Matt kembali sebelum makan malam seperti yang dijanjikannya. Begitu ia memasuki kamar, Katalina baru saja keluar dari kamar mandi. Gadis itu menggunakan setelan gaun berwarna pink yang nampak cantik di tubuhnya.
"Matt, apakah tidak ada pakaian lain? Aku merasa agak kikuk mengenakan pakaian semahal ini hanya untuk di rumah. Memang sih modelnya sederhana tapi tetap saja rasanya agak berlebihan."
Matt tersenyum. "Kamu sudah cocok menggunakan itu. Sebentar ya, aku mau mandi. Nanti kita turun bersama." Matt pun langsung masuk ke kamar mandi. Selama hampir 20 menit pria itu ada di dalam dan akhirnya ia keluar hanya menggunakan celana pendek tanpa atasan. Katalina langsung memalingkan wajahnya melihat tubuh atletis itu.
"Ayo kita turun untuk makan malam keluarga!" ajak Matt sambil mengulurkan tangannya. Katalina menyambutnya walaupun sebenarnya ada rasa enggan dalam hatinya.
Ketika mereka memasuki ruangan makan, semuanya sudah duduk di sana.
Mata Okan langsung tertuju pada tangan Matt dan Katalina yang saling bertautan. Nampak sangat mesra.
"Selamat malam." Sapa Matt lalu melepaskan tangannya dan menarik kursi untuk Katalina. Saat istrinya sudah duduk, Matt pun mengambil posisi duduk di samping istrinya.
"Matt, mulai besok kau akan masuk ke perusahaan Daddy kan?" tanya Morgan di sela-sela makan malam yang nampak sedikit kaku itu.
Matt mengangguk. "Namun aku ingin membawa asistenku sendiri."
"Ah, si Niken itu ya Matt?" ujar Rachel. "Aku pikir kalau kamu dulu akan jadian dengan dia karena kalian sangat dekat. Eh, Alin, jangan cemburu ya? Aku rasa kamu harus tahu bagaimana hubungan Matt dengan asistennya itu."
"Tenang saja, kak. Aku sudah tahu siapa mba Niken. Aku percaya bahwa Matt nggak mungkin akan macam-macam." Kata Katalina dengan begitu tenangnya. Matt yang duduk di sampingnya langsung menggenggam tangan Katalina.
"Bagaimana mungkin aku mengkhianati kamu, sayang. Mendapatkan cintamu saja butuh perjuangan yang tak mudah."
Viona melirik ke arah suaminya. Nampak Okan diam saja namun tangannya yang ada di bawa meja terkepal dengan sangat kuat sehingga urat-urat di tangannya nampak timbul.
"Semoga keluarga kita semuanya ada dalam lindungan Tuhan sehingga kebahagiaan akan mengiringi perjalan hidup kita. Aku bisa pergi dengan tenang." Kata Morgan.
"Dad, kenapa bicara seperti itu?" Luke nampak tidak suka dengan ucapan ayahnya. Sedangkan Matt hanya tersenyum dalam diam. Dia tahu apa maksud perkataan Luke itu. Surat wasiat Morgan belum juga diselesaikan sehingga pewaris utamanya belumlah diketahui.
Selesai makan, Matt segera mengajak Katalina ke kamar karena ia sebenarnya sangat mengantuk karena banyaknya pekerjaan yang harus ia kerjakan hari ini.
"Matt, aku tidur di sofa saja ya?"
Matt menatap Katalina yang sudah menggunakan gaun tidurnya. "Jangan! Kamu kan sedang hamil. Tidurlah di ranjang ini. Aku saja yang tidur di sofa."
"Tapi badan kamu kan tinggi, Matt. Pasti kurang nyaman jika harus tidur di sofa."
"Mau bagaimana lagi? Istriku tidak mau tidur seranjang denganku." Kelakar Matt sambil tertawa. Ia kemudian mengambil bantal dan menuju ke sofa yang ada. Katalina jadi tak enak. Ia menatap ranjang yang besar itu. Sebenarnya jika 4 orang dewasa tidur di atasnya, ranjang itu masih nyaman untuk ditiduri.
"Matt.....!" panggil Katalina.
"Ya?" Matt membuka matanya.
"Ayo tidur di ranjang. Nantinya gunakan bantal guling sebagai pembatasnya. Aku sungguh tak enak jika harus tidur di ranjang dan kamu di sofa."
Matt pun bangun. Ia memang tak nyaman tidur di sofa ini. "Percayalah padaku, aku tak akan macam-macam padamu." kata Matt lalu segera melangkah ke arah ranjang. Ia membaringkan tubuhnya di sana dan langsung memejamkan matanya.
"Matt, boleh aku tanya sesuatu?"
"Apa?"
"Apa sarapan kesukaanmu? Aku ingin membuatnya supaya nampak seperti istri yang memperhatikan suaminya."
Matt tersenyum tanpa membuka matanya. "Aku sebenarnya tidak suka makan makanan yang berat jika pagi. Aku hanya minum kopi tanpa gula dan 2 lembar roti bakar menggunakan keju di atasnya."
"Akan ku buatkan." Katalina pun membaringkan tubuhnya. Ia mematikan lampu utama dan juga lampu tidur. Matt pun tak protes karena memang ia terbiasa tidur dengan kamar yang gelap.
************
Okan melepaskan tangan Viona yang melingkar di perutnya. Ia perlahan bangun dan berharap agar Viona tak terbangun. Setelah itu, Okan melangkah perlahan menuju ke balkon. Ia mengeluarkan bungkus rokok dari dalam sakunya dan mengeluarkan satu batang rokok. Ia memasangnya dan menikmati waktu merokoknya. Pandangannya kini di arahkan ke arah balkon yang ada di samping kanan. Itu adalah kamar Matt dan Lina. Hati Okan menjadi panas membayangkan saat ini Lina dan Matt sedang berpelukan mesra.
