Sementara Kalina menangis dalam pelukan Matt, di kamar Viona dan Okan justru berbanding terbalik. Saat Okan sudah selesai mandi, Viona kembali bertanya mengapa suaminya itu pulang dalam keadaan basah.
"Sayang, kok kamu bisa basah kuyub seperti ini sih?"
Okan yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil segera menatap Viona dengan tajam. "Bisakah kamu tak banyak bicara? Pusing aku mendengar suaramu itu. Lagi pula di luar hujan deras, jadi jika aku basah adalah hal yang wajar."
"Lina juga pulang dalam keadaan basah. Bagaimana aku tak curiga?' teriak Viona kesal.
"Mengapa memangnya kalau kami bertemu?"
"Okan?" Viona hampir menangis mendengar perkataan Okan. "Kamu tega sama aku?"
"Kamu yang tega sama Lina. Apa kamu lupa, siapa yang telah mengubah kamu dari buruk rupa menjadi putri salju? Apa kamu lupa, siapa yang menemani kamu saat semua teman kuliahmu tak mau berteman dengan kamu karena menganggap kamu aneh?"
"Jangan bicara seperti itu, Okan. Lina juga mengkhianati kamu dengan pacaran sama uncle Matt saat kalian masih ada hubungan. Ingat kata uncle, mereka sudah LDR selama 2 tahun sebelum menikah."
"Aku tak percaya. Aku yakin ada sesuatu di balik pernikahan mereka dan aku akan menyelidikinya."
"Jadi, apa yang akan kamu lakukan jika kamu tahu ada sesuatu diantara mereka? Kamu akan menceraikan aku? Kamu akan mempermalukan keluarga Ciputra dan keluarga Bagaskara?"
"Aku akan membuat pernikahan ini menjadi neraka bagimu seperti yang aku katakan di malam pengantin kita. Lina pasti akan kembali padaku karena aku tahu, dibalik tatapan kebenciannya itu, dia sangat menyayangi diriku." Okan meraih dompet dan kunci mobilnya.
"Kamu mau kemana?" tanya Viona.
"Aku mau ke peternakan. Mama sakit. Papa nggak ada. Aku akan tidur di sana sampai mama sembuh."
"Okan, aku ikut!"
"Peternakan tak baik untuk dirimu. Di sana sepi, bau kotoran binatang dan tak seramai di kota. Itu kan yang kamu katakan saat aku memintamu untuk tinggal di peternakan setelah menikah?"
"Ya sudah. Aku ambil baju. Kita pindah ke peternakan sekarang."
"Maaf. Aku lebih suka di sini karena ada Lina." Kata Okan pelan namun tegas lalu meninggalkan kamar.
Viona menangis sejadi-jadinya. Ia memeluk perutnya sendiri. "Tega kamu padaku, Okan. Namun aku yakin, setelah anak ini lahir, kamu pasti akan melupakan perempuan busuk itu." Viona mengusap perutnya. "Cepatlah lahir, nak. Buat papa mu melupakan perempuan jahat itu."
***********
Matt merasakan kalau tangannya kebas karena Katalina tidur di atas lengannya. Namun ia takut untuk menarik tangannya jangan Katalina akhirnya terbangun.
Ponsel Matt yang ada di atas nakas berbunyi. Ia berusaha meraihnya dan melihat ada panggilan dari Niken.
"Hallo, Niken." kata Matt dengan suara berbisik.
"Kok kamu bicaranya seperti berbisik?"
"Alin sedang tidur di pelukan ku. Aku takut membangunkan dia."
"........"
"Niken, ada apa?" tanya Matt saat Niken diam.
"Eh, tadi tuan Yakamazi menelepon. Ia sudah setuju dengan pengajuan berkas kerja sama yang aku ajukan seminggu yang lalu. Jadi besok, dia meminta kita ke villanya untuk penandatangan kontrak."
"Jam berapa?"
