Bab 18

Di dalam sana Anggun tengah berjuang untuk melahirkan sedangkan Rizki berjalan mondar- mandir ke kiri dan ke kanan, raut wajah khawatir nampak di wajah Rizki, sudah setengah jam dia menunggu namun bu bidan belum juga membawa kabar.

Pagi ini saat baru akan berangkat bekerja Anggun tiba- tiba pecah ketuban, dan membuat Rizki panik, lalu segera membawanya ke bidan terdekat.

Seharusnya Rizki bisa menemani Anggun di dalam ruang bidan itu, tapi Anggun bersi keras ingin sendiri, dan entah bagaimana kondisinya saat ini, semoga saja Anggun bisa selamat dan bayinya lahir dengan sehat.

"Ki, gimana Anggun?"

"Masih di dalam Yah, semoga mereka baik- baik saja," ucap Rizki.

"Aamiin, kita doakan saja," Ucap Asnan, Ayah Rizki, Asnan langsung datang setelah mendengar kabar jika menantunya akan melahirkan.

"Iya, Yah. Aamiin." Rizki mengusap wajahnya yang penuh kekhawatiran.

"Duduk Nak, kamu gak lelah mondar- mandir begitu." Rizki mengangguk, baru saja akan duduk pintu terbuka dari dalam menampakan bu bidan yang tersenyum.

"Bu Anggun sudah melahirkan, bayinya laki- laki, mari kalian boleh masuk," ucap bu bidan masih dengan senyumnya.

Rizki memeluk Asnan karena merasa lega, dan mengucap syukur "Ayo, Yah. Masuk," ajaknya, namun Asnan menggeleng.

"Kamu aja duluan, Ayah bisa nanti." Rizki mengangguk dan segera masuk untuk melihat Anggun dan Bayinya.

Saat masuk Anggun dan bayinya sudah di bersihkan, dan kini bayi Anggun sedang di gendong Anggun yang terlihat sekali kelelahan "Hai." kenapa Rizki rasanya menjadi canggung saat menyapa Anggun.

Meski wajah Anggun terlihat pucat, tapi dia terlihat bercahaya dan terlihat cantik hingga Rizki menjadi salah tingkah saat melihat Anggun tersenyum ke arahnya.

"Hai," balas Anggun.

"Bayinya laki- laki ya?" hal yang harusnya tak perlu ditanyakan Rizki sebab dia sudah tahu dari hasil usg sejak beberapa bulan lalu, dan dari bidan yang baru saja bicara.

Mata Rizki tiba- tiba berkaca- kaca melihat bayi yang tidur dengan tenang di pelukan Anggun. "Ganteng banget, anak Ayah." ucapan Rizki membuat Anggun tersenyum hangat.

"Iya, dia anak kamu juga, Mas." Rizki yang tengah memperhatikan bayi Anggun kini mendongak dan melihat Anggun yang tersenyum sendu padanya. "Maka tetaplah jadi Ayahnya aku mohon," ucap Anggun lagi.

Rizki tertegun dan menegakan tubuhnya merasa perkataan Anggun menuju ke arah serius. "Tetaplah jadi Ayahnya meski kamu bukan lagi suami aku Mas." Anggun masih tetap tersenyum saat mengucapkan itu, meski sebenarnya hatinya sakit luar biasa, disaat dia mulai menerima pernikahannya kenapa dia harus tahu kenyataan menyakitkan ini, kenyataan bahwa dia sudah menyakiti Rizki dan memisahkan dia dengan wanita yang dia cintai.

"Apa maksud ... kamu Anggun?" tanya Rizki dengan jantung yang berdebar kencang.

"Terimakasih untuk semua yang udah kamu lakuin buat aku Mas, maaf karena sempat menyalahkan Ayah untuk kematian mama dan papa, tapi sekarang aku udah mengikhlaskan semuanya, jadi kamu gak perlu lagi merasa bersalah, maaf karena sudah menahan kamu sampai hari ini."

"Anggun ... " lidah Rizki terasa kelu melihat Anggun yang masih tersenyum.

"Maaf atas keegoisan aku Mas." Anggun menunduk di akhir kalimat.

"Apa yang kamu bicarakan Anggun, Mas gak ngerti," ucap Rizki yang memalingkan wajahnya, seolah menyangkal semua yang Anggun ucapkan.

"Aku mau Mas ceraikan aku," ucap Anggun dengan tegas hingga membuat Rizki semakin membeku. "Raihlah kebahagiaan kamu."

"Kamu ngomong apa sih Nggun, kamu ngawur."

"Mas, liat aku." Rizki menggeleng "Mas aku mohon," ucap Anggun sendu "Pernikahan kita enggak akan berhasil."

Rizki mendongak "Aku udah menerima semuanya Nggun."