Sejuta penyesalan kini membunuh Okan secara perlahan. Kata "andai saja" kini tak bisa mengembalikan semua yang telah terjadi. Okan berharap dalam kepedihan yang Lina alami karena pernikahannya dengan Viona, Lina akan menutup diri terhadap orang lain sehingga Okan bisa memiliki waktu untuk mencari cara lepas dari Viona dan mendapatkan Lina kembali.
Namun ternyata, Lina sudah mengkhianati nya jauh sebelum hari itu terjadi. Namun mengapa di malam anniversary mereka, Lina terlihat begitu terluka? Lina terlihat sangat marah? Apakah itu hanya sandiwara saja?
Okan memukul dadanya sendiri. Ia sungguh merasakan sakit di dalam hatinya. Okan ingin menculik Lina saat ini dan membawanya pergi.
**********
Pagi harinya, Katalina bangun lebih dulu dan segera mandi. Ia sengaja mencuci rambutnya karena semenjak hamil, Katalina selalu ingin mandi sambil keramas. Saat ia sudah selesai ganti pakaian, Matt pun bangun.
"Matt, aku sudah siapkan baju untukmu. Aku tak tahu apakah cocok denganmu atau tidak. Aku ke bawa dulu ya? Mau buatkan sarapan untuk untukmu." pamit Katalina.
Matt hanya mengangguk. Ia jadi senyum sendiri melihat pakaiannya yang sudah siap di atas sofa. Ternyata begini ya rasanya menikah. Apa-apa sudah disiapkan. Ya, walaupun hanya pernikahan sandiwara saja.
Katalina tiba di dapur dan para pelayanan sudah hampir menyelesaikan pekerjaan mereka membuat sarapan.
"Nyonya, perlu sesuatu?" tanya bi Num, kepala pelayan di rumah ini yang sebenarnya sudah sangat mengenal Katalina.
"Kok nyonya sih, bi? Panggil saja Lina seperti biasa." Katalina menjadi malu.
"Kok malu? Nyonya menikah dengan anak kesayangan tuan Morgan, berarti sudah menjadi nyonya Ciputra. Masa saya harus panggil dengan nama kecilnya? Bisa-bisa saya dipecat oleh tuan besar."
"Terserah bibi saja. Aku mau membuat sarapan untuk suamiku. Roti ada?"
"Ada." Bi Num langsung membuka lemari dan mengeluarkan roti. Katalina pun segera menyiapkan semuanya. Ia juga menyiapkan kopi untuk Matt. Ia jadi ingat dengan Okan yang juga suka meminum kopi tanpa gula.
10 menit kemudian, ruang makan mulai di penuhi penghuni rumah. Yang pertama duduk di sana adalah tuan Morgan, lalu Luke dan Mirna, kemudian Viona dan Okan. Matt turun paling terakhir.
"Mana istrimu, Matt?" tanya Morgan.
"Alin pasti sedang di dapur. Tadi dia bilang mau menyiapkan sarapan untukku. Oh ya, itu istriku yang tersayang." Matt menatap Katalina yang memasuki ruang makan sambil membawa sarapan Matt.
"Viona, jadilah istri yang baik seperti bibimu. Ia bangun pagi untuk menyiapkan sarapan bagi suaminya." kata Morgan membuat Viona cemberut.
"Vio kan sedang hamil, opa. Agak malas bangun pagi karena bawaan bayi."
Morgan hanya menggeleng. Ia sudah tahu kalau itu alasan Viona saja karena sebenarnya cucunya itu malas bangun pagi.
"Sayang, rotinya sangat enak. Kamu membakarnya dengan takaran yang pas dan kopinya juga sangat nikmat." puji Matt setelah menghabiskan sarapannya.
Katalina hanya tersenyum. Sedikit tersipu dengan pujian Matt. Apalagi saat Matt meremas tangannya yang ada di atas meja. "Aku mau berangkat dulu. Ada rapat pagi ini."
"Matt, jangan lupa jam 1 siang ini ada rapat pemegang saham. Datanglah sebelum jam itu karena Daddy ingin makan siang bersamamu."
"Akan aku usahakan." Matt berdiri. Katalina pun spontan berdiri.
"Alin sayang, kamu di sini saja. Habiskan sarapanmu dan bersiaplah ke kampus. Nanti aku akan meminta sopir kantor menjemputmu." Kata Matt sambil memegang bahu Katalina dan memintanya duduk kembali.
"Aku bisa sendiri, Matt. Nanti naik bis." tolak Katalina.
"Istri Matt Ciputra kok naik bis. Apa nanti kata dunia? Mulai sekarang, kamu harus ke kampus di antar oleh sopir." Matt segera meninggalkan ruang makan.
Katalina menjadi salah tingkah saat semua mata menatapnya seolah dia adalah perempuan matre.
"Dengarkan suamimu, nak. Sekarang kamu sudah menjadi menantu keluarga Ciputra maka kamu harus biasakan dirimu dengan semua kebiasaan hidup kami." ujar Morgan seolah ingin menetralkan suasana yang mendadak fokus pada Katalina setelah Matt pergi.
Viona menatap Katalina sambil tersenyum licik. Ia sungguh membenci Katalina.
***********
Hallo semua.....
semoga suka dengan novel ini ya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Sandisalbiah
Viona si pendengki...
2024-08-08
0
sherly
terkadang aku keseleo bacanya Matt Ciputra jd Mall Ciputra... hehheheh
2024-05-02
1
Sukliang
suka bangettt thor
2024-03-13
0