh, Aku terluka
40 BAB 39 - Diam-Diam Kami Datang
41 BAB 40 - Tekad Ini Berubah
42 BAB 41 - Momen (Terakhir) Kita
43 BAB 42 - Pelampiasan
44 BAB 43 - Emosi Membakar Diri
45 BAB 44 - Makan Batunya
46 BAB 45 - Mengejar Maaf Kamu
47 BAB 46 - Lelaki Misterius
48 BAB 47 - Istri Terbaik
49 BAB 48 - Tanda tanda Kejujuran Samudera
50 BAB 49 - Mahesa
51 BAB 50 - Semesta Dia
52 BAB 51 - Prajurit Terbaik Negara
53 BAB 52 - Cinta Sejati
54 BAB 53 - Cinta Samudera
55 BAB 54 - Penyesalan Terdalam
56 BAB 55 - Kehilangan Aina
57 BAB 56 - Mulai Dari Awal
58 BAB 57 - Mari Hidup Bersama
59 BAB 58 - Kejujuran
60 BAB 59 - Naluri Wanita
61 BAB 60 - Cemburu
62 BAB 61 - Suami, Pendamping Terhebat
63 BAB 62 - Pengemis Maaf
64 BAB 63 - Goresan di Hati Sebening Kristal
65 BAB 64 - Bukan untuk Berlian, Tapi Karena Kepercayaan
66 BAB 65 - Aku Tidak Buta, Aku Tidak Tuli
67 BAB 66 - Adil yang Bagaimana Bagi Mereka?
68 BAB 67 - Sentuhan Terakhir
69 BAB 68 - Air Mata dan Air Hujan
70 BAB 69 - Hari Pertama Sebelum Perpisahan
71 BAB 70 - Mengukir Kenangan di Hari Kedua
72 BAB 71 - Hari Ketiga Dan Perpisahan Kita
73 BAB 72 - Sayonara Samudera Ananta
74 BAB 73 - Masih Dengan Usahanya
75 BAB 74 - Di Malam yang Kelabu, Air Matanya Samar
76 BAB 75 - Karunia Terindah Dari Tuhan
77 BAB 76 - Yang Hadir Saat Dia Pergi
78 BAB 77 - Semua Menjadi Asing
79 Kok Ga Up, Thor ? 🫵
80 BAB 78 - Dia Masih Menjagamu
81 BAB 79 - Saudari Ku Kembali
82 BAB 80 - Saudari Sejati Yang Baik Hati
83 BAB 81 - Mas, Aku Minta Maaf
84 BAB 82 - Mata Samudera
85 BAB 83 - Masa Depan
86 BAB 84 - Kembar Jilid 2
87 POV Author unchihah sanskeh
88 Nah, Author Kembali Lagi
89 BONUS VIDEO VISUALISASI
Episodes

Updated 89 Episodes

1
BAB 00 - Pintu Cerita
2
BAB 01 - Pertemuan Pertama
3
BAB 02 - Kita Menikah
4
BAB 03 - Samudera Yang Misterius
5
BAB 04 - Teka-Teki Dendam Ini
6
BAB 05 - Ipar
7
BAB 06 - Buatlah Dia Cinta
8
BAB 07 - Ruang Makan
9
BAB 08 - Saudari Jahat Hati
10
BAB 09 - Usaha Yang Tak Biasa
11
BAB 10 - Jejak Pertama
12
BAB 11 - Balas Dendam
13
BAB 12 - Siapa Sangka
14
BAB 13 - Tidak Baik-Baik Saja
15
BAB 14 - Yang Tak Terduga
16
BAB 15 - Hatimu Tak Seindah Namamu
17
BAB 16 - Lebih Baik Berpisah
18
BAB 17 - Suami Sejati
19
BAB 18 - Seluas Samudera, Banyak Yang Tak Terduga
20
BAB 19 - Siapa yang Berharga?
21
BAB 20 - Menggoda Dia
22
BAB 21 - Permohonan Ulang Tahun
23
BAB 22 - Istri Tentara
24
BAB 23 - Masa Lalu
25
BAB 24 - Perempuan Jahat
26
BAB 25 - Mencari Jalan Yang Benar
27
BAB 26 - Soal Cerita Yang Lalu
28
BAB 27 - Dinginnya Angin, Malam Ini
29
BAB 28 - Menyambut Pagi Bersama?
30
BAB 29 - Teka Teki yang Masih Mengawang
31
BAB 30 - Aku Akan Mundur
32
BAB 31 - Suara Ghaib
33
BAB 32 - Ketahuan
34
BAB 33 - Tolong Jaga!
35
BAB 34 - Kabar Buruk
36
BAB 35 - Kiamat Angkasa
37
BAB 36 - Bagaimana Perasaanmu?
38
BAB 37 - Kepercayaan Yang Sudah Pudar
39
BAB 38 - Dia Menjauh, Aku terluka
40
BAB 39 - Diam-Diam Kami Datang
41
BAB 40 - Tekad Ini Berubah
42
BAB 41 - Momen (Terakhir) Kita
43
BAB 42 - Pelampiasan
44
BAB 43 - Emosi Membakar Diri
45
BAB 44 - Makan Batunya
46
BAB 45 - Mengejar Maaf Kamu
47
BAB 46 - Lelaki Misterius
48
BAB 47 - Istri Terbaik
49
BAB 48 - Tanda tanda Kejujuran Samudera
50
BAB 49 - Mahesa
51
BAB 50 - Semesta Dia
52
BAB 51 - Prajurit Terbaik Negara
53
BAB 52 - Cinta Sejati
54
BAB 53 - Cinta Samudera
55
BAB 54 - Penyesalan Terdalam
56
BAB 55 - Kehilangan Aina
57
BAB 56 - Mulai Dari Awal
58
BAB 57 - Mari Hidup Bersama
59
BAB 58 - Kejujuran
60
BAB 59 - Naluri Wanita
61
BAB 60 - Cemburu
62
BAB 61 - Suami, Pendamping Terhebat
63
BAB 62 - Pengemis Maaf
64
BAB 63 - Goresan di Hati Sebening Kristal
65
BAB 64 - Bukan untuk Berlian, Tapi Karena Kepercayaan
66
BAB 65 - Aku Tidak Buta, Aku Tidak Tuli
67
BAB 66 - Adil yang Bagaimana Bagi Mereka?
68
BAB 67 - Sentuhan Terakhir
69
BAB 68 - Air Mata dan Air Hujan
70
BAB 69 - Hari Pertama Sebelum Perpisahan
71
BAB 70 - Mengukir Kenangan di Hari Kedua
72
BAB 71 - Hari Ketiga Dan Perpisahan Kita
73
BAB 72 - Sayonara Samudera Ananta
74
BAB 73 - Masih Dengan Usahanya
75
BAB 74 - Di Malam yang Kelabu, Air Matanya Samar
76
BAB 75 - Karunia Terindah Dari Tuhan
77
BAB 76 - Yang Hadir Saat Dia Pergi
78
BAB 77 - Semua Menjadi Asing
79
Kok Ga Up, Thor ? 🫵
80
BAB 78 - Dia Masih Menjagamu
81
BAB 79 - Saudari Ku Kembali
82
BAB 80 - Saudari Sejati Yang Baik Hati
83
BAB 81 - Mas, Aku Minta Maaf
84
BAB 82 - Mata Samudera
85
BAB 83 - Masa Depan
86
BAB 84 - Kembar Jilid 2
87
POV Author unchihah sanskeh
88
Nah, Author Kembali Lagi
89
BONUS VIDEO VISUALISASI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!