Pagi harinya, Katalina terbangun tanpa ada Matt di sampingnya. Sepertinya cowok itu sudah pergi ke perusahaan karena sekarang sudah menunjukan pukul 8 lewat. Katalina kaget juga kenapa ia bisa bangun kesiangan.
Bergegas ia bangun, merapikan tempat tidur dan segera mandi. Katalina ada janji ketemu dengan dosennya untuk persiapan ujian proposal.
Saat ia turun ke bawah nampak ruang tamu sudah sepi. Katalina bermaksud hanya akan minum susu hamilnya saja. Namun di dapur, ia justru berpapasan dengan Viona yang nampaknya sedang membuat susu juga. Mata Viona nampak sembab karena kebanyakan menangis.
"Sok minum susu hamil karena sudah menikah dengan uncle Matt kan? Merasa sudah di atas angin karena sudah menjadi orang kaya ya? Dasar perempuan matre!" kata Viona berusaha untuk memprovokasi Katalina.
"Nggak masalah menjadi perempuan matre yang penting dicintai." kata Katalina sambil menuangkan susunya ke dalam gelas dan menaruh air panas kemudian mengaduknya.
Viona yang duduk di depan meja pantry memperhatikan Katalina yang nampak tenang mengaduk susunya.
"Kamu pikir kalau Okan tak mencintai aku? Dia menghamili aku supaya aku mau menikah dengannya. Karena selama ini aku selalu menolak dia setiap kali dia menggodaku."
Katalina hanya tersenyum. Ia membalikan badannya dan menatap Viona. "Kalau begitu, nikmatilah kebahagiaanmu bersama Okan. Walaupun kelihatannya semalam tidur mu tak nyenyak karena terlalu banyak menangis. Di mana Okan? Pulang ke rumahnya?"
"Itu karena kamu yang ada di sini. Pergilah kamu dari sini, Lina. Tinggal di apartemen uncle."
Katalina meminum susunya sampai habis. Ia membawa gelas nya itu ke tempat cuci piring dan langsung mencucinya. Setelah mengeringkan tangannya, ia menatap Viona yang nampak sudah mulai emosi.
"Kenapa aku harus pindah? Matt ingin di sini dan itu berarti aku harus bersama suamiku. Seharusnya kamu yang pergi ke peternakan dan tinggal di sana."
"Aku nggak mau. Ini rumahku, rumah orang tuaku. Kamu yang harus pergi! Pergilah! Aku tidak suka kamu ada di sini! Aku membencimu!" Viona mendekati Katalina dan memegang lengan gadis itu dengan sangat kuat. Badan Viona yang memang lebih besar dan lebih tinggi dari Katalina membuat ia merasa bisa menguasai Katalina.
"Lepaskan Viona!"
"Pergi kamu !" Viona mendorong tubuh Katalina dan membuat gadis itu jatuh tersungkur di atas lantai.
"Viona.....!" terdengar suara Okan yang berteriak marah. Ia mendekati Katalina dan membantu gadis itu berdiri.
"Okan....?" Viona kaget saat melihat Okan yang tiba-tiba berada di dapur.
"Apa yang kamu lakukan pada Lina?" tanya Okan marah. Ia kemudian menatap Katalina dengan wajah prihatin. "Kamu baik-baik saja?"
Katalina menarik tangannya yang dipegang Okan. "Urus saja istrimu yang cemburu buta itu." Lalu Katalina segera pergi.
Okan menatap Viona dengan tajam. "Mau kamu apa Viona?"
"Aku meminta dia untuk pergi dari sini! Aku membencinya." teriak Viona histeris.
"Kamu mau seisi rumah ini tahu kalau sebagai sahabatnya kamu sudah merebut kekasihnya?"
"Dia bukan sahabatku!"
"Ada apa ini?" tanya Mirna, ibu Viona yang masuk ke dapur.
Viona langsung berlari dan memeluk mamanya. "Aku kesal karena semalam Okan tidur di rumah ibunya dan tidak mengajak aku, ma."
