Pernikahan Okan Bagaskara dan Viona Ciputra di laksanakan di mansion keluarga Ciputra. Pernikahan ini digelar tertutup karena memang keluarga Bagaskara tidak suka kehidupan pribadi mereka menjadi konsumsi publik.
Para tamu yang diundang pun dari kaum bangsawan dan pejabat negara juga beberapa tokoh terkenal lainnya. Maklumlah, kakek Viona pernah menjadi seorang gubernur selama 2 periode.
Sebuah mobil Lamborghini Hitam berhenti di depan rumah itu. Seorang petugas keamanan mendekatinya.
"Tuan, bolehkah saya melihat undangan anda?"
"Perlukah saya menunjukan undangan?" tanya pria itu tanpa melepaskan kacamata hitamnya.
"Tapi ini private party. Tidak boleh sembarangan orang yang masuk.
"What? Aku adalah orang sembarangan?" tanya pria itu sedikit mengeraskan volume suaranya sehingga beberapa petugas keamanan yang lain pun mendekat.
"Astaga...., tuan muda !" Salah satu satpam yang sudah 10 tahun lebih bekerja di mansion ini terkejut melihat siapa yang datang. "Buka gerbangnya!" teriaknya panik.
Semua orang menjadi bingung.
"Memangnya dia siapa?" tanya mereka bingung.
"Matthias Erlangga Ciputra. Anak kesayangan tuan Morgan Ciputra."
Semua langsung terperangah. Mereka memang pernah mendengar nama itu. Tuan Morgan memiliki anak dari wanita lain. Anak yang hubungannya memang tak pernah akrab dengan keluarga Ciputra yang lain. Yang mereka tahu, Matthias tak pernah datang ke sini. Namun kenapa akhirnya ia bisa ada di sini?
************
Suasana pesta yang begitu meriah tiba-tiba menjadi hening saat melihat siapa yang berdiri di atas podium kecil itu.
"Hallo semua.....! Apa kabar? Selamat untuk ponakan ku yang cantik atas pernikahan ini. Waw, kamu menikah dengan anak keluarga Bagaskara? Sungguh luar biasa."
"Matthias!" tuan Morgan langsung senang melihat putra bungsunya ada di sana. Mata tua itu bahkan sudah berkaca-kaca.
Okan yang berdiri di samping Viona justru tak memperhatikan kedatangan pria yang biasa di sapa Matt itu. Pandangannya justru tertuju ke salah satu sudut taman. Pada seorang gadis yang menggunakan gaun berwarna hijau lumut. Okan tentu saja mengenal gaun itu karena dialah yang membelikannya ketika sang gadis berusia 20 tahun.
"Aku ke toilet sebentar." Okan melepaskan tangan Viona yang ada di lengannya. Ia langsung menuju ke arah Katalina.
"Tunggu!" panggil Okan saat keduanya sudah berada di jalan pelataran parkir yang sepi.
Katalina membalikan badannya. Ia menatap Okan sambil tersenyum dengan sorot mata yang terluka.
"Aku datang hanya untuk memastikan kalau kau benar-benar bahagia. Ternyata kau memang bahagia. Aku masih berharap kalau kamu terpaksa melakukan ini. Namun ternyata tidak. Selamat ya? Selamat menempuh hidup baru di atas luka yang aku rasakan. Namun kamu tenang saja. Aku tak akan menganggu ketenangan kamu dan Viona. Karena malam ini, adalah malam terakhir kamu melihat diriku."
"Kamu akan pergi?"
"Ya." Lalu Katalina membalikan badannya. Ia memegang perutnya dan mengusapnya perlahan. Kemudian ia berlari meninggalkan Okan sendiri.
Pikiran Katalina sudah buntu. Mengahiri hidupnya sendiri bersama anak yang dikandungnya sudah merupakan pilihan akhirnya. Iblis sudah berbisik di telinganya dan Katalina setuju dengan bisikan itu.
Kembali ke pesta......
"Nak, akhirnya kamu datang." Morgan memeluk putranya itu. Kemarin ia mengirim kabar kepada putranya itu lewat pesan singkat. Sebab jika ia menelepon, Matt tidak pernah mau mengangkatnya. Ia dengar kalau Matt ada di Bali. Makanya ia berharap Matt datang di pernikahan cucu tertuanya.
