Bab 16

Tak ada yang tahu rencana Tuhan, bahkan meski orang itu berkata dia bisa melihat masa depan. Meski hari- hari yang dilewati Anggun terasa berat tapi ada yang selalu bersedia menemaninya dalam suka dan duka.

Bahkan meski disekelilingnya menghujat Anggun, Rizki terus menemani bahkan pria itu selalu datang menjadi penyemangatnya.

Anggun menatap dirinya yang mengenakan gaun pengantin sederhana yang di beli oleh Rizki, setelah memikirkannya selama satu minggu ini Anggun akhirnya menerima lamaran dari Rizki. Terlepas dari kenapa Rizki melamarnya dan bersedia menjadi ayah bagi bayinya entah karena kasihan atau perasaan lainnya Anggun memilih pasrah dan menerimanya, faktanya dia tak bisa menjalaninya seorang diri. Dia membutuhkan bahu yang kuat untuk menjadi tempatnya bersandar saat ini.

Anggun keluar dari kamar dan melihat Ayah Rizki sekaligus pria penyebab mama dan papanya meninggal tersenyum hangat ke arahnya, Anggun memejamkan matanya mencoba untuk mengikhlaskan segalanya, meski semua terjadi karena keteledoran Ayah Rizki tapi tak dapat di pungkiri hanya merekalah yang menerima Anggun apa adanya.

Ayah Rizki menggandeng tangan Anggun dan membawa Anggun ke arah dimana Rizki baru saja melakukan sumpah pernikahan dan kini Anggun telah sah menjadi istrinya.

Rizki tersenyum dan mengecup dahi Anggun saat Anggun mencium tangannya dengan khidmat.

...

"Udah semuanya kan?" tanya Rizki saat melihat Anggun mengeret kopernya keluar rumah.

"Udah," kata Anggun yang sekali lagi menatap rumah yang beberapa bulan ini di tinggalinya, rumah yang ternyata hanya di sewa oleh orang tuanya untuk tempat tinggal mereka, dan kini masa sewanya telah berakhir dan karena Anggun telah menjadi istri Rizki dia akan pergi kemana Rizki membawanya.

Rizki memasukan koper Anggun ke dalam taksi lalu memanggil Anggun untuk segera masuk "Ayo." tepat saat itu sebuah mobil berhenti di depan pekarangan rumah dan keluarlah seorang pria berstelan formal dari dalamnya.

"Maaf apa ini rumah Pak Jordi Nathania?" Anggun mengerutkan keningnya saat nama sang papa di sebutkan.

"Ada apa anda mencari papa saya?" tanya Anggun dengan jantung berdebar kencang, jangan- jangan papanya masih memiliki hutang yang belum dia bayarkan, lalu bagaimana Anggun bisa membayarnya jika begitu.

"Syukurlah saya menemukan anda, Mohon maaf sebelumnya, saya ingin mengkonfirmasi apa benar Pak Jordi dan Bu Clarisa telah meninggal dunia?"

Alana mengangguk lalu pria itu kembali melanjutkan "Saya menyampaikan bela sungkawa yang sedalam- dalamnya, dan saya datang untuk mengkonfirmasi bahwa benar jika anda sebagai putri Pak Jordi dan Bu Clarisa belum mengklaim asuransi kematian yang dimiliki keduanya." Anggun mengerjapkan matanya mendengar apa yang baru saja pria di depannya ucapkan.

...

Yang baru Anggun ketahui dari Rizki adalah dia adalah pria yang baik dan bertanggung jawab, dan setelah menjadi istrinya Anggun tahu jika Rizki adalah pria pekerja keras, di usianya yang baru berusia 21 tahun Rizki memiliki bengkel kecil untuk membantu ayahnya membayarkan biaya kuliahnya.

Kuliah Rizki sudah semester akhir dan akan segera lulus, rasa iri menggelayuti hati Anggun, andai kondisinya tidak seperti sekarang mungkin dia bisa melanjutkan kuliahnya.

Hari itu Rizki membawa Anggun ke rumah kontrakan yang disewanya, untuk tinggal bersama, Rizki juga mengajaknya untuk ke bengkel agar Anggun tidak bosan. Sebisa mungkin Rizki tak membiarkan Anggun melamun, menyibukkan Anggun dengan kegiatan apa saja agar Anggun tak banyak melamun memikirkan kesedihannya.

"Nanti kalau kamu mau kuliah abis melahirkan bisa," kata Rizki yang menemukan Anggun sedang melihat- lihat bukunya dan membacanya.

Anggun tersenyum canggung lalu menyimpan buku Rizki ke atas meja.

"Aku gak mungkin tinggalin anakku sendirian kan?!" Anggun mengusap perutnya yang kini semakin membuncit.

"Kan ada aku." Rizki berjongkok dan menatap perut Anggun. "Boleh aku pegang?" tanyanya pada Anggun.

Anggun tertegun lalu mengangguk, meski sudah lima bulan menjadi istri Rizki, pria itu tak pernah menyentuhnya dengan alasan mereka akan menjalani semuanya pelan- pelan, siapa yang tidak bernafsu jika di hadapkan dengan seorang wanita cantik seperti Anggun, saat itu Rizki mendekatinya dan berniat meminta haknya sebagai suami Anggun, tapi tiba- tiba Anggun menjerit ketakutan hingga berakhir dengan pria itu menenangkannya, sejak saat itu Rizki tak pernah mendekatinya lagi, karena itu meski untuk menyentuh perut buncit Anggun, Rizki selalu meminta izin lebih dulu, dan yang membuat Anggun kagum adalah Rizki tak memaksanya melakukan hubungan badan, karena tak dapat di pungkiri kejadian yang lalu menyisakan taruma bagi Anggun yang langsung berkeringat dingin saat membayangkan hal intim tersebut.