Mirna menatap Okan. "Okan, tolong perhatikan Viona. Dia sedang hamil."
Okan menekan rasa kesal di hatinya. "Mamaku sakit. Papa ku sedang keluar kota. Siapa lagi yang harus menemaninya? Aku mau mandi dan langsung ke kantor." Okan segera meninggalkan dapur.
Viona menatap kepergian suaminya dengan berderai air mata. "Mama....!"
"Okan memang tak mencintaimu, Vio. Mengapa kamu menyerahkan dirimu sampai bisa hamil dengan lelaki yang tak memiliki perasaan padamu?"
"Okan mencintai aku, ma."
"Mama tak melihat itu di matanya." lalu Mirna segera meninggalkan putrinya sendiri. Viona memikirkan bagaimana caranya agar Katalina tak tinggal di sini lagi. Ia sungguh ingin menghancurkan Katalina.
*********
Pertemuan dengan dosennya sudah selesai. Katalina senang karena urusan dengan studinya sebentar lagi akan selesai. Bahkan ia bertekad sebelum waktunya untuk melahirkan, ia sudah harus di wisuda.
Waktu masih menunjukan pukul 1 siang. Katalina enggan untuk pulang ke rumah. Ia tak mau bertemu dengan Viona yang akan membuat dirinya emosi. Katalina yakin itu tak baik untuknya dan juga Viona karena mereka sama-sama sedang hamil.
Kedua sahabat Katalina masih ada kelas sedangkan Katalina sudah tak memiliki kontrak mata kuliah lagi. Ia pun melangkah menuju ke arah gerbang kampus. Katalina sengaja belum menelepon Anto karena ia rindu ingin menikmati hari ini dengan baik bus.
Katalina naik bus yang menuju keluar kota. Ia tiba di sebuah taman. Katalina ingat taman ini pernah ia kunjungi dengan mamanya selama beberapa kali. Walaupun juga pada kenyataannya, ia pernah kunjungi bersama Okan.
Katalina mengenakan sepatu kets dan gaun selutut berwarna putih. Semenjak hamil memang ia suka dengan sesuatu yang berwarna putih dan sialnya, itu adalah warna kesukaan Okan.
Di dekat taman ini ada beberapa restoran mewah. Katalina duduk di salah satu bangku taman dan membelakangi sebuah restoran yang ada di sana. Ia mengeluarkan air mineral dari dalam tas nya dan sebungkus keripik pisang. Keripik pisang memang ini juga kesukaan Okan dan entah mengapa Katalina ingin memakannya.
Jangan semua keinginanmu akan sama dengan kebiasaan orang itu, nak. Karena dia tak akan pernah menjadi bagian kita lagi.
Katalina bergumam sendiri dalam hatinya sambil membelai perutnya.
**********
Tak jauh dari sana, nampak seorang pria yang sedang berdiri menatap ke arah taman sambil tatapan fokus pada Katalina yang sedang duduk di bangku taman. Sekalipun Katalina membelakanginya namun Matt yang akan makan siang dengan investor asal Jepang itu dapat mengenali kalau itu adalah Katalina.
"Matt, ayo duduk!" ajak Niken.
"Sebentar. Aku mau ke bawa dulu." Matt bergegas menuruni tangga membuat Niken berdiri dan mengikuti arah langkah cowok itu.
"Alin?"
Katalina menoleh dengan kaget saat mendengar suara itu. "Matt, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Katalina lalu berdiri.
"Aku akan makan siang dengan salah satu investor. Kamu sedang apa di sini?"
"Tiba-tiba saja ingin ke sini karena aku dan mama biasa datang ke sini."
"Oh......! Sudah makan siang?"
Katalina mengangkat keripik yang dipegangnya.
"Itu bukan makanan tapi cemilan. Ayo makan siang bersama."
"Nggak usah. Aku di sini saja. Nggak enak sama mereka."
