Villa milik keluarga Ciputra yang ada di dekat pantai ini sebenarnya tempat favorit Matt. Di belakang Villa ini, ada makam Letizia, mamanya.
Pagi-pagi sekali, Katalina bersama keluarganya sudah di jemput untuk datang ke sini. Sekarang, Katalina sedang didandani.
Acara pemberkatan nikahnya akan dilaksanakan jam 4 sore.
Matt yang sudah mengenakan jas berwarna hitam melangkah ke arah makam sang mama. Setiap kali ia datang ke sini, Matt harus susah payah menahan air matanya. Kenangan manis bersama sang mama tak akan Matt lupakan begitu saja. 6 tahun yang lalu, Matt kehilangan sang mama karena sebuah kecelakaan. Hanya 3 hari Matt menjaganya dan Letizia Ciputra akhirnya menghembuskan napas terakhirnya dalam dekapan Matt.
"Hari ini aku menikah, ma. Namun bukan pernikahan yang sebenarnya. Aku hanya ingin mendapatkan apa yang menjadi hak ku. Mama sih membuat wasiat agar aku harus menikah dulu untuk bisa mendapatkan semua itu. Pada hal aku ini tak ingin menikah muda, ma. Aku hanya ingin menolong gadis itu. Tatapan matanya yang polos dan terluka, justru membuat aku mengingat mama. Miss you so much mom." Matt mengusap pusara mamanya sebelum akhirnya meninggalkan tempat itu.
Niken, asisten pribadinya yang sudah 3 tahun ini bekerja dengannya mendekati Matt. Gadis itu terlihat sangat cantik dengan gaun berwarna merah maroon.
"Cincinnya sudah selesai?" tanya Matt.
"Iya. Ini." Niken menyerahkan sebuah kotak berwarna merah. Matt menerimanya dan membuka kotak itu. Ia langsung tersenyum melihat sepasang cincin pernikahan dengan sebuah baru berlian di tengahnya.
"Cantik. Pilihanmu selalu bagus." puji Matt.
"Kamu gila, Matt. Menikahi seorang gadis dalam keadaan hamil." Niken masih melayangkan keberatannya. Matt memang sudah menceritakan pada Niken keadaan Katalina.
"Aku bukan orang baik. Kamu tahu bagaimana gilanya aku. Mungkin dengan melakukan ini, maka aku bisa sedikit mendapatkan belas kasihan dari Tuhan. Hanya satu tahun, dan semuanya akan kembali seperti sedia kala." Matt lalu meninggalkan Niken yang nampak masih kesal.
Sebenarnya, beberapa bulan yang lalu, Matt mengajak Niken untuk menikah pura-pura demi mendapatkan warisan orang tuanya. Niken setuju. Namun tiba-tiba saja Matt membatalkan itu hanya karena seorang gadis hamil yang sama sekali tak Matt kenal.
**************
Sebuah altar cantik sudah di hiasi dengan bunga-bunga yang dominan berwarna putih.
Matt sudah menunggu di altar. Terdengarlah musik yang mengalun mengiringi langkah Katalina yang di dampingi pamannya menuju altar.
Sementara itu, Okan sedang menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Rasanya ia sudah tak sabar untuk tiba di tempat pelaksanaan pernikahan Katalina.
Mereka akhirnya tiba, Okan turun bersamaan dengan Viona yang datang bersama kedua orangtuanya.
"Sayang, kamu ternyata hadir juga? Kata mu ada rapat?"
Okan mengerutkan dahinya. Jika Viona ada di sini, apakah berarti pria yang menikah dengan Lina adalah pamannya Vio?
Tanpa menjawab pertanyaan Viona, Okan bergegas menuju bagian belakang villa. Tepat di saat itulah terdengar sumpah pernikahan yang diucapkan dalam bahasa Inggris.
"Yes, i do!"
Langkah Okan terhenti mendengar suara itu. Walaupun sang pengantin membelakanginya namun suara itu sangat Okan kenal.
"Silahkan membuka cadarnya dan mencium pengantinnya."
Okan melangkah lagi. Ia melihat Matt yang tersenyum bahagia saat tangannya membuka cadar penutup wajah sang pengantin wanita. Jantung Okan seakan berhenti berdetak karena melihat bagaimana cantiknya sang pengantin wanita itu. Okan hampir saja tak mengenalinya karena gadis yang biasa tampil polos itu sudah di make up. Namun lesung Pipi di wajah gadis itu membuat Okan yakin kalau itu adalah Katalina.
Perlahan kepala Katalina yang tertunduk menatap Matt. Lelaki berwajah dingin itu justru sedang tersenyum manis ke arahnya menampakkan wajah pura-pura bahagia di hadapan semua yang hadir di sana. Matt melingkarkan tangannya di punggung Katalina lalu mencium bibir gadis itu. Hanya sekilas namun membuat Katalina hampir pingsan karena ia pikir kalau Matt akan menciumnya di dahi.
Tepuk tangan langsung terdengar saat acara pemberkatan itu selesai. Mereka pun mengambil foto bersama sebelum akan dilanjutkan dengan pencatatan pernikahan.
"Lina? Bagaimana bisa dia menjadi istri uncle Matt?" tanya Viona nampak kesal. Apalagi dilihatnya wajah Okan yang nampak sangat cemburu.
Orang tua Viona pun cukup kaget karena mereka mengenal Katalina sebagai sahabat Viona. Awalnya mereka memang tak menyukai anak mereka bersahabat dengan seorang gadis miskin. Namun saat dilihatnya kalau kehadiran Lina mampu mengubah pribadi Viona yang pemalu dan tak percaya diri itu, mereka pun membiarkan Lina bersahabat dengan Viona.
