BAB 18 - Seluas Samudera, Banyak Yang Tak Terduga

Besok paginya, aku terbangun saat matahari hampir meninggi, menerangi mata ku dengan cahayanya yang panas. Aku tersentak, dan kulihat Mas Sam masih terbaring di samping ku.

Selain burung, bisa kudengar pula suara nyaring bunyi peralatan masak di dapur. Aku yakin itu adalah Mama. Lantas aku beranjak dari tempat tidur lalu membuka pintu jendela.

Mata ku nanar menikmati pemandangan pagi yang asri, meski sesekali pikiranku melayang soal rumah mertua ku ini. Suasananya begitu tenteram walau tinggal di tengah-tengah perkotaan Karena Papa rajin menanam, sementara Mama senang merawatnya.

"Ma, Berlian bisa bantu apa?" Kataku setelah akhirnya sampai di dapur.

Mama menoleh, lalu menyunggingkan bibir, tersenyum. "Sebentar,"

Kulihat Mama mengambil gelas di lemari piring-piringan. Lalu ia mampir mengambilkan air minum di meja makan.

"Minumlah dulu, air putih bagus diminum setelah bangun tidur untuk meningkatkan metabolisme."

"Terima kasih, Ma." Kuambil gelas itu dari tangan Mama, lalu ku minum.

Sesudah aku meneguk air minum yang diberikan Mama, seseorang datang membuka pintu pagar di halaman samping.

"Ada kotak susu di depan pintu rumah, biasanya jam segini memang sudah diantar."

Aku sudah melihat sepeda pengantar susu itu berbelok di pojokan. Awalnya, aku mengira siapa yang datang pagi-pagi begini? Ternyata pengantar susu langganan Mama, susu yang selalu Papa gembar-gemborkan segarnya.

"Boleh aku yang mengambilnya sekarang, Ma?"

"Nanti saja," Jawab Mama padaku. "Papa sebentar lagi pulang dari marathon pagi, nanti dia yang ambil sendiri."

"Marathon?"

"Setelah pensiun, Papa memang rajin olahraga. Katanya untuk jaga stamina. Padahal menurut Mama, Papa itu bakal tetap tampan walaupun sekarang gendut."

Tawa ku meledak, mendengar seloroh Mama tentang suaminya. "Memang dulu Papa kurus, Ma?"

Mama tersenyum manja ke arahku. "Papa itu dulu badannya seperti Asa dan Sam. Persis, cuma Papa lebih tinggi sedikit. Sekarang karena sudah tidak ada kegiatan di luar, kerjanya cuma makan dan jadi tester kue di toko. Makanya jadi gendut."

"Mama dan Papa dari dulu pasti sangat harmonis, ya?"

Mendengar pertanyaanku itu, Mama buru-buru berjalan menghampiri aku. Tawanya mengikuti setiap langkah saat ia mendekat.

"Syukur kalau kelihatannya begitu. Tapi, sejatinya tidak ada rumah tangga tanpa masalah. Mau saling cinta, mau saling sayang, itu tidak menjamin kalau semuanya akan baik-baik saja."

"Mama benar." Jawabku lesu.

Begitu pula Mama, beliau memandangku dengan senyum tipis yang melekat di bibirnya. Kemudian berkata; "Berlian tahu? Besok ulang tahun Angkasa dan Samudera. Kemarin Aina ajak Mama untuk buat kejutan kecil-kecilan, tadinya Aina mau ngomong ke Berlian, tapi semalam kamu cepat-cepat masuk kamar. Jadi tidak sempat."

"Mas Sam ulang tahun?" Aku terkejut, karena memang tidak tahu apa pun. "Oh, astaga. Berlian benar-benar tak ingat."

"Nah, sekarang kan sudah ingat. Bagaimana? Kamu mau?"

