Bab 8

"Sialan lo Nggun, udah gue peringatin jangan ganggu Arumi lagi!" tatapan Nizar begitu tajam dan penuh kebencian hingga membuat Anggun membeku kaget.

"Apa?" Anggun yang baru saja duduk setelah pergi ke ruang guru terkejut dengan kedatangan Nizar yang memakinya. Memang apa kesalahannya, seingatnya setelah kejadian dia malu di depan umum Anggun tidak membuat ulah apapun, bahkan dia tak lagi mengancam Arumi, Anggun seolah kehilangan kepercayaan dirinya.

"Lo nyiram Arumi pake air got," tuduh Nizar.

Anggun mengerutkan keningnya dia bahkan belum bertemu Arumi hari ini, bagaimana mungkin Anggun menyiram Arumi dengan air got seperti yang Nizar tuduhkan. Lagipula Anggun tak ingin mengotori tangannya dengan air got untuk menyiram Arumi, dan seperti yang Anggun katakan dia bahkan hanya melakukan gertakan tanpa berani melakukan kekerasan.

"Aku gak ngelakuin itu," kata Anggun masih dengan raut bingung.

"Masih mau ngelak lo, gue udah peringatin lo sejak awal gue gak suka sama lo, gimana pun lo ngejar gue, mau apapun yang lo lakuin, gue Nizar, gak akan suka sama lo!"

Degh..

Anggun masih mendongak dengan tatapan mengarah pada Nizar yang menatapnya penuh kebencian, pria itu bahkan menunjuk dadanya seolah mengikrarkan diri, betapa sakit hati Anggun, apakah benar sampai kapanpun Nizar tidak akan pernah menyukainya? Begitu bencinya kah Nizar padanya? Hingga Nizar mengikrarkan diri tidak akan menyukainya, lalu untuk apa perjuangan Anggun selama ini.

"Apa lo gak punya harga diri, sedikit aja? Ngejar gue dan berambisi memiliki gue. Semurah itu lo sampai lo rela ngelakuin apa aja demi seorang cowok!" Anggun menelan ludahnya kasar, ya, apakah dia begitu murahan dimata Nizar?

"Dan lo pikir gue mau sama cewek centil, murahan, dan menjijikan kayak lo, mimpi lo!" kali ini Anggun menunduk.

"Oke," ucap Anggun "Mulai sekarang aku akan berhenti," lirihnya.

Anggun mendongak dengan senyum miris dan mata berkaca- kaca. "Ya, sepertinya aku harus mengubur mimpiku untuk bersama kamu, maaf untuk semua yang aku lakukan dan sudah mengganggu ketenangan kamu." Anggun bangkit dari duduknya dan meninggalkan Nizar setelah mengemasi bukunya dan memasukannya kedalam tas.

Nizar berdiri tertegun dan menatap Anggun yang berjalan menjauh lalu berlari keluar dari kelas.

Benarkah semudah itu, semudah itu dia membuat Anggun berhenti, kenapa dia tidak melakukannya sejak dulu jika begitu, selama ini dia hanya diam melihat kelakuan Anggun yang membully semua cewek yang mendekatinya, bahkan dia hanya diam saat mendengar Anggun melakukan kekerasan pada mereka.

Lalu sekarang setelah dia memaki Anggun dan mengatakan dia seperti cewek murahan, Anggun setuju untuk berhenti.

Harusnya dia lega bukan? Tapi kenapa dalam hati Nizar seperti ada rasa sakit saat menatap mata Anggun yang menatapnya dengan berkaca- kaca.

Anggun berlari keluar dari gerbang sekolah dan tak peduli jadwal pelajaran yang belum usai, dia hanya ingin pergi dengan rasa sakit yang begitu menusuk hatinya, mengapa cinta pertamanya tidak bersambut, dan mengapa rasanya harus sesakit ini. Orang bilang cinta anak muda itu adalah cinta monyet yang mudah berpindah ke lain hati, tapi kenapa sejak dua tahun lalu perasan Anggun tidak berubah meski Nizar terus mengacuhkannya.

Tapi hari ini Anggun benar- benar menyerah, setelah hatinya direndahkan oleh Nizar, benarkah perjuangannya selama ini dianggap sebagai tingkah murahan dan menjijikan.

Andai hari itu Nizar tidak menyelamatkannya mungkin Anggun tidak akan jatuh cinta sebelah tangan dan berakhir sakit hati seperti sekarang ini.

