Bab 17

"Ini gak adil buat aku Ki, hubungan kita bukan satu atau dua bulan tapi empat tahun, dan kamu nikahin dia cuma karena kamu merasa bersalah, bukan salah kamu atau ayah kamu orang tuanya meninggal, itu sudah suratan takdir."

"Apa pun itu aku udah nikah sekarang, dan aku menghormati istriku." Rizki masih sibuk membenarkan motor pelanggan, dan berusaha acuh.

"Lalu bagaimana perasaan kamu?"

"Tolong aku, Siska. Kita putus baik- baik kan," ucap Rizki, yang masih tak mau menatap wanita yang Rizki panggil Siska itu.

"Kamu putisin aku secara sepihak, Ki. Apa ini adil buatku," Rizki melempar kunci- kunci yang sejak tadi di pegangnya saat mendengar Siska menangis, lalu berdiri dan memeluknya.

"Maaf," ucap Rizki penuh rasa bersalah.

"Jahat kamu Ki, kamu jahat." Siska memukul tubuh Rizki tapi juga tak kuasa untuk tak membalas pelukan Rizki.

"Aku harus apa tanpa kamu, Ki ..." Rizki mengeratkan pelukannya dan terus bergumam maaf.

Tanpa keduanya sadari Anggun yang bersembunyi di balik pohon besar juga menangis, lagi- lagi menyesali hidupnya yang merepotkan orang lain dan tanpa dia tahu, Anggun sudah memisahkan pasangan itu.

Mendengar dan melihat bagaimana Rizki mencintai Siska membuat Anggun benar- benar merasa jahat, Rizki memilihnya dan meninggalkan cintanya hanya karena merasa bersalah padanya, dan bahkan memang benar, itu bukan salahnya yang harus bertanggung jawab atas kehidupannya.

Setelah bersembunyi beberapa saat Anggun memilih kembali pulang sebelum kehadirannya di sadari oleh Rizki.

Anggun terdiam menatap rantang yang tadi akan dia berikan pada Rizki, kenapa harus seperti ini, kenapa dengan nasib hidupnya, dulu saat dia mencintai Nizar cintanya justru menghancurkannya, hingga kini dia harus menanggung kehamilannya seorang diri. dan sekarang saat dia akan membuka hati untuk Rizki, kenyataan yang dia dapatkan adalah pria yang selalu ada bersamanya menerimanya hanya karena rasa kasihan, dan untuk kenyataan itu tentu saja Anggun tahu, tapi kenyataan jika Rizki menikahinya dan mengorbankan cintanya tentu saja membuat Anggun merasa buruk.

Dari semua itu Anggun berpikir apa dia tak pantas di cintai?

Ponsel Anggun berdering dan Anggun menghela nafasnya saat melihat nama Rizki disana lalu menggulir tombol hijau untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Hallo Nggun, Mas mau pulang kamu mau apa?" Anggun melihat ke arah jam di dinding tak terasa sudah dua jam lamanya Anggun melamun, hingga waktu sudah sore dan waktunya Rizki pulang.

"Aku lagi gak pengen apa- apa kok Mas," ucap Anggun berusaha menyembunyikan sakit di hatinya.

Apa perhatian yang Rizki tunjukan juga hanya sebatas rasa prihatin pria itu padanya?

"Kamu yakin?" tanya Rizki lagi.

"Iya, lagian aku juga udah makan jadi masih kenyang."

"Iya deh, aku pulang sekarang," kata Rizki yang langsung mematikan teleponnya.

Anggun bangun dan merapikan makanan di rantang kembali pada wadah yang tersedia di meja, jangan sampai Rizki tahu kalau dia datang ke bengkel tadi.

Selang sepuluh menit Rizki benar- benar pulang dan langsung menghampiri Anggun.

"Mas sudah makan?" tanya Anggun basa- basi, sungguh Anggun ingin bersembunyi di kamarnya karena merasa malu, malu karena sudah mengira Rizki menyukainya, padahal pria itu hanya mengasihaninya.

Anggun merasakan hatinya tertusuk ratusan jarum tak kasat mata, tapi Anggun berusaha menyembunyikannya.

"Sudah, tadi Dani beli nasi padang," jawabnya.

"Ya udah kalau gitu aku masuk kamar ya, ngantuk." Anggun tersenyum lalu berbalik ke arah kamarnya dan menutup pintu.

Beruntung selama ini mereka tinggal di kamar terpisah hingga Rizki tak akan tahu dia sedang menangis sekarang.

Anggun menutup mulutnya mencoba meredam tangisnya agar Rizki tidak mendengarnya.

....