"Itu acaranya besok malam," ujarku mengawang, sementara kuamati pula Mama yang tengah meracik bumbu untuk sayur. Ingatanku tertuju lekat-lekat pada ucapan Mas Sam semalam. "Tapi sepertinya aku tidak bisa ikut untuk membuat kejutan itu, Ma... "

"Kenapa?"

Seraya menghela napas, aku menjawab, "Sayangnya hari ini Mas Sam mengajakku pulang Ma... "

"Pulang? Kenapa cepat sekali? bukannya Sam bilang akan menginap sampai 3 hari."

Apa pun alasan di balik masalahku ini, rasanya agak sulit ku katakan pada Mama kalau semalam aku dan Mas Sam ribut karena masalah yang terlalu rumit dan tak bisa dimaafkan. Apalagi sekarang, kepercayaan Mas Sam padaku sudah sepenuhnya merapuh. Bagaimana aku bisa mengatakan pada Mama?

"Kalian sedang ada masalah, ya?" Suara Mama terdengar parau sementara tatapannya menelusuri wajahku dengan sorot yang dalam membuatku jadi tak enak hati.

"Ya. Mama tahu?"

"Semalam Mama, ketemu Sam di dapur. Dia ambil air minum. Mungkin karena Mama paham dengan kelakuan anak sendiri, jadi Mama tahu ada masalah di antara kalian. Raut wajah Sam sangat kusut, matanya merah, sedangkan tatapannya sendu. Sikapnya juga jadi lebih canggung. Ada apa? Mungkin Mama bisa bantu meluruskan."

Aku melempat pandangan pilu ke arah Mama, sambil menelan ludah dengan susah payah, ku coba menjawab; "Semalam kami ada masalah, yang pada intinya mempengaruhi penilaian Mas Sam kepada ku, Ma. Jujur, pikiranku saat ini sangat terganggu karena masalah semalam. Aku takut, Mas Sam memang tak nyaman dengan pernikahan kami, Ma---Aku bukan istri yang baik untuknya, terlebih sifatku tidak sematang pemikiran Mas Sam."

Mendengar ku melontarkan pengakuan semacam itu membuat Mama menggelengkan kepala, "Tidak, tidak sama sekali. Kenapa Berlian bisa berpikir begitu?"

"Aku---sungguh merasa tak pantas untuk Mas Sam, Ma," ujar ku bersikeras. "Kami menikah tanpa saling mengenal sebelumnya, aku takut Mas Sam menyesal setelah tahu aku ini orang yang bagaimana. Setelah keributan semalam, aku melihat keraguan di mata Mas Sam."

Sudut-sudut bibir Mama melekuk ke atas setelah mendengar penuturan dariku. "Sam tidak akan pernah menyesali jalan yang sudah ia pilih, sayang." Kata Mama.

Mama mematikan kompor sejenak, kemudian mengelus puncak kepalaku. Beliau nampak sangat lembut dan bisa ku rasakan seolah Mama telah menjelma menjadi wanita yang amat berharga untukku. "Lagi pula, apa pun yang Berlian lakukan, itu tak akan mengurangi penilaian Sam sama sekali. Malah Mama yakin, Sam sudah matang dengan pandangannya terhadapmu. Karena sebenarnya, Sam sendirilah yang meyakinkan Mama untuk terima Kamu di toko kue dulu."

Aku mendongak, memandang Mama.

"Maksud Mama? Mas Sam---"

Mama tersenyum. "Iya. Jadi begini, sebenarnya dulu Mama sedikit trauma untuk mempekerjakan orang di toko. Pernah ada kejadian, di mana Mama merasa terkhianati. Padahal tanpa dia berbuat begitu, Mama sudah anggap dia seperti anak sendiri. Kedua anak Mama dan Aina hampir celaka karena perbuatan pegawai itu."

Sampai sini, aku mengerti kalau orang yang tengah dibicarakan Mama ini, adalah Laras. Tapi aku tak menyanggah apa pun, masih ingin menyimak semua sampai tuntas.