Niken yang menjadi saksi pernikahan Okan sedangkan untuk saksi dari pihak Lina, diwakili oleh mamanya Okan.
Selesai acara pencatatan pernikahan, semua yang hadir langsung mendekati kedua mempelai untuk memberi selamat.
"Uncle, Lina ini adalah sahabat baikku." kata Viona saat mendekati pasangan itu. Di belakangnya ada Okan.
Matt menatap Katalina. "Benarkah sayang?"
Katalina sebenarnya ingin berteriak mengungkapkan amarahnya pada gadis yang sudah merebut Okan darinya. Viona yang nampak lugu dan polos itu, ternyata begitu tega menusuknya dari belakang.
"Ya, sayang. Kami teman di kampus." jawab Katalina sambil melirik ke arah Okan yang memang sedang menatapnya dengan tatapan yang penuh sejuta pertanyaan.
"Wah, bagus dong. Ponakan ku dan istriku adalah sahabat baik." Matt melingkarkan tangannya di pinggang ramping Katalina. Seakan ingin menunjukan kepemilikannya terhadap Katalina.
"Berarti aku harus memanggilmu dengan sebutan aunty." Viona berujar tanpa dosa.
"Ya. Baguslah kalau kamu tahu kedudukan mu. Walaupun kita teman, namun kini aku menjadi bibimu." ujar Katalina sambil menahan sakit di hatinya. Viona memeluknya.
"Aku yakin kamu merencanakan ini untuk balas dendam pada ku kan?" bisik Viona. Namun Katalina tak mau kalah dengan gadis itu.
"Kamu terlalu percaya diri, teman." Kali ini Katalina tak mau mengalah dengan gadis yang telah membuatnya harus menikah dengan lelaki yang tak dicintainya.
Pelukan dua sahabat yang kini sudah menyembunyikan permusuhan di hati pun terlepas. Okan memberikan selamat kepada mereka berdua. Saat tangannya dan tangan Katalina bersatu, Katalina dengan cepat menarik tangannya dari genggaman Okan. Ia hanya tersenyum seadanya lalu mengalihkan pandangannya pada tamu yang lain.
Acara pesta berlangsung sangat meriah walaupun tamu yang datang bukan dari kalangan orang-orang terkenal seperti pesta pernikahan Okan dan Viona. Matt justru meminta paman dan bibi Katalina untuk mengundang semua yang ada di peternakan dan itu yang membuat Viona dan kedua orang tuanya nampak tak bisa bertahan lebih lama.
"Sayang, ayo pulang!" ajak Viona.
"Aku harus mengantar beberapa pekerja yang ikut dengan ku tadi. Lagi pula pestanya belum selesai. Kenapa juga harus pergi?"
Viona menatap suaminya kesal. "Kamu ingin menikmati pesta mantan kekasih mu itu ya? Kamu ingin cari kesempatan untuk bertanya mengapa ia bisa menikah dengan paman aku? Apakah kamu masih mencintainya sementara aku sedang mengandung anakmu?"
Okan menahan emosi di dadanya. Ia segera berdiri. "Pulanglah dengan orang tuamu jika memang kamu ingin. Aku ingin di sini, setidaknya menghargai pamanmu." Lalu lelaki itu pergi meninggalkan Viona sendiri.
Akhirnya Viona pulang dengan kedua orang tuanya. Namun kedua adik lelaki Viona masih berada di acara ini.
Para tamu yang lain sudah pulang. Beberapa pelayan yang ikut dengan Okan pun sudah pulang. Okan memilih tinggal karena hatinya begitu penasaran ingin bertanya sesuatu pada Lina.
Kesempatan itu ia dapatkan saat melihat Katalina yang kini sudah mengganti gaun pengantinnya dengan gaun pesta biasa berjalan menuju ke toilet.
Sebelum gadis itu mencapai pintu toilet, Okan dengan cepat menahan lengannya dan mendorong Katalina ke dinding, mengurung tubuh gadis itu diantara kedua tangannya.
"Kamu mau apa?" tanya Katalina sambil matanya menatap ke arah jalan masuk. Ia takut ada yang melihat mereka.
"Sejak kapan kamu berhubungan dengan uncle Matt dan akhirnya menikah?"
"Itu bukan urusanmu!" Katalina akan pergi namun Okan masih menahannya.
"Apakah kamu melakukan semua ini karena ingin balas dendam padaku? Jangan korbankan dirimu, Lina. Uncle Matt adalah pria bebas yang suka gonta-ganti wanita. Aku tak ingin kamu disakiti olehnya."
Katalina tertawa. "Kalau suamiku bukan lelaki yang baik, memangnya kamu sendiri baik?"
"Lina please .....!"
Katalina mendorong tubuh Okan dengan sangat keras. "Pulanglah. Peluklah istri mu yang sedang hamil itu. Aku sekarang sudah menjadi bibimu. Jadi belajarlah untuk menghormati aku." Katalina mengurungkan niatnya untuk ke toilet. Meninggalkan Okan yang nampak sangat frustasi.
Kalaupun Matt bukan lelaki yang baik, setidaknya ia telah menyelamatkan kehormatan ku dan keluargaku yang telah dirusak olehmu.
Katalina menghapus air matanya. Ia tak mau menangis untuk seorang Okan lagi.
********
Hallo, bagaimana menurut kalian?
Bisakah mereka hidup di atas yang sama?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Sandisalbiah
dr bab ini terbukti kalau Viona menjebak Okan... pernikahannya krn keinginan Viona yg mungkin cemburi dgn hubungan Lina dan Okan... "teman itu mau" ini namanya
2024-08-08
0
Sukliang
kerennnn critanya
2024-03-13
0
Bundanya Jamal
lanjuttt , 👍👍👍 apakah matt dn katalina gk bisa dibuat bucin thourr j
2024-03-08
0