"Aow.......!" Okan menjerit kesakitan ketika Katalina mengigit bibirnya dengan sangat kuat sehingga bibir bawa Okan terluka dan mengeluarkan darah.
Katalina langsung mendorong tubuh Okan sehingga akhirnya lelaki itu jatuh dari atas ranjang.
"Pergi kamu, Okan! Pergi....!" teriak Katalina lalu ikut melompat turun dari atas ranjang.
"Mengapa kamu tega melakukan semua ini padaku, Lin? Mengapa kamu berhubungan dengan Matt saat kita justru sedang menjalin hubungan yang sangat mesra. Mengapa?" teriak Okan yang nampak frustasi.
"Jangan tanyakan mengapa jika kamu sendiri melakukan hal yang sama. Viona itu adalah sahabatku! Satu-satunya orang yang tahu tentang hubungan kita. Namun apa yang kalian lakukan? Kalian berselingkuh di belakang aku sampai Viona akhirnya hamil."
"Kami tak berselingkuh tapi....."
"Lina......!" Suara paman Baron menghentikan semua yang ingin Okan ungkapkan.
Katalina menjadi tegang. Ia segera menarik tangan Okan dan meminta lelaki itu keluar dari jendela kamar. Okan sebenarnya tidak mau. Namun Katalina memohon dengan mengatupkan kedua tangannya di depan dadanya. Okan pun keluar lewat jendela kamar dan Katalina segera keluar.
"Paman...!" Gadis itu langsung berlari dan menyalami pamannya.
"Nak, baru beberapa hari kamu meninggalkan rumah ini, kenapa sudah balik lagi?"
"Kangen rumah ini. "
Baron mengusap puncak kepala Katalina. "Kami semua juga kangen. Apalagi Dewa dan Dewi yang selalu merasa kesepian karena kamu nggak ada. PR bahasa Inggris mereka jadi kacau balau karena tak ada yang membantunya."
Katalina dan pamannya sama-sama tertawa.
"Kamu tadi bicara dengan siapa? Kok paman mendengar kayak ada suara laki-laki?"
"Oh anu, tadi aku videocall sama teman kampusku. Aku marah ke dia karena menghilangkan tugas penting ku. Terpaksa deh aku harus buat lagi."
"Bibi pikir kamu sudah bertengkar dengan suami mu."
"Masa sih pengantin baru harus bertengkar."
Keduanya kembali tertawa. Setelah puas berbincang dengan pamannya Katalina pun pulang diantar kembali oleh Anto.
Saat ia tiba di rumah, Katalina langsung menelepon Matt namun yang angkat justru Niken, asistennya.
"Matt sedang ada pertemuan khusus dengan salah satu investor penting. Jadi tak bisa diganggu. Aku saja tak diijinkan masuk. Bye....!" Niken langsung mematikan sambungan telepon. Katalina sebenarnya hanya ingin menanyakan apa yang Matt inginkan untuk makan malam.
Akhirnya Katalina pun menuju ke kamarnya. Ia merasa, sepertinya Niken tak terlalu suka dengannya. Entahlah. Apakah mungkin hanya perasaannya saja. Katalina tak mau ambil pusing karena ia sudah berjanji tak akan pernah mencampuri urusan apapun tentang Matt kecuali yang berhubungan dengan keperluan pribadi Matt.
Selesai mandi dan ganti pakaian, Katalina merasakan kalau perut bagian bawahnya sedikit nyeri. Jantungnya langsung berdetak cepat, saat ia merasakan ada sesuatu yang keluar dari inti tubuhnya. Katalina ke kamar mandi untuk memeriksanya dan ia terkejut saat melihat kalau itu darah.
Gadis itu tak mau panik. Ia berusaha menenangkan dirinya. Ia mencari ponselnya dan menghubungi nomor Matt namun tak terjawab juga walaupun sudah 4 kali panggilan. Katalina pun menghubungi nomor Anto, sang sopir.
"Ya, nyonya. Ada apa?" tanya Anto.
"Apakah, kamu sudah pulang ke rumahmu?"
"Saya dalam perjalanan ke apartemen tuan untuk memarkir mobilnya di sana. Nyonya butuh sesuatu? Saya bisa kembali."
"Eh, saya harus ke rumah sakit. Maukah kamu mengantar saya?"
"Ya. Tentu saja nyonya. Saya akan segera ke sana."
Katalina duduk sebentar di tepi kasur. Ia berharap kalau darah yang keluar tak banyak karena tak ada pembalut di sini. Ia kemudian perlahan keluar kamar dan memilih menggunakan lift untuk turun ke lantai bawah.