"Tetap saja kamu menyakiti diri kamu sendiri dan juga Siska." Rizki terdiam.

"Maaf, aku gak sengaja liat kamu sama Siska waktu itu." Rizki memejamkan matanya, hari itu, hari terakhir Rizki bertemu Siska. "Tapi aku bersyukur melihat kalian hari itu, karena mungkin kalau aku gak tau kenyataannya, kamu akan sakit sendirian."

"Maaf karena aku kamu ninggalin dia." Anggun menghela nafasnya "Tapi aku masih butuh kamu, seenggaknya untuk identitas anak aku ... Maaf."

"Kamu salah Anggun, aku melakukannya karena keinginan aku sendiri, bukan karena iba atau kasihan-"

"Tetap saja gak ada cinta dihati kamu, dan aku," potong Anggun.

Rizki menghela nafasnya "Kita bisa berusaha-"

"Aku yang gak bisa Mas." lagi- lagi Anggun memotong ucapan Rizki, dan membuat Rizki terdiam "Aku gak bisa Mas." bukan hanya untuk cinta tapi Anggun tidak akan bisa membahagiakan Rizki karena traumanya dan entah sampai kapan Rizki tidak akan mendapat haknya sebagai seorang suami, setidaknya itulah pemikiran Anggun.

Tapi mendengar ucapan Anggun Rizki menyimpulkan jika Anggun tidak akan pernah bisa mencintainya meski mereka berusaha, apa Anggun memiliki pria yang dia cintai, apa pria itu adalah ayah anaknya.

Rizki memang menikahi Anggun karena merasa tanggung jawab dan menggantikan posisi orang tua Anggun yang telah tiada karena ayahnya, juga janjinya yang dia ucapkan di pusara orang tua Anggun, janji untuk selalu membuat Anggun bahagia. Tapi Rizki sungguh tulus, dan selama ini dia terus belajar mencintai Anggun, setelah merasakan sakit karena harus berpisah dengan Siska dan Anggun yang baik meluluhkan hatinya, hingga tak perlu waktu lama Rizki mulai menyukai Anggun, tapi kenapa hari ini Anggun ingin mereka berpisah, apakah Anggun sungguh- sungguh tidak bisa mencintainya.

"Kamu benar- benar menginginkan itu?" tanya Rizki dengan sorot mata kecewa.

Anggun mengangguk.

"Dengan satu syarat," ucap Rizki akhirnya, jika itu kebahagiaan Anggun baiklah.

Anggun merasakan hatinya berdenyut perih tapi dia berusaha menahannya dengan memeluk putranya erat, setidaknya ini yang terbaik untuk mereka.

"Biarkan aku tetap jadi ayah anak kamu." Anggun memejamkan matanya dan air mata yang sejak tadi dia tahan keluar juga.

Anggun membuka mata lalu tersenyum "Hm, seperti yang aku bilang tadi."

"Boleh aku minta satu lagi? Boleh aku peluk kamu, untuk yang terakhir sebagai istri aku." lagi Anggun mengangguk, dan menyambut Rizki yang melangkah memeluknya.

Rizki memeluk Anggun dengan hati- hati, sebab diantara mereka ada bayi mungil yang baru Anggun lahirkan.

"Makasih, Mas. Makasih untuk semuanya, ucap Anggun dengan tersedu. Anggun tidak akan melupakan jasa Rizki padanya selama ini, bagaimana Rizki menyemangatinya saat dirinya bahkan ingin menyerah, dan menemani masa kehamilannya yang tak jarang merepotkan di semester awal saat Anggun sering mual dan muntah.

Rizki mengusap rambut Anggun lalu tersenyum "Apa pun untuk kamu asal kamu bisa bahagia." Lagi Anggun terenyuh dengan segala perlakuan Rizki, pria itu sungguh sempurna, dan dia layak mendapatkan yang sempurna juga.

"Hm, aku pasti bahagia," janjinya.

Dan Anggun akan memulai kehidupan barunya mulai saat ini, berhenti menjadi beban bagi orang lain dan berusaha untuk menjalani hidupnya dengan bahagia.

....

Siap untuk bertemu Nizar?

Terpopuler

Comments

Mastini M. Pd

Mastini M. Pd

anggun sama Riski sj Thor...

2024-04-24

0

Tina febria

Tina febria

untuk othor tercinta terimaa kasih atas karya mu yg sangat"luar biasa ini dari smua karya mu alur cerita nya smua bikin terenyuh 1 persatu aku baca karyamu is the best bgt smpe bikin mata ini ngeluarin air mata.. sukses terus ya thor trs berkarya membuat banyak cerita yg lebih menakjubkan lagi🥰🥰

2024-03-28

5

lili

lili

nyesek deh bacanya😭😭😭

2024-02-12

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 81 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!