Bab 10

Renata benar- benar datang dengan sebuah paper bag yang berisi gaun untuk Anggun "Nggun nih, tar malem pake ya, gue jemput lo nanti."

Anggun menoleh dan menerima paper bagh dari Renata "Gak usah Re, nanti aku langsung ke tempat acara aja, lagian kamu kan gak tahu rumahku yang sekarang." Renata nampak berpikir lalu mengangguk.

"Iya, sih. Tapi janji lo harus datang ya!" Anggun mengangguk.

"Gue datang kok,"

"Bagus deh, gue jadi tenang ... Eh iya gimana sama Nizar?" tanya Renata hati- hati.

Anggun menggeleng "Aku nyerah Re, seperti kata kamu, aku cuma bisa mimpi dapetin Nizar."

Renata menggenggam tangan Anggun "Maafin gue untuk kata- kata gue waktu itu Nggun, tapi gue janji nanti malam gue bakalan buat lo sama Nizar jadi pasangan dansa, dan kalian bakalan jadi pasangan yang serasi."

Anggun mengerutkan keningnya "Gimana caranya?"

"Cukup pakai gaun ini aja, lo tahu kan pesta nanti temanya topeng, jadi Nizar gak akan tahu siapa lo, dan dengan begitu gue bisa bikin lo dansa sama Nizar."

"Trus gimana lo bisa tahu itu Nizar sedangkan dia juga pake topeng?" tanya Anggun bingung.

"Itu urusan gue, lo tenang aja ... " Renata berdehem lalu melanjutkan "Gue tahu lo gak bisa memiliki Nizar, tapi gue harap lo punya kenangan saat lo berdansa sama Nizar sekali seumur hidup." Anggun tidak menanggapi dan dia hanya mengangguk dengan senyuman.

Setelah Renata pergi Anggun melihat sekilas gaun yang di berikan Renata lalu menyimpannya di bawah meja, setelah merapikan bukunya Anggun keluar dari kelas untuk pulang.

Selang beberapa menit sebuah langkah mendekat dan mengambil paper bag yang ditinggalkan Anggun.

Arumi tersenyum jika dengan ini dia bisa menjadi pasangan Nizar akan dia lakukan, tadi saat Renata dan Anggun sedang mengobrol Arumi tak sengaja mendengarnya, "Tapi kenapa Anggun gak bawa ini, apa di lupa?" Arumi tersenyum cerah dia akan datang dan mengenakan gaun ini, dan mengikuti Renata agar dia bisa berdansa dengan Nizar, lagi pula Renata tidak akan tahu jika dia bukan Anggun, karena pesta nanti malam adalah pesta topeng.

Renata menunggu Anggun di depan pintu, dimana aula hotel tempat pesta kelulusan diadakan. "Anggun, sini!" Renata memanggil seseorang yang mengenakan gaun yang dia kenal, tentu saja itu gaun yang sudah dia berikan pada Anggun.

Arumi hanya diam di balik topeng yang dia kenakan, dia tak ingin Renata menyadari jika dirinya bukan Anggun, malam ini dengan keyakinannya Arumi mengenakan gaun yang Renata berikan, dia sebenarnya cukup risi, karena gaun itu hanya sebatas setengah paha, tapi demi agar bisa bersanding dengan Nizar Arumi rela mengenakannya.

Arumi mengerutkan keningnya saat Renata membawanya menjauh dari pintu aula dan masuk ke sebuah kamar, "Gue udah isi data lo di buku tamu, jadi tenang aja."

"Lo tunggu disini, nanti gue bakal bikin Nizar masuk sini abis itu lo bisa ngobrol, oke. " Arumi semakin bingung, kenapa dia harus menunggu di ruangan berbeda dari aula namun mendengar nama Nizar di sebut dia hanya mengangguk.

Renata keluar dari kamar meninggalkan Arumi yang melihat sekitarnya lalu duduk dengan gugup di tepi ranjang.

Setengah jam kemudian pintu terbuka menampilkan seorang pria yang mengenakan topeng, namun yang membuat Arumi menegang pria itu bukan Nizar, tentu saja Arumi tahu dari postur tubuhnya yang buncit di bagian perut.

"Si-siapa kamu?" tanya Arumi saat melihat seringaian mengerikan dari celah topeng yang di kenakan pria itu.

Arumi memundurkan langkahnya saat melihat pria itu membuka topengnya "Kamu ingat aku?" Arumi menggeleng dia tak tahu siapa pria di depannya, rasa takut kini menghampirinya.

"Mau apa kamu, jangan mendekat!" teriak Arumi, saat pria paruh baya itu semakin mendekat.

"Ayolah sayang sini sama om Tio, kamu pasti akan ketagihan, ya, meski awalnya akan sakit tapi om janji akan melakukannya dengan pelan, agar kita bisa sama- sama menikmatinya."

"Bicara apa kamu?!" Arumi lagi- lagu bergidik saat pria yang menyebut dirinya om Tio terkekeh.

"Jangan pura- pura lugu, om tahu kamu mengerti ayolah aku sudah membayar banyak untuk memilikimu malam ini." Arumi menggeleng, apa katanya, apa dia baru saja di jual oleh Renata, tidak harusnya Anggun yang ada di sini, bukan dia. Apakah Renata berencana menjual Anggun pada pria hidung belang, apapun itu tidak seharusnya dia yang ada di sana, dia tak peduli jika itu terjadi pada Anggun tapi kenapa dia yang terjebak disini.