"Setelah kejadian itu, Mama hampir tak bisa menerima siapa pun untuk kerja di toko. Mama sulit percaya ke siapa pun. Tapi, tiba-tiba Sam minta Mama untuk tawarkan kamu pekerjaan. Ingat tidak? pertama kali Mama bertemu kamu?"

Aku menengadah berusaha mengingat lagi bagaimana pertemuanku dan Mama berlangsung. Mataku menerawang, mencoba menggali waktu sampai ingatlah aku dengan peristiwa yang disengaja itu. "Saat itu, aku melihat Mama hampir dicopet. Lalu, aku mendekat dan menggagalkan orang jahat itu."

"Benar," kata Mama. "Dan setelah itu Mama cerita ke Sam soal kamu. Sekitar dua hari setelah itu, Sam datang lagi ke Mama, minta Mama untuk temui kamu lagi di pasar terus ajak kamu kerja di Toko."

"Hah? Kok bisa?" tanyaku dengan mata membelalak, rasanya agak janggal karena rupanya Mama menerima ku bukan sekadar tercuri pada perhatian dan caraku mendekatinya. Tetapi karena permintaan Mas Sam?! Satu hal yang tidak pernah aku duga.

"Entahlah," jawab Mama. "Sam itu dari kecil jarang minta sesuatu dengan Mama atau Papa, tapi hari itu dia sangat bersikeras bahkan seperti tengah memohon."

"Ma?" Sekali lagi kutelan ludah dengan keras. Kemudian ku lanjutkan kata-kataku yang tadinya sempat kugantung. "Apa Mas Sam sudah kenal denganku sebelumnya?"

Semua sungguhlah misteri, ternyata bukan hanya aku yang banyak menyembunyikan sesuatu selama ini... tetapi Mas Sam, jauh melebihi dugaanku.

Mama masih diam, sementara tangannya tak henti mengusap rambutku. Dia tersenyum, dan selalu nampak ramah begitu.

Terpopuler

Comments

Phiby Ortiz

Phiby Ortiz

udah di ceritain begitu sama mama kania, berlian nalar ga ya buat berpikir kalo laras bermasalh,kesel bgt ih

2024-05-07

0

Deuis Lina

Deuis Lina

pasti Sam udah tau latar belakang berlian,,

2023-12-18

2

@🍀BuNdE𝆯⃟🚀ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@🍀BuNdE𝆯⃟🚀ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

sam ingin memberi kesempatan pada berliana untuk mengetahui kejadian sebenarnya.