"Kenapa nggak enak? Kan mereka tahu kalau kamu adalah istriku. Ayo!" Matt meraih tangan Katalina dan gadis itu terpaksa mengikutinya.
Tuan Yakamazi dan asistennya tersenyum saat melihat Matt masuk bersama Katalina. Sedangkan Niken, mengepal tangannya sambil menahan amarah.
"Tuan Ciputra, siapa gadis cantik ini?" tanya Yakamazi yang terkenal sangat genit dengan gadis-gadis cantik.
"Ini istriku." Kata Matt sambil melingkarkan tangannya di pinggang Katalina.
"Waw, masih cantik dan sangat mudah. Kamu suka daun muda ya..."
"Usia kami hanya terpaut tujuh tahun. Aku pikir itu usia yang pas. Aku tak merasa tua untuknya." Kata Matt lalu mengajak Katalina duduk.
Mereka pun makan siang bersama dengan pusat percakapan tentang Katalina.
Selesai makan, tuan Yakamazi pun segera pamit. Ia masih sempat memuji Katalina. "Beruntung sekali kamu mendapatkan dia, Matt. Sangat cantik dan menggemaskan." ujarnya sambil mengedipkan matanya pada Katalina.
Saat mereka sama-sama sudah keluar dari restoran, nampak Anto sudah menunggu.
"Anto ke sini mau jemput Alin?" tanya Niken.
"Nggak. Aku tadi mengirim pesan kepada Anto untuk menjemputmu karena Alin akan pulang dengan aku." ujar Matt dengan gaya cueknya.
"Memang nya kamu nggak akan kembali ke perusahaan?" tanya Niken.
"Nggak. Aku mau langsung pulang ke rumah karena Alin butuh istirahat." Matt membukakan pintu mobilnya bagi Katalina. Gadis itu merasa tak enak. Dia dapat melihat bagaimana kesalnya Niken ketika harus pulang dengan Anto.
"Matt, biar aku pulang dengan Anto saja." ujar Katalina. Ia merasa tak enak hati.
"Aku ada janji dengan daddy jam 6 sore ini. Jadi memang sebaiknya langsung pulang saja. Kenakan sabuk pengaman mu."
Katalina menurut. Ia mengenakan sabuk pengamannya. Matt kemudian menjalankan mobilnya. Meninggalkan Niken dan Anto yang belum juga pergi.
"Langsung ke kantor, nona?" tanya Anto.
"Ya." jawab Niken kesal lalu segera membuka pintu, masuk dan membanting pintu dengan keras.
************
Saat mereka tiba di rumah, Matt langsung menemui papanya, sedangkan Katalina bermaksud akan pergi ke kamarnya. Namun di depan tangga, ia justru berpapasan dengan Viona.
"Kapan kamu akan pergi dari sini?" tanya Viona dengan tatapan kurang bersahabat.
"Aku nggak akan pergi jika suamiku masih di sini."
"Pergi dari sini, Lina! Pergi....!" Viona mendorong tubuh Katalina.
"Viona, kamu kenapa sih? Jangan sembarangan mendorong aku." Katalina menepiskan tangan Viona dengan kesal.
"Pergi....!" teriak Viona.
"Kenapa istriku harus pergi?"'
Mata Viona membulat saat mendengar suara Matt yang berdiri di belakangnya.
********
Bagaimana tindakan Matt pada Viona?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Sandisalbiah
dimana² yg namanya pencuri itu selalu takut kalau barang hasil curiannya akan kembali di ambil oleh pemilik sebelumnya.. ini yg di rasakan Viona.. dia merasa terancam dan tidak tenang dgn keberadaan Alin di rumah itu..
2024-08-08
0
sherly
ya ampun matt kamu tu ya saking cueknya ngk paham kalo si Niken tu lg posesif banget Ama kamu... Niken jgn sampai kejebak perasaaan yg akan membuat Matt membencimu...
2024-05-03
1
Bundanya Jamal
😡😡😡 viona jhat bnget kamu , sibgkirkan dari rmh itu kasian alin
2024-03-09
0