Ada rasa kesal di hati Katalina saat berpapasan dengan Viona dan Okan yang sepertinya baru tiba.
Viona dengan cepat langsung bergelut manja di lengan Okan sedangkan Okan sendiri terlihat jengah dengan perbuatan Viona.
"Mau ke mana Lina?" tanya Viona sok akrab. Apalagi dia melihat ada kakek nya yang sedang duduk di ruang tamu.
"Ada urusan sedikit di luar." Katalina menjawab seadanya namun tatapan Okan yang intens membuat Katalina sedikit risih.
"Kamu baik-baik saja? Kenapa kamu terlihat pucat dan berkeringat?" tanya Okan lalu melepaskan tangan Viona yang memeluk lengannya, ia langsung memegang bahu Katalina namun dengan cepat Katalina mundur dan menatap Okan tajam
"Aku baik-baik saja. Permisi!" Katalina langsung membalikan badannya. Ia mendekati Morgan dan pamit untuk pergi. Saat ia keluar, Anto baru saja memarkir mobilnya. Ia dengan cepat membuka pintu bagi Katalina dan segera pergi.
"Kamu sok perhatian pada Lina? Maksud kamu apa? Mau memalukan diriku di hadapan dia?" tanya Viona dengan wajah kesal saat keduanya tiba di kamar.
"Lina terlihat sakit, Vio. Kamu ini kan sahabat baiknya?"
"Dia bukan sahabatku lagi."
Okan menatap Viona dengan tatapan penuh kebencian. Ia segera masuk ke kamar mandi sambil membanting pintu. Ia ingin mandi untuk membuat dirinya segar kembali.
***********
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Matt pun keluar dari ruangannya. Ia ingat kalau tadi ponselnya dipegang oleh Niken.
"Niken, mana ponselku?" tanya Matt.
"Tuh!" Niken menunjukan ponsel Matt yang diletakan di atas meja kerjanya. Matt memeriksa ponselnya dan tak ada panggilan atau pesan dari manapun..
"Matt, bagaimana janjimu untuk mengajak aku ke pameran otomotif?" Niken memang sangat suka dengan dunia otomotif.
"Sekarang saja kita pergi?"
Niken mengangguk setuju. Namun saat mereka sudah di dalam mobil, ponsel Matt berbunyi.
"Anto? Ngapain dia menelepon saya?" Matt bergumam sendiri.
"Nggak usah diangkat. Nggak penting juga."
"Mungkin penting. Aku angkat saja." Matt menepikan mobilnya dan segera menerima panggilan Anto.
"Tuan, maaf menganggu. Tapi sekarang saya dan nyonya ada di rumah sakit. Nyonya sepertinya mengalami pendarahan."
"Apa? Rumah sakit mana?"
Niken melirik ke arah Matt saat mendengar kata rumah sakit. Setelah menutup panggilan itu, Matt segera memutar arah mobilnya.
"Kita mau ke mana?" tanya Niken.
"Ke rumah sakit. Alin sepertinya mengalami pendarahan."
Niken nampak kesal namun ia berusaha tak menunjukan nya.
"Kenapa tak menelepon bibinya saja untuk menjaganya? Nanti gadis itu merasa besar kepala jika kamu menunjukan perhatian mu itu."
"Bibinya tak tahu kalau dia hamil, Ken." Matt memang bukan jenis laki-laki yang suka memberi perhatian. Namun ia tahu kalau apa yang dialami Alin bukankah sesuatu yang biasa-biasa saja.
"Terus, rencana kita untuk ke pameran?"
"Kita dapat pergi besok atau lusa. Pamerannya kan nanti berakhir Sabtu ini. Aku turunkan kamu di depan ya? Kamu pulang menggunakan taxi saja."
"Aku mau ikut ke rumah sakit."
"Ok."
Saat tiba di rumah sakit, Anto langsung mengarahkan Matt ke ruangan IGD. Nampak Katalina yang berbaring di sana dengan wajah pucat.
"Anda suaminya?" tanya dokter Ayu yang menangani Katalina.
"Iya, dok. Bagaimana istri saya?" tanya Matt. Di belakangnya ada Niken sedangkan Anto menunggu di luar.
"Istri anda nampaknya sedikit stres atau mungkin kelelahan sehingga mengeluarkan darah. Sebaiknya nyonya Katalina beristirahat selama 2 hari di sini." kata dokter Ayu.
"Terima kasih, dok."