Matt tak membalas pelukan papanya. Ia menatap Luke Ciputra. Kakak tirinya, lalu kemudian menoleh ke arah Mirna, istrinya. Kedua pasangan itu nampak tak terlalu suka dengannya.
"Matt.....!" seorang perempuan cantik mendekat dan memeluk Matt. Dia adalah Rachel, anak tertua keluarga Ciputra yang menyayangi Matt sekalipun mereka berbeda ibu.
"Hallo sister..., kamu nampak cantik setelah menjadi janda."
Rachel cemberut namun ia tetap menyayangi adiknya itu.
"Kamu akan menetap? Tinggallah di sini. jangan di luar negeri terus." bujuk Rachel.
Matt hanya tersenyum masam. Ia tak menjawab pertanyaan kakaknya. Kakinya melangkah mendekati Viona. Memberikan selamat kepada ponakannya itu yang memang hubungan mereka cukup dekat karena Viona beberapa kali berlibur ke Amerika.
"Uncle, terima kasih sudah datang."
Matt hanya mengangguk. Ia mengambil sesuatu dari saku celananya dan memakaikan sebuah cincin berlian di jari Viona. "Jika ingin bulan madu ke Amerika, bilang sama uncle ya? Tapi jangan sekarang. Karena dua bulan ke depan, uncle masih ada pekerjaan di Bali." Matt mengecup pipi Viona lalu segera beranjak dari pesta itu. Ia masuk kembali ke mobil Lamborghini nya dan meninggalkan mansion keluarga Ciputra yang megah itu.
Ia memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, namun matanya yang awas melihat seorang perempuan yang berdiri di atas jembatan.
Matt tahu di bawa jembatan itu ada sungai yang sangat dalam dan aliran airnya deras. Apalagi tadi siang baru saja hujan. Pasti tak ada yang selamat jika melompat dari jembatan yang sangat tinggi itu.
Matt langsung melompat keluar dari mobilnya saat melihat gadis itu menjatuhkan dirinya ke bawah. Matt ikutan terjun ke bawa dan berhasil memeluk tubuh gadis itu sebelum ia terbawa arus yang deras.
************
"Tuan, nona itu sudah dipakaikan pakaian bersih dan kering. Rambutnya juga sudah di keringkan. Sebentar lagi dokter akan selesai memeriksanya." kata perawat yang menangani gadis yang Matt selamatkan.
"Terima kasih." Matt menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia sendiri sudah berganti pakaian. Niken, asistennya sudah membawakan pakaian bersih untuknya dan perempuan itu sudah Matt suruh pulang karena tak ingin dia tahu apa yang terjadi.
Tak lama kemudian, pintu ruangan tempat gadis itu di baringkan terbuka. Dokter memanggil Matt untuk masuk. Perempuan itu pun sudah sadar namun terlihat hanya duduk terdiam dengan pandangan kosong.
"Hanya ada beberapa luka gores kecil di bagian kaki dan tangannya. Dan untungnya, bayi yang ada dalam kandungannya selamat. Pada hal bayi itu baru berusia 5 minggu." Dokter yang diketahui bernama Agung itu pun keluar.
"Di mana rumahmu?" tanya Matt setelah keduanya diam beberapa saat.
"Mengapa kamu menyelamatkan aku?"
"Aku bertanya kenapa kamu balas bertanya?" Matt yang yang terbiasa selalu mendapatkan jawaban dari semua pertanyaannya jadi kesal karena gadis itu justru tak berterima kasih atas pertolongan yang Matt berikan.
Gadis itu perlahan mengangkat wajahnya. Ia menatap Matt dengan tatapan sendu. "Seharusnya kamu jangan menyelamatkan aku.'
Perempuan itu yang tak lain adalah Katalina menatap Matt dengan tajam. "Biarkan aku mati."
"Tapi kamu sedang hamil."
"Aku dan anak ini lebih baik mati dari pada hidup. Kami hanya akan memalukan keluarga." Katalina terisak.
"Siapa lelaki yang telah menghamili mu? Siapa tahu aku kenal karena aku pernah dibesarkan di daerah ini."