"Sekitar jam 11 siang sekaligus katanya makan siang. Kebetulan besok jadwal mu kosong."
"Baiklah. Sampai jumpa besok. Aku akan memberikan kamu bonus yang besar atas keberhasilan mu. Terima kasih ya, Niken." Matt langsung memutuskan sambungan telepon. Tepat di saat itu, Katalina membuka matanya. Ia terkejut mendapati dirinya ada dalam dekapan Matt.
"Astaga Matt, apa yang sudah aku lakukan? Pasti tanganmu kebas ya?" Katalina langsung bangun dan membuat Matt terkekeh. Ia menggerakkan tangannya yang kini sudah terbebas. Katalina makin menjadi tak enak.
"Aku bermimpi tidur sambil dipeluk oleh ibuku. Ternyata kamu ya? Pada hal aku merasa nyaman sekali seperti pelukan ibu." Kata Katalina dengan mata yang berkaca-kaca.
"Anggap saja aku ibumu. Jadi kamu bisa memeluk aku tiap kali kamu merasa butuh pelukan." Kata Matt dengan santainya lalu turun dari tempat tidur. Katalina hanya bisa melihatnya dengan bingung.
"Apakah kamu tidak lapar? Sesungguhnya aku sangat lapar."
Katalina memegang perutnya. "Aku juga lapar."
"Ya sudah, ayo kita ke dapur. Pasti masih ada makanan walaupun sebenarnya jam makan malamnya sudah selesai."
Keduanya pun keluar kamar sambil bergandengan tangan. Matt yang memintanya untuk bersikap mesra saat mereka sudah berada di luar kamar.
Sesampai di dapur, bi Num masih membersihkan dapur bersama seorang pelayan.
"Tuan dan nyonya mau makan?" tanya bi Num. "Nanti aku panaskan makanannya."
"Aku mau makan mie instan." ujar Katalina.
"Itu junk food, Alin." Matt menggelengkan kepalanya.
"Tapi aku ingin. Di tambah irisan cabe rawit, pasti sangat enak. Bi, so sini ada mie instan kan?" tanya Katalina.
"Ada." Bi Num mengeluarkan beberapa bungkus mie instan dari dalam lemari makanan.
"Alin.....!" Matt masih menggelengkan kepalanya.
"Biarkan saja, tuan. Itu bawaan jabang bayi. Nggak boleh dilarang." kata bi Num membuat Matt akhirnya ingat dengan kondisi Katalina yang sedang hamil.
"Ya sudah. Makan saja, sayang. Aku mau makan nasi saja, bi. Panaskan lauknya." kata Matt lalu duduk di depan meja pantry yang ada di dapur sedangkan Katalina ingin membuat mie nya sendiri.
Gadis itu menambah telur, irisan bawang dan seledri di dalam mie nya dan paling akhir mengiris beberapa cabe rawit dan mencampurnya ke dalam mie itu. Ia kemudian makan dengan sangat lahap sampai Matt tanpa sadar menelan salivanya.
"Memangnya seenak itu?" tanya Matt.
"Iya."
"Boleh coba?" tanya Matt.
"Tentu saja."
Matt menggunakan sendok lain dan mencicipi mie buatan Katalina. "Agak pedas. Tapi enak."
"Mau aku buatkan?"
"Boleh saja."
Katalina pun membuat semangkuk mie untuk Matt. Keduanya makan sambil sesekali berbincang tentang makanan. Bi Num dan para pelayanan sengaja meninggalkan dapur untuk memberi privasi pada keduanya. Tanpa mereka sadari, tuan Morgan sedang memperhatikan keduanya yang sedang makan. Lelaki tua itu tersenyum bahagia. Ia berharap selamanya anaknya itu akan tinggal di rumah ini.
Selesai makan, keduanya kembali ke kamar. Namun Matt mulai diserang oleh bersin-bersin karena sempat kena air hujan.