"Hallo anak ayah, baik- baik ya disana, tumbuh sehat, nanti kalau kamu udah keluar kamu main sama Ayah, biar mama bisa kuliah." hati Anggun menghangat mendapat perhatian dari Rizki, pria itu tetap bersabar meski Anggun belum bisa menjadi istri yang baik atau bahkan memberikan haknya.

"Mas berangkat dulu ya," katanya sambil berdiri dan merapikan bukunya kedalam tas. Panggilan itu atas kesepakatan bersama mengingat usia Rizki yang lebih tua dari Anggun.

"Semoga berhasil dan cepetan lulus," ucap Anggun menyemangati, pasalnya hari ini Rizki akan sidang sebelum dia dinyatakan lulus dan menjadi sarjana.

Perkataan Anggun langsung diaminkan Rizki dan pria itu mengusak rambut Anggun, selain melakukan itu Rizki juga tak berani melakukan hal lebih pada Anggun, dan lagi- lagi Anggun merasa bersalah. Sejak menikah Rizki hanya mencium keningnya di hari pernikahan, setelah itu Rizki tak berani melakukan lebih.

Pulang dari kampus Rizki langsung pergi ke bengkel, dan tentu saja pria itu akan menghubungi Anggun lebih dulu agar tidak khawatir, hal yang lagi membuat Anggun tersenyum mengingat segala perhatian Rizki, disaat pulang dari bengkel Rizki tak pernah absen untuk bertanya apa yang dia mau dan membawanya sebagai buah tangan.

Keseharian Anggun merasa dihargai dan diratukan, meski tidak menjalani hidup mewah tapi di kesederhanaan itulah Anggun merasakan kebahagiaan dan mulai melupakan kesedihannya dan menerima takdirnya, dan yang terpenting takdirnya untuk segera menjadi seorang ibu.

Anggun menunduk mengusap perutnya "Maafin mama yang sempat ingin melenyapkan kamu," ucapnya disertai air mata, andai dulu dia berakhir dengan kematian, mungkin dia tidak akan merasakan ketenangan meski sudah tiada, jelas tindakan melenyapkan diri sendiri adalah sebuah dosa besar. Dan lagi- lagi dia teringat Rizki lah yang telah jadi penyelamatnya.

Perasaan Anggun semakin merasa bersalah kala mengingat sikapnya pada Rizki yang masih seperti orang asing, meski Rizki sudah memperlakukannya dengan sangat baik, "Aku harus segera menghentikan ini."

Mulai sekarang Anggun akan berusaha untuk menghilangkan traumanya dan belajar menjadi istri sepenuhnya untuk Rizki.

Anggun tersenyum dan bergerak ke arah dapur kecil mereka dan memasukan makanan ke dalam rantang untuk dia bawa ke bengkel Rizki.

Jarak dari kontrakan ke bengkel Rizki tidak terlalu jauh dan Anggun hanya perlu berjalan selama sepuluh menit untuk mencapainya, begitupun rumah Ayah Rizki yang juga tak jauh dari tempat mereka tinggal, ah .... Ya satu lagi yang membuat Anggun kagum dari rasa tanggung jawab Rizki, dia langsung membawanya ke rumah lain meski hanya kontrakan kecil, tapi Rizki bertekad untuk tidak merepotkan diri lagi pada Ayahnya, apalagi dengan membawa Anggun. Baginya saat memutuskan untuk menikah saat itulah dia harus melepas diri dari tanggung jawab orang tuanya, dan dirinya yang harus bertanggung jawab dengan istrinya sendiri.

Anggun terus tersenyum sambil sesekali melihat rantangnya, meski belum bisa di sebut lezat, tapi Anggun sudah mulai bisa memasak dan Rizki selalu memakannya dengan lahap membuatnya semakin tersentuh. "Semoga mas Rizki suka," ucapnya sambil bersenandung, namun saat jaraknya semakin dekat Anggun menghentikan langkahnya, dari tempatnya berdiri yang hanya beberapa langkah lagi itu dia melihat Rizki tengah berdebat dengan seorang wanita.

"Ini gak adil buat aku Ki, hubungan kita bukan satu atau dua bulan tapi empat tahun, dan kamu nikahin dia cuma karena kamu merasa bersalah, bukan salah kamu atau ayah kamu orang tuanya meninggal, itu sudah suratan takdir."

Terpopuler

Comments

mahrita naial

mahrita naial

apakah itu pacar Rizki 🤔,, patah hati lagi Anggun 😭😭😭,,, lanjut thor

2023-12-17

1

Rabiatul Addawiyah

Rabiatul Addawiyah

Hadeeuuh ada aja masalah, baru mau bahagai..eeeh bakalan sakit hati lagi neh Anggun

2023-12-17

0

Yumna Loundry

Yumna Loundry

kasihan sekali anggun,dapat ujian hidup bertubi tubi/Sob//Sob//Sob/

2023-12-17

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 81 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!