Aku terbangun dengan sentakan.
Langsung aku duduk tegak dan melihat sekeliling dengan tegang. Matahari sudah terlalu tinggi untukku bekerja di hari pertama sebagai seorang istri. Seiring mataku yang nanar, tatapanku lalu mendarat pada pria yang telah kunikahi kemarin.
Mas Samudera berdiri di depan lemari di ujung tempat tidur, membelakangi ku. Dia baru saja mengenakan seragam tentaranya, kemudian berbalik ke arahku, matanya yang gelap terpaku padaku dan lagi-lagi sosoknya begitu tegas. Tanpa ekspresi.
"Mas sudah bangun dari tadi?"
"Dua jam yang lalu." Jawab Mas Sam singkat.
"Maaf Mas. Aku ketiduran sampai bangun siang begini."
Aku menarik rambutku ke belakang dan berpaling dari perhatian Mas Samudera yang terlalu mengintimidasi bagiku.
"Ada sandwich di meja makan," ujar Mas Sam, sambil berlalu membawa tas besar dan sepatu. "Tehnya pasti sudah dingin, tapi aku bisa membuatkannya lagi untukmu sekarang."
"Terima kasih Mas, tapi semua itu sudah cukup." Kataku malu-malu.
Mas meninggalkan kamar, begitu pun aku menyusul dan berjalan menuju meja makan. Begitu kuangkat tudung saji warna biru itu, aku hampir berteriak girang ketika melihat sandwich dengan daging sapi panggang yang tebal. Makanan yang belum pernah kumakan sebelumnya tapi sangat aku idam-idamkan.
Baru kunikmati roti itu, dan saat tubuh ku berputar mendadak kurasakan kehadiran Mas Samudera tepat di belakangku.
Aku hampir saja menabraknya. Di luar dugaan Mas Sam berdiri begitu dekat. Aku menelan ludah dengan susah payah saat ku dapati bagaimana bahu dan dada lelaki ini tampak lebih bidang dari yang kuingat pertama kali. Matanya yang tajam menyala menatap ku seakan membakar setiap saraf di tubuhku.
"Mas membuatku terkejut!" kataku.
"Aku bisa menemanimu." Jawabnya. "Makan dan minumlah selama yang kamu mau, aku tidak keberatan."
Oh Tuhan, suara itu. Mas Samudera bicara dengan gaya formal bapak-bapak tentara yang sekali lagi berhasil membuatku kagum.
"Mas----"
"Duduklah di sini," Tiba-tiba dia memotong kata-kataku, "ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu dan yang perlu kamu tahu tentangku dan keluargaku."
Kami duduk berseberangan, Mas Samudera mengambil posisi di ujung meja, sementara aku berada tepat di depannya.
"Mas mau bertanya apa?" ujarku.
"Sudah berapa kali Ibu ku menawarkan perjodohan padamu?"
Mas Samudera memandangku dengan ekspresi datar, tak bisa ku tebak apa yang sedang ia pikirkan. Hanya saja aku menjadi gugup, apakah Mas Sam sudah mencurigai ku? Bahkan untuk hari pertama pernikahan kami?
"Baru sekali Mas," jawabku jujur. Lagi pula untuk apa berbohong?
"Dulu, ada orang sebelum kamu yang kenal dengan Ibu ku. Dia seorang gadis yang kerja di toko kue juga," kata Mas Samudera santai sambil menikmati tehnya. "Kamu tahu, dulu dia sangat baik, sayangnya karakter aslinya tidak seperti yang terlihat. Dia begitu menginginkan saudara kembar ku, sampai harus berpura-pura baik untuk mendapatkan restu."
"Mas Angkasa?" Sahutku.
"Ya, Angkasa." Jawab Mas Sam. "Berpura-pura baik karena memiliki niat terselubung. Bagaimana menurutmu?"
Mas Sam kembali menatapku dengan pandangan yang membuatku makin gugup. "Kalau urusan cinta, kurasa wajar saja Mas. Orang bisa berbuat apa saja demi cinta." Jawabku, yang tidak sepenuhnya jujur.
Aku kembali menggigit daging sapi yang lezat ini, kukunyah dan kutelan, mencoba mengulur waktu dan sedikit lebih tenang atau lebih berpura-pura tenang.
"Kalau urusan harta?"
Mas Sam kembali bertanya dan seketika aku langsung tersedak, tenggorokan ku tiba-tiba menyempit mendorong daging sapi keluar lagi. Setelah minum air putih, Ku paksakan diri menatap mata Mas Sam, kuusahakan sebaik mungkin untuk tidak ciut dalam kedalaman mata gelapnya yang memancarkan kecurigaan itu.
"Maksud Mas, gadis itu mencintai Mas Angkasa karena ingin harta?"