"Dia bahkan tak tahu dengan kehamilan ku karena sekarang dia sedang berbulan madu dengan istrinya."
"Kenapa kamu tak mengatakannya?"
"Percuma! Karena dia tak pernah mencintaiku. Untuk apa mengharapkan tanggungjawab dari orang yang tidak pernah mencintai kita? Mati adalah cara terbaik untuk pergi dan melupakan. Karena untuk hidup, aku tak siap menanggung malu dan membebani orang lain. Aku hanya gadis miskin yang berharap dicintai oleh seorang pria kaya. Namun setelah menanam benihnya di tubuhku, ia justru pergi meninggalkan aku."
"Bunuh diri bukan jalan keluar terbaik. Itu dosa. Walaupun aku sebenarnya bukan orang yang terlalu taat beragama namun aku tak berani bunuh diri."
Katalina melipat kedua kakinya dan memeluk dirinya sendiri. "Sekarang aku harus bagaimana? Meneruskan kehamilan ini rasanya tak sanggup."
"Mengapa tak kau gugurkan saja?"
"Kalau anak ini harus pergi, maka aku pun harus juga pergi."
Matt menatap wajah gadis itu yang terlihat begitu polos, tak berdaya dan putus asa. Matt yakin jika dibiarkan sendiri, maka gadis ini akan bunuh diri lagi.
"Bagaimana jika ada yang mau menikah dengan mu? Apakah kamu mau tetap hidup?"
"Siapa lelaki gila yang mau menikah dengan seorang gadis yang hamil dengan orang lain?"
"Aku."
"Apa?"
Matt menepuk jidatnya sendiri. Ia juga heran kenapa harus menyerahkan dirinya untuk menikahi gadis itu. Namun Matt ingat sesuatu yang berhubungan dengan keluarganya.
"Begini, kita hanya menikah di atas kertas sampai kamu melahirkan. Setelah itu, kita akan bercerai dengan alasan tidak cocok. Kamu pasti akan mendapatkan hak asuh anak ini dan aku akan memberikan kamu uang sebagai modal hidupmu jika kita berpisah. Aku membutuhkan pernikahan ini untuk mengambil apa yang menjadi hak ku. Sebenarnya aku sudah meminta seseorang untuk menikah pura-pura denganku namun akan ku batalkan saja. Karena aku sudah terlanjur menyelamatkan mu, maka sekalian saja kamu terlibat dengan sandiwara ku ini. Anak mu juga akan mendapatkan nama belakangku."
"Kamu mungkin sudah bermimpi buruk sehingga ketemu denganku. Aku tak mungkin membebani mu." tolak Katalina.
"Terserah. Aku hanya menawarkan saja. Jika kamu setuju kita menikah selama setahun. Jika kamu tak setuju, aku akan menikah dengan seseorang yang sudah bersedia dengan semua rencanaku." Matt mengangkat bahunya dan bermaksud akan pergi.
"Jika kita menikah apakah aku harus menjalankan kewajiban ku kepadamu sebagai istri?"
"Maksud mu tidur bersama? Maaf, kamu itu bukan tipe ku." Matt tertawa sedikit merendahkan Katalina
"Baiklah. Aku setuju!" Katalina tak punya pilihan lain. Ia juga sebenarnya takut untuk bunuh diri. Apalagi jika harus mengugurkan anak ini.
Matt tersenyum penuh kemenangan. Ia sudah bisa membayangkan bagaimana cemberutnya wajah kakak dan papanya nanti melihat Matt membawa seorang gadis dari kalangan biasa untuk masuk ke keluarga Ciputra. Terlebih lagi, Matt berhasil menikah sebelum usianya genap 28 tahun.
***********
Bagaimana akhirnya pernikahan ini akan terjadi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Sandisalbiah
simbiosis mutualisme ya Matt... kau utk warisan keluarga Ciputta.. mungkin... dan Katalina utk nama baik keluarga juga masa depannya.. not bad lah 🤔🤔🤔
2024-08-08
0
Anonymous
Ini namanya Simbiosis mutualisme lanjut this
2024-05-06
1
Sukliang
salung menguntungkan
2024-03-13
0