Bab 14

Anggun duduk terdiam di depan pusara kedua orang tuanya, tak ia hiraukan beberapa pelayat yang datang, yang sesungguhnya Anggun bahkan tak mengenal mereka, dia hanya duduk termenung dengan mata yang menatap jauh ke depan, entah bagaimana hari- harinya besok tanpa kedua orang tuanya, Anggun rasa dia tidak akan sanggup.

Alam yang sudah mendung akhirnya menurunkan air, yang menambah kehitaman di hati Anggun, rasa dingin dari air hujan yang mengguyur tubuhnya tak membuat Anggun beranjak sama sekali dari sana, Anggun justru menunduk dan merebahkan kepalanya di tanah, gumaman terdengar lirih dari mulut Anggun yang bergetar.

Mata Anggun terpejam menyebut nama kedua orang tuanya, berharap mereka yang terkubur di bawah sana mendengar suaranya.

"Mama ... Papa," lirihnya.

Tak bisa Anggun pungkiri rasa sakit dihatinya begitu menusuk, ditinggal kedua orang tuanya di waktu bersamaan membuat Anggun berkubang dalam kesedihan yang mendalam.

"Ayo pulang, kamu bisa sakit kalau begini." Anggun mendongak melihat payung hitam yang tiba- tiba melindunginya dari air hujan.

Rizki berjongkok dengan payung di tangannya "Aku gak bisa berkata bijak, karena kalau itu terjadi sama aku, aku juga akan sedih, tapi Anggun melihat betapa kamu mencintai mama dan papa kamu, pasti mereka pun mencintai kamu. Jadi apakah mereka akan senang melihat kamu terus sedih?"

"Bangun Anggun, hidup kamu harus terus berjalan," ucapnya mencoba menyemangati Anggun.

"Bisa gak lo pergi dan jangan ganggu gue lagi!" bolehkan Anggun egois, bagaimanapun semua berawal dari ayah Rizki yang membawa taksi sambil mengantuk hingga orang tuanya menjadi korban. Awalnya Anggun tak menyalahkannya, tapi saat ini orang tuanya bahkan telah tiada, dan meninggalkannya sendiri, entah harus apa dia sekarang.

"Anggun ... " tenggorokan Rizki terasa tercekat, mana mungkin dia meninggalkan Anggun sendiri di saat seperti ini.

"Jangan berlagak seperti mengenal gue, gue gak kenal lo, Pergi!" Anggun mendorong Rizki hingga tubuh jangkung itu mundur satu langkah kebelakang. "Semua karena ayah Lo! Mama dan papa ninggalin gue!" Anggun menjerit histeris, dan memukul Rizki membabi buta, Rizki bahkan hanya diam saat kuku- kuku Anggun berhasil menggores kulitnya.

Rizki membiarkan Anggun menjerit dan terus melampiaskan amarahnya hingga Anggun benar- benar kelelahan dan tak sadarkan diri, barulah Rizki membawa Anggun pulang.

...

Anggun membuka matanya dan mendapati langit- langit kamarnya, kepalanya terasa berat bahkan untuk bangun pun rasanya tak sanggup, Anggun meraba dahinya dan menemukan kain yang di jadikan kompres demam untuknya, tepat disaat yang sama Rizki masuk dengan membawa nampan. Berisi semangkuk bubur dan air putih di atasnya. "Kamu udah bangun," ucapnya sembari meletakan nampan di meja belajar Anggun lalu meraba dahi Anggun "Udah gak terlalu panas," katanya lagi.

Semalaman tubuh Anggun demam dan Rizki merawatnya, hingga dia sendiri bergadang untuk memastikan keadaan Anggun baik- baik saja. "Aku di bantu tetangga gantiin baju kamu, jadi gak usah khawatir, aku gak ngapa- ngapain kamu, sekarang makan dulu, aku beli bubur yang lewat depan rumah kamu." Rizki menyendok bubur yang masih mengepul lalu meniupnya pelan sebelum menyodorkannya ke mulut Anggun.

Anggun menatap tajam Rizki "Bukannya gue udah nyuruh lo pergi," desisnya.

"Aku nanti pergi abis kamu makan, ayo!" Rizki masih menyodorkan sendoknya hingga Anggun menepisnya kasar begitupun dengan mangkuk yang ada di sebelah tangan Rizki, hingga bubur tumpah berserakan dilantai.

"Gue gak butuh rasa kasihan lo, pergi gak!"