"Selain cinta, orang juga bisa melakukan apa saja demi harta."
Aku bisa merasakan maksud Mas Samudera yang demikian, aku bisa meyakini bahwa Mas Sam tengah membicarakan saudariku, gadis yang dia maksud pasti Laras. Benar-benar orang kaya sifatnya selalu sombong! Pikirku, Hanya karena Laras bekerja sebagai pegawai toko, mereka menganggap Laras mencintai Angkasa demi harta. Brengsek!
Hasrat kemarahan dan dendam ku begitu menggebu-gebu, sungguh rendah kami di mata orang-orang kaya ini.
"Maksud Mas, aku sama dengan perempuan itu? Aku mau menerima perjodohan kita demi harta?" Kataku dengan nada meninggi karena tersinggung berat.
"Aku tidak sedang menyindirmu, tenang saja." Jawab Mas Sam dengan santai. "Hanya perlu kamu tahu, kalau punya niat terselubung, dari awal kamu sudah salah memilih lawan."
Sejenak aku berpikir, sekali lagi Mas Sam membuatku bertanya-tanya, mengapa dia berkata demikian? Apakah dia sudah tahu maksud dan tujuan ku? atau hanya sekedar memperingatkan ku? atau justru keduanya?
Aku menarik napas dalam-dalam, kemudian berkata, "Mas apakah bicara seperti itu pantas? Kamu sungguh membuatku tersinggung. Dari awal aku juga sudah bilang, aku ini bagaimana dan seperti apa, aku memang bukan lahir dari keluarga kaya tapi bukan berarti orang seperti ku, seperti gadis yang mencintai Mas Angkasa dulu, adalah orang yang menilai cinta dari harta---Memangnya orang miskin seperti kami itu tidak berhak jatuh cinta?"
"Memangnya bisa langsung cinta dengan sekali pandang?" Sahut Mas Sam di ujung meja sana.
"Lalu kenapa Mas Sam mau menerima perjodohan kita? Padahal kita juga baru pertama bertemu."
"Kamu memiliki alasan untuk menikah denganku, begitupun aku." Jawab Mas Sam tak terduga.
Lagi-lagi kuhela napas dan kugenggam erat sandwich yang tadinya nikmat sebelum pembicaraan kami yang mulai panas. Kuatkan dirimu, Berlian. Meski Mas Sam menampakkan kekuatan yang dimilikinya sekarang, tetapi aku tak boleh gegabah, nampaknya sekarang aku pun harus mempertahankan kewaspadaan.
Aku harus memiliki pendirian yang kuat. Tidak akan kubiarkan lagi diri ini goyah karena terpesona dengan tampilan fisik seorang Mas Samudera yang bisa kubilang sempurna. Bukankah sekarang sudah jelas kenapa Laras begitu sakit hati dengan perlakuan keluarga ini? Mereka memandang orang miskin seperti kami begitu rendah.
Aku akan membalas dendam untuk Laras, tekadku sudah makin mantap. Aku akan buat Mas Samudera jatuh cinta setengah mati padaku, lalu setelah itu ku tinggalkan tanpa kata, dia kecewa, terluka dan putus asa. Biar mereka tahu bagaimana hancurnya hidup karena sebuah rasa.
"Siapa yang bilang aku punya maksud lain dalam pernikahan kita?" Kataku padanya dengan nada menyolot khas anak perempuan 20-an.
"Bukan aku," jawab Mas Sam sambil menaikkan kedua bahunya. Dia kemudian berlalu dan meninggalkan aku tanpa menunjukkan rasa bersalah.
Begitu dia pergi, secepat mungkin aku bangkit dari kursi. Sandwich yang sudah ku genggam erat, kusiapkan untuk dilempar.
Tapi niat itu kuurungkan, sebab; "Sayang kalau dibuang." kataku pelan. Memangnya siapa yang tega membuang roti dengan daging sapi tebal ini? Lagipula itu hanya akan mengurangi penilaian Mas Samudera padaku, dan akan menggagalkan misi balas dendam ku untuk membuatnya jatuh cinta.
"Kamu tidak mau mengantarku ke depan?"
Tak kujawab tawaran dari Mas Sam, sebab aku masih sangat marah dan tersinggung karena ucapan dia sebelumnya.
"Nanti kalau pulang, kubelikan daging sapi yang banyak."
"Baiklah." Jawabku cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Dee
Fix Samudra sudah tau niat kamu Berliana 😏
2024-05-19
0
Phiby Ortiz
yah..berlian ,gara2 daging sapi luluh🤣
2024-05-07
0
nurhayati rambe
masih kaku kak ee,,agak sulit mencerna kats kata nya,, tapi tetap aku Baca
2023-12-12
0