Arumi berteriak dan berlari ke arah pintu, namun Om Tio berhasil menangkapnya dan menariknya ke ranjang lalu menindih tubuh Arumi. "Oh, aroma kamu memang wangi." Arumi meronta saat om Tio mengendus lehernya.

"Tidak, jangan lakukan itu, aku ... Aku bukan Anggun, tolong!" Namun teriakan Arumi sama sekali tidak di gubris oleh Om Tio yang sudah dikuasai gairah.

Tubuh Arumi bergetar takut saat Om Tio mulai meraba bagian tubuh Arumi yang terbuka.

"Tolong, tolong!" dengan kekuatannya Arumi berusaha melepaskan dan berteriak minta tolong.

...

Nizar baru saja selesai mengenakan topengnya dan akan memasuki aula, Nizar merasakan ada dorongan dalam dirinya yang minta di keluarkan Nizar pun memilih menghentikan langkahnya "Kenapa Zar?" tanya Ibra, yang kebetulan baru saja datang bertepatan dengan Nizar.

"Gue ke toilet dulu, deh."

"Di dalem ada kali Zar."

"Gak, ah di dalem pasti udah banyak orang trus gue harus ngantri, gue cari di luar aja." Nizar melangkahkan kakinya menyusuri koridor, namun saat menoleh ke belakang Ibra masih mengikutinya.

"Ngapain lo ngikut gue?"

"Takut lo ilang Zar."

"Sialan lo." Ibra terkekeh, dia hanya malas masuk aula sendiri saja, jadi lebih baik dia ikut Nizar dan masuk bersama nanti.

Setelah menyelesaikan hajatnya Nizar keluar dari toilet dan mendengus saat melihat Ibra yang berdiri di depan pintu "Sumpah gue jijik," ucap Nizar bergidik.

"Sialan lo, pikiran lo tuh yang menjijikan." kedua cowok itu berjalan kembali untuk menuju aula pesta, namun saat melewati sebuah kamar, langkah Nizar terhenti.

"Lo denger gak Ib?" tanya Nizar.

Ibra menghentikan langkahnya dan menajamkan pendengarannya "Sialan lo Zar, ini kamar hotel, orang di dalem lagi making love kali."

Nizar menggeleng "Gak, kaya suara orang minta tolong." Nizar menajamkan pendengarannya namun hening "Iya kali, ayo balik ke aula." baru saja Nizar kembali melangkah suara pintu di gedor dari dalam dengan suara minta tolong yang semakin jelas menghentikannya. "Beneran Ib, dia minta tolong."

"Panggil petugas keamanan cepet!" Ibra mengangguk lalu berlari untuk mencari petugas keamanan, sedangkan Nizar menendang pintu berusaha mendobrak pintu agar terbuka.

Brak ...

Brak ...

BRAK ... Di tendangan ketiga Nizar berhasil membuka pintu.

Tadi Arumi berhasil lari ke arah pintu dan menggedor pintu, berharap ada yang mendengar, namun om Tio berhasil kembali menyeretnya ke arah ranjang dan kembali mengungkungnya.

Nizar melihat seorang wanita yang mengenakan topeng, di bawah kungkungan seorang pria paruh baya, wanita itu meronta dan terus berteriak.

"Tolong! Kak Nizar, tolong aku." Nizar tertegun saat mengenali suara siapa itu.

"Arumi." Nizar berlari ke arah ranjang dan menendang pria paruh baya yang menguasai tubuh Arumi.

"Brengsek siapa kau!" om Tio memekik saat tubuhnya terhempas jatuh ke bawah ranjang.

"Kau yang brengsek pria tua sialan!" Nizar memberikan pukulan bertubi- tubi pada om Tio hingga pria itu menyerah.

"Hentikan, ku mohon!" Nizar menghempaskan tubuh gempal itu lalu menghampiri Arumi yang menangis tergugu.

Nizar melepas topeng Arumi dan melihat keringat mengucur disana "Lo udah aman, tenang aja." Arumi menghambur memeluk Nizar.

"Aku takut- kak, dia, dia bilang ... Dia sudah bayar aku, makanya dia mengurungku dan ... Anggun ..." ucapan Arumi terhenti dan menutup wajahnya.

Nizar bisa merasakan tubuh Arumi bergetar mungkin dia masih takut karena kejadian ini.

"Brengsek, lagi- lagi Anggun," umpat Nizar, dan dengan cepat dia kembali menyerang om Tio hingga pria itu terkapar.

Saat om Tio membuka mulutnya dan akan bicara petugas keamanan datang dan mengamankannya. Saat di seret keluar kamar Om Tio melihat ke arah Arumi, lalu mendengus.

Menghela nafasnya Nizar melepas jasnya dan menyampirkannya di bahu Arumi.

Ibra menghampiri Arumi "Lo yakin dia bilang dia beli lo dari Anggun?" Arumi menunduk lalu mengangguk pelan, sedangkan Nizar merasakan darahnya mendidih.

Sialan, Anggun sudah keluar dari batasannya.

Terpopuler

Comments

Baiq Widya Shinta

Baiq Widya Shinta

Aku Knpa Ada rasa benci sama Arumi.. pokoknya Aku benci sm Arumi deh

2024-05-07

0

Isli Herlina

Isli Herlina

greget sama arumi

2024-04-08

0

Lina ciello

Lina ciello

koe kui sek oon 🤬😡 gampang dinhasutt

2024-04-07

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 81 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!