Hari- hari Anggun masih seperti biasa, dan Rizki pun terus mencurahkan perhatiannya pada Anggun, dan Anggun yang membentengi hati agar tak jatuh cinta pada setiap perhatian Rizki, Anggun masih kadang melamun meski di depan Rizki dia terus berusaha biasa saja.

"Nih, uang belanja minggu ini." Rizki menyerahkan beberapa lembar merah pada Anggun. "Kamu juga bisa beli baju kalau mau," katanya lagi.

"Gak usah bajuku masih banyak."

"Iya, tapi kan pasti pada gak muat." Anggun menunduk melihat perutnya yang semakin membuncit, "Tapi bentar lagi lahiran bajunya pasti gak kepake," kata Anggun. Dan akhirnya Rizki hanya menghela nafas pasrah.

Sejak menikah delapan bulan lalu Anggun hanya membeli beberapa daster untuk dia pakai sehari- hari, dan sejak Anggun tahu perasaan Rizki yang sesungguhnya Anggun tak berani lagi menerima uang Rizki selain untuk belanja keperluan dapur.

Setelah memberikan uangnya Rizki pergi untuk bekerja, ya, setelah lulus tiga bulan lalu Rizki di terima di sebuah perusahaan besar dan untuk bengkel dia serahkan kepengurusannya pada Dani, pegawai kepercayaannya, Rizki hanya mengawasi dan beberapa kali datang untuk memantau dan fokus bekerja sambil Rizki mengumpulkan modal untuk membangun bengkel yang lebih besar kelak.

Setelah Rizki pergi Anggun menutup pintu dan duduk di kursi santai untuk membuka ponsel, berbekal ponselnya Anggun membuka aplikasi novel online dan mulai menulis disana, Anggun tak mengira dia bisa menulis, hanya berbekal imajinasinya ternyata Anggun bisa menghasilkan sebuah karya, selain itu Anggun akan mendapatkan uang, meski tak seberapa tapi dia bisa mulai menabung untuk kehidupannya tanpa merepotkan Rizki lagi. Sejak mengetahui tentang Rizki hari itu Anggun menjadi tidak banyak meminta, bahkan hanya untuk sekedar membeli keinginan bayinya yang biasa di sebut mengidam Anggun akan menggunakan uangnya sendiri. Anggun memiliki tabungan yaitu uang asuransi yang di dapat dari kematian mama dan papanya, tapi Anggun berniat menggunakannya untuk kuliah nanti, meski Anggun tak tahu bagaimana caranya dia bisa kuliah sedangkan dia memiliki anak.

Mengingat anak Anggun mengelus perut buncitnya yang sudah semester akhir kehamilan, tiba- tiba air matanya menetes begitu saja saat ini "Aku membenci kamu Nizar, tapi aku akan berusaha menerima apa yang diberikan Tuhan untukku, aku akan menyayangi anak yang ada karena kekejamanmu dengan segenap hatiku." Anggun menghela nafasnya lalu kembali mengetik dan mencurahkan imajinasinya pada cerita yang dia ciptakan, dia harus bisa menghasilkan lebih banyak uang, agar setelah berpisah dari Rizki dia bisa mandiri.

Ya, sudah Anggun putuskan untuk bercerai dari Rizki setelah dia melahirkan, dan membiarkan Rizki untuk meraih kembali cintanya pada Siska. Tentu saja Anggun tidak setega itu untuk membiarkan Rizki mengorbankan hidupnya hanya untuk menjalani harinya dengan Anggun yang bahkan tak bisa memberikan haknya.

Anggun hanya meminta dalam hati agar Rizki mau menerimanya hingga dia melahirkan, hanya batas itu, Anggun mohon!

...

Syedih ya🤧 entah kenapa aku ingin buat yang begini, tapi jangan berharap Anggun gak sama Nizar, sebab cerita ini di buat untuk Anggun dan Nizar yang "Bukan Mantan" tapi bertemu kembali karena terikat.

Doakan aku semoga memenuhi retensi, yuk ajak temen2 klean baca novel ini, biar aku bisa lanjutkan disini sampai tamat🤗

Terpopuler

Comments

Herta Siahaan

Herta Siahaan

g Usah ma Nizar lah..g suka ma laki-laki yg suka ambil tindakan tanpa menyelidiki. dan Rizky tolong lah peka ma sikap istri mu. mang semua laki laki giti ya g ada pekanya

2024-04-26

1

Heni Rianti

Heni Rianti

seratusan novel yang sudah q baca cuma novel ini yg bikin AQ mewek 😭😭

2024-04-29

0

Herta Siahaan

Herta Siahaan

Ya Allah kok masih jg belum bahagia Anggun...

2024-04-26

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 81 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!