Anggun berdiri di halte bis dengan tatapan kosong, ingatannya kembali ke dua tahun lalu saat Nizar menyelamatkannya dari preman yang mengganggunya.

Saat itu Anggun sedang janjian dengan Renata dan menunggu di sebuah jalanan sepi, namun, lama menunggu Renata tak kunjung datang dan malah muncul segerombolan preman yang menghampirinya dan menggodanya, hampir saja Anggun dilecehkan jika Nizar tidak datang dan menyelamatkannya.

Bagaikan adegan film action Anggun terpana saat melihat Nizar berkelahi dan menghajar semua preman yang mengganggunya, sejak saat itu Anggun jatuh cinta pada Nizar, apalagi mengingat betapa perhatiannya Nizar saat mengulurkan tangan untuk membantunya, dan menyampirkan jaket di bahunya "Lo gak papa?" ucapan lembut itu terus terngiang di telinga Anggun bahkan dia ingat hingga saat ini.

Anggun mengepalkan tangannya, baiklah mulai sekarang Anggun bertekad untuk melupakan Nizar, dia menyerah ... Apalagi mengingat saat ini dirinya yang tak memiliki kekuatan apapun, keluarganya yang jatuh miskin membuat Anggun tak memiliki kepercayaan diri. "Ini yang terbaik Anggun," ucapnya meyakinkan diri, tapi tetap saja air mata mengalir di pipinya.

...

"Aku pulang," ucap Anggun saat memasuki rumah, melihat sang mama yang menggunakan daster dengan kipas kecil yang menyala di rumah kecilnya membuat Anggun menelan ludahnya kasar.

Dulu di rumah besar mereka ada Ac yang mendinginkan cuaca yang panas, mamanya juga terbiasa memakai barang mahal dan bermerk , namun kali ini hanya ada kipas kecil dan mamanya yang menggunakan daster rumahan yang murah.

"Anggun sudah pulang?" tanya Clarisa dengan senyuman.

Anggun mengangguk memasuki kamar, menyampirkan tasnya di gantungan lalu mengganti seragamnya. Tadi Anggun sempat berjalan- jalan sambil menunggu jam pelajaran usai hingga mama nya tak tahu jika dia pulang sebelum jam pelajaran berakhir.

"Papa kemana, Ma?" tanya Anggun saat keluar kamar dan selesai mengganti seragamnya.

"Papa lagi cari kerja." Anggun duduk di sebelah Clarisa yang duduk berselonjor di karpet di dekat kipas yang terus berputar.

Dengan punggung yang menyandar di tembok Anggun mengangguk "Semoga papa dapat kerja," ucapnya dan diaminkan oleh Clarisa.

"Mama sudah masakan makan siang, sana makan dulu!" titahnya, tapi Anggun justru menyandarkan kepalanya di bahu sang mama.

"Nanti, aku belum laper," ucapnya.

Clarisa mengusap rambut panjang Anggun "Maafin mama dan papa tidak bisa membahagiakan Anggun seperti dulu, tapi percayalah nanti kita akan kembali ke keadaan yang semula, percayalah bahwa Tuhan maha membolak balikan keadaan."

Anggun menggeleng dengan mata berkaca- kaca "Mama dan papa gak salah, selama ini Anggun yang tidak bersyukur, selama ini Anggun terlalu sombong dalam menjalani hidup."

Clarisa tersenyum masih dengan mengusap rambut Anggun "Mama tahu Anggun akan mengerti, karena Anggun anak mama yang baik," ucapnya penuh haru "Anggun harus tetap bersyukur dengan apapun yang terjadi, setidaknya kita masih bisa bersama meski tidak seperti dulu, tapi hati kita selalu hangat dan tetap bersama."

Anggun mengangguk dengan meneteskan air mata. Benar, dia harus memperbaiki hidupnya mulai sekarang, lebih banyak bersyukur dan menghentikan sikap sia- sia yang hanya akan berakhir menyakitkan seperti mengejar Nizar dan melakukan hal yang lebih bermanfaat mulai sekarang. Sebentar lagi kelulusan dan Anggun harus lulus dengan nilai terbaik demi masa depannya.

Terpopuler

Comments

lili

lili

semangat anggun sebenarnya kamu anak baik hanya saja kamu salah pilih teman,mungkinkah preman itu suruhan Renata ...

2024-02-12

2

asmara wati

asmara wati

anggun kamu hanya salah pilih teman, yang sabar ya?😃😃

2023-12-30

0

Sanie Iza

Sanie Iza

belum up

2023-12-05

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 81 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!