Bab 4

Nizar menghadiri ulang tahun saudaranya tepatnya kakak sepupunya di sebuah klub malam, sebenarnya dia agak risi jika harus datang ke klub, berpikir tentang usia dan juga pergaulan yang ada di dalamnya. Tapi sepupunya itu adalah pemilik klub malam tersebut, jadi mau tak mau Nizar harus menginjakkan kakinya di klub malam ini.

Beruntung saudaranya mengadakan acara di ruang privat hingga dia tak perlu melihat orang- orang yang menari bahkan mabuk, ya ... setidaknya tidak sebanyak yang diluar sana, tapi tetap saja ada minuman disana.

Nizar melayangkan tatapannya untuk mencari dimana sang sepupu berada dan begitu menemukannya Nizar segera menghampiri "Happy birthday kak," sapanya, setelah menyalami dengan gaya anak muda Nizar pun memberikan sepupunya bernama Edward sebuah kado. "Dari Mama, jangan pikir gue mau repot- repot kasih lo ini."

Edward terkekeh lalu mengambil bingkisan dari tangan Nizar "Gue tahu, Thanks."

"Temen- temen lo gak dateng?" tanya Edward yang melihat Nizar hanya datang seorang diri.

"Gak tahu, Egi sama Ibra gak janjian mau bareng sih." Nizar pun melihat kesana kemari namun tak menemukan dua sahabatnya itu.

"Ya, udah lo nikmatin deh pestanya, gue mau sapa temen gue dulu." Edward menepuk pundak Nizar dan pergi menyapa teman- temanya yang baru datang.

Nizar mencebik saat melihat Edward justru menghampiri seorang wanita yang Nizar kira dia adalah kekasihnya, buktinya tanpa canggung dia langsung menciumnya.

Nizar menggeleng, benar memang klub malam adalah tempat setan merajalela buktinya disana mereka tak malu bahkan saling mencumbu di depan umum.

Nizar merasakan tubuhnya meremang saat melihat Edward masih saja mencium kekasihnya bahkan tangan Edward terlihat mengerat di pinggang sang wanita.

"Sial, bisa gila gue lama- lama disini," umpatnya kesal saat merasakan hawa panas di sekujur tubuhnya, reaksi yang normal di rasakan para lelaki saat melihat adegan yang hot.

"Bro." Nizar merasakan tepukan di pundaknya dan menemukan Egi disana.

"Hmm, gue kira lo gak dateng." jawabnya malas.

"Ya, gak mungkinlah gue lewatin kesempatan ini, klub Bro, klub," katanya dengan menggebu.

"Kenapa lo, lesu begitu ... harusnya lo nikmati pestanya," ucap Egi lagi sembari menggoyangkan tubuhnya mengikuti musik.

"Gue masih kecil." Egi terkekeh mendengar perkataan Nizar.

"Yang menentukan kita kecil dan besar adalah nyali kita, Zar." Nizar menatap Egi tajam hingga Egi kembali terkekeh.

"Ayolah Zar, kapan lagi kita kesini, nunggu umur 20 tahun." Egi menaik turunkan alisnya.

"Kampret lo!" Nizar mengerti maksud Egi, namun Nizar tak ingin terpengaruh, dia tak ingin menodai kesuciannya yang baru 18 tahun ini.

"Cuma minum Zar, jangan mikir macem- macem." Egi tertawa melihat wajah Nizar menatapnya serius.

"Tanpa lo sadar semua yang ada di pikiran lo berasal dari sini." Nizar menunjuk minuman yang di pegang Egi.

Tak lama Ibra pun datang dan ikut berbincang hingga beberapa waktu sebelum Nizar memutuskan pulang.

Keluar dari ruang privat tempat sepupunya mengadakan pesta, Nizar pergi ke lantai satu dimana pintu keluar berada, Nizar enggan berlama- lama jadi dia hanya berjalan dengan cepat tanpa menghiraukan sekitarnya, namun langkah Nizar harus terhenti saat mendengar suara yang dikenalnya.

"Nizar." Nizar menoleh dan mendapati Anggun yang berdiri dengan susah payah dan menghampirinya.

"Anggun?" Anggun tersenyum senang saat Nizar menyebut namanya.

"Ngapain lo disini?" rahang Nizar mengeras melihat penampilan Anggun saat ini, "Lo mabuk," ucapnya saat mendapati Anggun oleng, jika dia tidak sigap menangkapnya mungkin Anggun akan jatuh.

Anggun menggeleng "Gak, aku gak mabuk cuma pusing aja," elaknya "Dari tadi nunggu kamu akhirnya ketemu juga." Anggun terkikik dengan tangan yang bergelayut di tangan Nizar.