2023-12-17

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 00 - Pintu Cerita
2 BAB 01 - Pertemuan Pertama
3 BAB 02 - Kita Menikah
4 BAB 03 - Samudera Yang Misterius
5 BAB 04 - Teka-Teki Dendam Ini
6 BAB 05 - Ipar
7 BAB 06 - Buatlah Dia Cinta
8 BAB 07 - Ruang Makan
9 BAB 08 - Saudari Jahat Hati
10 BAB 09 - Usaha Yang Tak Biasa
11 BAB 10 - Jejak Pertama
12 BAB 11 - Balas Dendam
13 BAB 12 - Siapa Sangka
14 BAB 13 - Tidak Baik-Baik Saja
15 BAB 14 - Yang Tak Terduga
16 BAB 15 - Hatimu Tak Seindah Namamu
17 BAB 16 - Lebih Baik Berpisah
18 BAB 17 - Suami Sejati
19 BAB 18 - Seluas Samudera, Banyak Yang Tak Terduga
20 BAB 19 - Siapa yang Berharga?
21 BAB 20 - Menggoda Dia
22 BAB 21 - Permohonan Ulang Tahun
23 BAB 22 - Istri Tentara
24 BAB 23 - Masa Lalu
25 BAB 24 - Perempuan Jahat
26 BAB 25 - Mencari Jalan Yang Benar
27 BAB 26 - Soal Cerita Yang Lalu
28 BAB 27 - Dinginnya Angin, Malam Ini
29 BAB 28 - Menyambut Pagi Bersama?
30 BAB 29 - Teka Teki yang Masih Mengawang
31 BAB 30 - Aku Akan Mundur
32 BAB 31 - Suara Ghaib
33 BAB 32 - Ketahuan
34 BAB 33 - Tolong Jaga!
35 BAB 34 - Kabar Buruk
36 BAB 35 - Kiamat Angkasa
37 BAB 36 - Bagaimana Perasaanmu?
38 BAB 37 - Kepercayaan Yang Sudah Pudar
39 BAB 38 - Dia Menjauh, Aku terluka
40 BAB 39 - Diam-Diam Kami Datang
41 BAB 40 - Tekad Ini Berubah
42 BAB 41 - Momen (Terakhir) Kita
43 BAB 42 - Pelampiasan
44 BAB 43 - Emosi Membakar Diri
45 BAB 44 - Makan Batunya
46 BAB 45 - Mengejar Maaf Kamu
47 BAB 46 - Lelaki Misterius
48 BAB 47 - Istri Terbaik
49 BAB 48 - Tanda tanda Kejujuran Samudera
50 BAB 49 - Mahesa
51 BAB 50 - Semesta Dia
52 BAB 51 - Prajurit Terbaik Negara
53 BAB 52 - Cinta Sejati
54 BAB 53 - Cinta Samudera
55 BAB 54 - Penyesalan Terdalam
56 BAB 55 - Kehilangan Aina
57 BAB 56 - Mulai Dari Awal
58 BAB 57 - Mari Hidup Bersama
59 BAB 58 - Kejujuran
60 BAB 59 - Naluri Wanita
61 BAB 60 - Cemburu
62 BAB 61 - Suami, Pendamping Terhebat
63 BAB 62 - Pengemis Maaf
64 BAB 63 - Goresan di Hati Sebening Kristal
65 BAB 64 - Bukan untuk Berlian, Tapi Karena Kepercayaan
66 BAB 65 - Aku Tidak Buta, Aku Tidak Tuli
67 BAB 66 - Adil yang Bagaimana Bagi Mereka?
68 BAB 67 - Sentuhan Terakhir
69 BAB 68 - Air Mata dan Air Hujan
70 BAB 69 - Hari Pertama Sebelum Perpisahan
71 BAB 70 - Mengukir Kenangan di Hari Kedua
72 BAB 71 - Hari Ketiga Dan Perpisahan Kita
73 BAB 72 - Sayonara Samudera Ananta
74 BAB 73 - Masih Dengan Usahanya
75 BAB 74 - Di Malam yang Kelabu, Air Matanya Samar
76 BAB 75 - Karunia Terindah Dari Tuhan
77 BAB 76 - Yang Hadir Saat Dia Pergi
78 BAB 77 - Semua Menjadi Asing
79 Kok Ga Up, Thor ? 🫵
80 BAB 78 - Dia Masih Menjagamu
81 BAB 79 - Saudari Ku Kembali
82 BAB 80 - Saudari Sejati Yang Baik Hati
Episodes