"Anggun ... " Rizki memang merasa kasihan selain rasa bersalah pada Anggun tapi Rizki melakukannya dengan tulus.

"Pergi!!!" Jerit Anggun, dengan suaranya yang serak.

"Oke, aku pergi, tapi kamu janji harus makan." Anggun memalingkan wajahnya tak ingin menatap Rizki lebih lama lagi, mulai sekarang Anggun hanya sendiri dan tidak akan percaya siapapun lagi, semua orang jahat padanya, semua orang menyakitinya.

Rizki benar- benar pergi setelah kembali membawa bubur untuk Anggun yang masih belum Anggun sentuh sama sekali bahkan hingga hari sudah menjelang sore.

Anggun hanya terdiam dan menetap kosong ke arah depan, dimana jendela kamar kecilnya berada.

Keesokan harinya Rizki kembali datang, dan mengetuk pintu rumah Anggun yang terkunci, lama tak mendapat jawaban Rizki yang merasa khawatir meminta bantuan tetangga Anggun untuk mendobrak pintu, dan benar saja saat masuk Anggun di temukan tergeletak di lantai dalam kondisi tak sadarkan diri, setelah itu tetangga Anggun menyarankan agar Rizki memiliki kunci cadangan rumah Anggun takut suatu hari terjadi sesuatu pada anak yatim piatu itu. Rizki yang mengaku sebagai saudara Anggun pun di percaya oleh para tetangga untuk merawat Anggun, yang kini terbaring dengan selang infus ditangannya. Berkat bantuan seorang bidan yang yang membuka praktek di dekat rumah Anggun, Anggun bisa mendapat penanganan tanpa di bawa ke rumah sakit, meski saat tersadar Anggun kembali mengusir Rizki.

Rizki tak menyerah sudah dua minggu ini dia terus datang untuk memastikan keadaan Anggun, yang masih kerap melamun dan hanya diam tak merespon bahkan saat dia ajak bicara, meski tak lagi mengusirnya dan makan meski hanya sedikit, tapi setidaknya ada asupan yang masuk ke dalam lambungnya.

"Nih aku bawain sate kambing, kamu suka gak?" mungkin karena sudah lelah terus mengusir Rizki yang tak menyerah dan terus datang Anggun membiarkan Rizki melakukan apapun sesukanya, meski dia masih enggan bicara "Aku simpen disini ya," katanya sambil menyimpan sate di meja kecil yang ada di dapur. "Ada nasi juga, jadi kamu bisa angetin nanti pagi, aku pergi dulu ya, udah malem, aku gak dateng pagi nanti soalnya ada kuliah pagi," Ya, Rizki ternyata duduk di bangku kuliah, hal yang Anggun dengar saat Rizki bercerita tentang dirinya meski tak mendapat tanggapan dari Anggun, tapi Rizki terus bercerita tentang kesehariannya, termasuk Ayahnya yang sudah membaik dan bisa melakukan rawat jalan, beruntung dia tak seperti orang tuanya yang kini telah tiada. Rizki pergi ke arah pintu lalu menoleh sebelum benar- benar menutup pintu, dan menghela nafasnya saat Anggun masih diam di posisinya yang sama duduk berselonjor di dekat kipas angin kecil dengan mata yang menatap foto kedua orang tuanya yang tergantung tembok.

Setelah Rizki pergi Anggun melihat ke arah bungkusan sate dan nasi yang di letakan Rizki, entah kenapa aroma dari sate tersebut sangat menggoda hingga Anggun bergerak bangun untuk memakannya.

Anggun memakan satu tusuk sate dan merasakan nikmatnya daging kambing di padu dengan bumbu kacang yang gurih membuat Anggun memejamkan matanya, tanpa terasa Anggun hampir menghabiskan dua puluh tusuk sate yang dibawa Rizki. Anggun terbengong dengan mata yang mengerjap bagaimana bisa dia hampir menghabiskan semuanya tanpa terasa.

Terpopuler

Comments

Suriani Lahusi Lajahiti

Suriani Lahusi Lajahiti

thor jangan bikin anggun hamil nya

2024-04-28

0

lili

lili

anggun kayaknya hamil nih

2024-02-12

1

Evi MuLisa

Evi MuLisa

anggun hamil bbrp tahun kmudian anky baru ktmu bpky,q harap crtay nggak begitu thor

2023-12-14

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 81 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!