Tanpa menunggu lagi Nizar membawa Anggun keluar dari klub "Ngerepotin banget sih lo, ngapain coba lo kesini." Nizar menghela nafas saat tiba di parkiran dan melepaskan Anggun.

Anggun berjongkok saat merasakan kepalanya pening bukan main, kenapa dia bisa pusing hanya karena minum orange jus saja.

"Sama siapa lo kesini?" Anggun tak menjawab malah merasakan kepalanya semakin berdenyut.

Melihat Anggun yang diam Nizar mendesah lelah "Sekarang gimana caranya lo pulang?" tanyanya lagi.

Nizar menghela nafasnya, sepertinya kerjaan Anggun memang selalu merepotkan saja, "Menyebalkan." Nizar menggandeng Anggun dan memasukannya ke dalam mobil.

Nizar membenci Anggun dengan segala tingkahnya, tapi tidak mungkin dia membiarkan Anggun sendirian di dalam klub, bagaimana jika dia jadi santapan pria hidung belang.

Nizar lagi- lagi mengutuk dalam hati untuk apa dia peduli.

Nizar menoleh dan mendapat Anggun yang memejamkan matanya, tangannya tak berhenti bergerak seolah dia gelisah, Nizar menelan ludahnya saat melihat paha Anggun yang hanya tertutupi setengahnya, lalu tatapannya naik ke arah dada ranum yang menonjolkan khas anak ABG, namun kelebihan Anggun adalah tubuhnya sudah tumbuh proposional, dan seperti kata Ibra body Anggun itu bohay.

"Sial." lagi- lagi Nizar mengumpat, lalu saat melihat Anggun belum mengenakan sabuk pengaman, dengan segera Nizar memasangkannya, ini tidak baik. Jika Nizar terus bersama anggun akan sangat berbahaya, namun saat Nizar menunduk dan memasangkan sabuk pengaman untuk Anggun tiba-tiba gerakannya terhenti saat menyadari jarak mereka sangat dekat, Nizar tertegun saat melihat bibir tipis Anggun tepat di depannya, lalu dengan segera menarik diri, dan lagi- lagi Nizar hanya bisa mengumpat.

Nizar menekan bel apartemen milik saudara perempuannya, tak ada cara lain selain membawa Anggun kesana, dia tak mau mengantar Anggun ke rumahnya tentu saja akan menjadi pertanyaan jika seorang pria mengantar wanita yang mabuk, bisa- bisa dia di tuduh macam- macam.

Terdengar gerutuan dari dalam sana saat pintu terbuka.

"Apa kamu gak tahu sopan santun!" teriaknya kesal, dia melihat dari layar monitor yang menampilkan Nizar disana, untuk apa anak itu datang di tengah malam seperti ini.

"Aku terpaksa," Kata Nizar. Pria itu masuk tentu dengan membawa Anggun yang masih tak sadarkan diri di punggungnya.

"Kamu! siapa dia?" Anna terkejut saat melihat Nizar menggendong seorang wanita di punggungnya.

Tanpa menghiraukan Anna Nizar berjalan ke arah sofa dan membaringkan Anggun disana.

"Sial," keluhnya saat merasakan punggungnya nyeri, bagaimana tidak Nizar harus menggendong Anggun dari parkiran hingga tiba di apartemen Anna Kakaknya yang ada di lantai 20.

"Mama akan mengusir kamu dari rumah kalau tahu anak kesayangannya bawa anak gadis orang."

"Ck, aku juga gak sengaja kali, aku ketemu dia di pestanya Kak Edward, mana mau aku lihat temenku disana dalam kondisi begini, gimana kalau dia di lecehkan."

"Teman?" mata Anna memicing curiga, dia tahu Edward memang mengadakan pesta ulang tahunnya di klub miliknya, dan itu yang membuat Anna tak bisa datang sebab tak mendapat izin dari suaminya, memang siapa yang mau mengizinkan istrinya pergi kesana sendiri, sedangkan suaminya sedang bertugas di luar kota.

Nizar menggaruk tengkuknya "Bukan temen juga sebenernya, dia cuma cewek yang suka ganggu dan bikin kesel, tapi demi rasa kemanusiaan aku juga gak mungkin biarin dia kan."

Anna mencebik "Mengelak."

Terpopuler

Comments

Nina Isyana

Nina Isyana

ak punya teman namanya Renata...nyebeliiin banget... lah di sini ketemu nama Renata juga

2024-05-02

0

lili

lili

Renata bawa pengaruh buruk...

2024-02-12

0

Sari

Sari

ternyata renata bukan teman yg baik, jauhi dia anggun

2023-12-01

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 81 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!