"Astaga, Matt. Kamu kenapa?" tanya Katalina.
"Aku begini jika kena air hujan. Nggak tahu kenapa." ujar Matt sambil mencari tissue menutupi hidungnya. Ia sesekali menggaruk ujung hidungnya.
"Harus minum obat? Obat apa?"
"Nggak perlu. Nanti akan hilang dengan sendirinya. Dulu, waktu aku selesai main hujan, mama akan menggosok punggungku dengan minyak kayu putih dan memeluk aku. Itu saja. Aku pasti bisa tidur." Kata Matt sambil tersenyum mengingat mamanya. Ia kemudian mengambil mantelnya di dalam lemari dan mengenakannya lalu naik ke atas ranjang.
"Matt, mau aku gosokan minyak kayu putih?" tanya Katalina sambil mengangkat minyak kayu putih miliknya. Ia menggunakannya jika merasa mual.
"Kamu mau menggosok nya di punggungku?" tanya Matt.
"Iya."
Matt dengan cepat bangun dan duduk di tepi ranjang. Ia membuka mantelnya dan mengangkat kaos yang dipakainya sampai ke batas leher. Katalina pun langsung duduk di belakang Matt.
"Maafkan aku ya, Matt." kata Katalina lalu mulai menuangkan minyak kayu putih di telapak tangannya dan mulai menggosokkan di punggung Matt. Punggung kekar yang terlihat berotot yang keras. Matt memiliki kulit yang putih bersih.
"Maaf untuk apa?"
"Aku menyebabkan kamu seperti ini."
"Kalau aku tak datang waktu itu, pasti kamu juga yang akan sakit. Ingat, kamu itu sedang hamil. Jangan terlalu mengikuti rasa kesal mu pada seseorang yang pada akhirnya akan mencelakakan dirimu sendiri."
"Kamu tahu aku bertemu dengan mantan ku?"
"Siapa lagi yang bisa membuat kamu menangis seperti itu kalau bukan dia?"
Katalina hanya diam. Ia terus menggosok punggung Matt sampai akhirnya ia melihat kalau punggung lelaki itu sudah agak merah. "Apakah sudah cukup?" tanya Katalina.
"Iya." Matt menurunkan kembali kaosnya lalu membaringkan tubuhnya. "Tidurlah. Tak baik ibu hamil tidur larut malam."
Katalina pun ikut membaringkan tubuhnya. Walaupun sebenarnya ia belum begitu mengantuk namun ia mengikuti saran Matt dan memejamkan matanya.
Dan saat menjelang subuh saat Katalina terbangun, ia merasakan ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Katalina menyadari kalau itu adalah Matt. Saat ia mencoba melepaskan tangan Matt yang melingkar di perutnya, Katalina mendengar kalau Matt bergumam.
"Mom, i Miss you."
Sepertinya Matt bermimpi memeluk mamanya. Katalina pun enggan melepaskan tangan Matt. Biar saja cowok itu menganggap dia adalah mamanya. Katalina yakin Matt tak mengambil keuntungan dengan memeluknya seperti ini. Biarlah Matt menikmati momen rindu pada mamanya dengan memeluk Katalina. Pelukan yang sebenarnya menghangatkan hati perempuan itu. Mungkin juga anak yang sedang tumbuh dalam kandungannya merindukan pelukan hangat dari seorang ayah.
**********
Nah......mulai hangat nih di peluk. He...he....
Katalina dan Matt asyik berpelukan, Viona sedang meradang karena ditinggalkan Okan.
Nantikan kelanjutannya ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Sandisalbiah
semoga kehangatan itu sampai ke hati mereka berdua.. 🤭
2024-08-08
0
it's me
lanjutkan mak 👍
biarkan nenek lampir sama suami begadoh terus menerus 😄😄😄
2023-12-27
0
keke global
oh yang asem di sini brti Viona
2023-12-27
1