"Setelah menyelesaikan administrasi pendaftaran, istri anda bisa di pindahkan ke ruangan perawatan." kata dokter Ayu sebelum keluar.
"Matt.....!" Katalina menahan tangan Matt yang akan pergi. "Maaf aku merepotkan mu. Aku tidak punya uang untuk membayar rumah sakit."
"Kenapa juga harus kamu yang membayarnya?" Tanya Matt bingung. "Anto.....!"
Anto masuk. "Ya tuan?"
"Tolong selesaikan administrasi pendaftaran dan minta kamar VVIP untuk istriku. Niken, kamu ikut dengan Anto untuk pembayarannya."
Niken mengangguk dan langsung mengajak Anto pergi.
"Kenapa kamu tak menelpon aku dan mengabarkan keadaanmu?"
"Aku telepon. Kata Niken kamu tak bisa diganggu. Selanjutnya saat aku mulai merasakan ada darah, aku telepon lagi sampai 4 kali, namun kamu tak menjawabnya."
Matt memeriksa riwayat panggilan telepon nya. Tak ada satupun panggilan dari Alin. Ia menjadi bingung.
"Matt, tolong jangan sampai orang rumah tahu kalau aku di rumah sakit ya?" mohon Katalina.
Matt mengangguk sambil terus memegang ponselnya.
Setelah Katalina di bawa ke ruang perawatannya, Matt mengajak Niken bicara di luar.
"Niken, tadi Alin menelepon ku ya? Kok kamu nggak bilang kepadaku? Lalu mengapa riwayat panggilannya kamu hapus?" tanya Matt.
"Kamu kan tadi sedang bersama investor." Niken beralasan. Pada hal panggilan kedua Alin dilakukan saat rapat dari Matt sudah selesai.
"Terus kenapa kamu hapus?"
"Aku hapus ya?" Niken pura-pura bingung. "Perasaan tadi aku nggak hapus."
Matt pun segera meninggalkan Niken dan masuk ke dalam ruangan perawatan Katalina. Di lihatnya perempuan itu sudah berbaring dengan selang infus di tangannya.
"Matt, kenapa kamu belum pulang?" Katalina memang ingin tidur namun ia mencium bau parfum mahal Matt yang sudah dikenalnya.
"Aku akan di sini denganmu. Jika aku pulang, mereka pasti curiga. Tidurlah."
"Maaf sudah merepotkan mu."
"Nggak ada yang merepotkan." Matt memperbaiki letak selimut yang menutupi tubuh Katalina. Setelah ia menemui Niken yang masih menunggu di luar.
"Niken, pulanglah. Aku mau tidur di sini."
"Matt, hari ini kamu pasti capek. Kenapa tak pulang ke apartemen mu saja? Kamu kan dapat menyewa perawat untuk merawat Alin."
"Aku ingin memberikan dia perhatian saja. Kasihan Alin. Pasti ada sesuatu yang membuatnya stres. Oh ya, besok tolong hubungi pihak bank ya? Aku mau membuka rekening atas nama Alin. Tolong kamu urus semuanya sehingga Alin tinggal tanda tangan saja."
"Untuk apa membuka rekening?"
"Bagaimana pun dia istriku. Masa sih dia kemana-mana tanpa uang? Memalukan aku saja. Pergilah! Ini sudah malam." Matt segera masuk lagi ke ruangan Katalina membuat Niken mengepalkan tangannya menahan rasa kesal.
Sementara Matt mengirim pesan pada ayahnya. Malam ini aku dan Alin tak pulang, kami ingin menikmati waktu bersama sendiri saja.
Morgan menyampaikan pesan Matt pada semua anggota keluarga saat makan malam. Viona tersenyum sinis sedangkan Okan nampak tak berselera lagi untuk makan.
************
Ada apa dengan Niken?
Bagaimana kehamilan Alin akhirnya diketahui?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
sherly
kok aku berharap Lina keguguran aja ya... hehhehe kayaknya si Okan diancam Ama vio deh,, kalo dr tingkahnya dia terpaksa meried Ama vio...
2024-05-02
1
Sukliang
hei viona, kamu yg dak sadar sispa yg selalu bsntu ksmu di ksmpus
siapa yg udah jahat merebut kekasih orang
kok bisa2 nya ngmg bukan sahabat ku lagi
dewek yg jahat dan salah
2024-03-13
1
Bundanya Jamal
huh buat mereka bucin , dn hauhkan dari orang " jht kasian tuh alin 🙏🙏
2024-03-09
0