Updated 82 Episodes

1
BAB 00 - Pintu Cerita
2
BAB 01 - Pertemuan Pertama
3
BAB 02 - Kita Menikah
4
BAB 03 - Samudera Yang Misterius
5
BAB 04 - Teka-Teki Dendam Ini
6
BAB 05 - Ipar
7
BAB 06 - Buatlah Dia Cinta
8
BAB 07 - Ruang Makan
9
BAB 08 - Saudari Jahat Hati
10
BAB 09 - Usaha Yang Tak Biasa
11
BAB 10 - Jejak Pertama
12
BAB 11 - Balas Dendam
13
BAB 12 - Siapa Sangka
14
BAB 13 - Tidak Baik-Baik Saja
15
BAB 14 - Yang Tak Terduga
16
BAB 15 - Hatimu Tak Seindah Namamu
17
BAB 16 - Lebih Baik Berpisah
18
BAB 17 - Suami Sejati
19
BAB 18 - Seluas Samudera, Banyak Yang Tak Terduga
20
BAB 19 - Siapa yang Berharga?
21
BAB 20 - Menggoda Dia
22
BAB 21 - Permohonan Ulang Tahun
23
BAB 22 - Istri Tentara
24
BAB 23 - Masa Lalu
25
BAB 24 - Perempuan Jahat
26
BAB 25 - Mencari Jalan Yang Benar
27
BAB 26 - Soal Cerita Yang Lalu
28
BAB 27 - Dinginnya Angin, Malam Ini
29
BAB 28 - Menyambut Pagi Bersama?
30
BAB 29 - Teka Teki yang Masih Mengawang
31
BAB 30 - Aku Akan Mundur
32
BAB 31 - Suara Ghaib
33
BAB 32 - Ketahuan
34
BAB 33 - Tolong Jaga!
35
BAB 34 - Kabar Buruk
36
BAB 35 - Kiamat Angkasa
37
BAB 36 - Bagaimana Perasaanmu?
38
BAB 37 - Kepercayaan Yang Sudah Pudar
39
BAB 38 - Dia Menjauh, Aku terluka
40
BAB 39 - Diam-Diam Kami Datang
41
BAB 40 - Tekad Ini Berubah
42
BAB 41 - Momen (Terakhir) Kita
43
BAB 42 - Pelampiasan
44
BAB 43 - Emosi Membakar Diri
45
BAB 44 - Makan Batunya
46
BAB 45 - Mengejar Maaf Kamu
47
BAB 46 - Lelaki Misterius
48
BAB 47 - Istri Terbaik
49
BAB 48 - Tanda tanda Kejujuran Samudera
50
BAB 49 - Mahesa
51
BAB 50 - Semesta Dia
52
BAB 51 - Prajurit Terbaik Negara
53
BAB 52 - Cinta Sejati
54
BAB 53 - Cinta Samudera
55
BAB 54 - Penyesalan Terdalam
56
BAB 55 - Kehilangan Aina
57
BAB 56 - Mulai Dari Awal
58
BAB 57 - Mari Hidup Bersama
59
BAB 58 - Kejujuran
60
BAB 59 - Naluri Wanita
61
BAB 60 - Cemburu
62
BAB 61 - Suami, Pendamping Terhebat
63
BAB 62 - Pengemis Maaf
64
BAB 63 - Goresan di Hati Sebening Kristal
65
BAB 64 - Bukan untuk Berlian, Tapi Karena Kepercayaan
66
BAB 65 - Aku Tidak Buta, Aku Tidak Tuli
67
BAB 66 - Adil yang Bagaimana Bagi Mereka?
68
BAB 67 - Sentuhan Terakhir
69
BAB 68 - Air Mata dan Air Hujan
70
BAB 69 - Hari Pertama Sebelum Perpisahan
71
BAB 70 - Mengukir Kenangan di Hari Kedua
72
BAB 71 - Hari Ketiga Dan Perpisahan Kita
73
BAB 72 - Sayonara Samudera Ananta
74
BAB 73 - Masih Dengan Usahanya
75
BAB 74 - Di Malam yang Kelabu, Air Matanya Samar
76
BAB 75 - Karunia Terindah Dari Tuhan
77
BAB 76 - Yang Hadir Saat Dia Pergi
78
BAB 77 - Semua Menjadi Asing
79
Kok Ga Up, Thor ? 🫵
80
BAB 78 - Dia Masih Menjagamu
81
BAB 79 - Saudari Ku Kembali
82
BAB 80 - Saudari Sejati Yang Baik Hati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!