Sebulan lebih Katalina menjadi istri Matt. Semenjak Katalina keluar rumah sakit, ia berusaha untuk menghindar dari Okan. Katalina tak ingin kehamilannya mengalami gangguan lagi akibat stres dengan lelaki itu.
Jika jadwal kuliahnya hanya sampai siang, Katalina menghabiskan waktunya di perpustakaan untuk membuat tugas akhirnya walaupun memang belum waktunya.
Ia ingin ketika sampai di rumah, Matt juga sudah ada di rumah sehingga ia tak harus mengambil resiko berjumpa dengan Okan.
"Semalam kamu muntah terus ya?" tanya Matt yang sementara menyisir rambutnya. Ia sudah selesai berpakaian. Katalina yang juga baru selesai mandi dan ganti pakaian hanya mengangguk.
"Sampai kapan mual dan muntahnya itu akan hilang?"
"Entahlah. Pada hal ini sudah memasuki minggu ke-10."
"Aku pikir sudah saatnya kita mengatakan tentang kehamilan mu sehingga jika kamu ingin muntah atau mual, ingin makan atau minum sesuatu tak perlu sembunyi-sembunyi lagi."
"Aku takut, Matt."
"Takut kenapa?"
"Mereka akan tahu yang sebenarnya saat aku melahirkan nanti."
Matt berpikir sejenak. Lalu ia tersenyum. "Jika kandunganmu sudah berusia 7 bulan, kita akan pergi ke Bali. Nanti aku akan bilang kalau kamu melahirkan prematur. Mereka pasti akan percaya. Sekarang, kamu bersiaplah, kita akan turun ke bawa dengan wajah bahagia."
Katalina hanya mengangguk. Ia tak mau membantah Matt karena Katalina bersyukur lelaki itu sudah menyelamatkan.
Di ruang makan, anggota keluarga yang lain sudah duduk. Namun tuan Morgan belum mengijinkan para pelayanan menyajikan makanan.
"Ada apa, dad?" tanya Mirna bingung melihat sikap ayah mertuanya.
"Tunggulah sebentar. Matt meminta kita untuk jangan dulu sarapan dulu. Katanya dia ingin mengumumkan sesuatu."
Mirna nampak kesal mendengarnya namun kakinya langsung di sepak oleh suaminya dari bawah meja sehingga ia pun kembali memasang wajah datar.
Tak lama kemudian terdengar langkah kaki memasuki ruang makan. Matt masuk sambil bergandengan tangan dengan Katalina. Keduanya nampak tersenyum bahagia.
"Ada apa, ini Matt? Kamu membuat kami semua menunggu di meja makan." tanya Rachel penasaran.
Matt melepaskan tautan jarinya dengan jari Katalina. Ia memposisikan dirinya ada di belakang Katalina. Tentu saja itu tak masalah karena tingginya badannya melebihi tubuh Katalina. Ia kemudian memeluk Katalina dari belakang dan mengusap perut Katalina dengan sangat lembut.
"Aku mau menyampaikan kalau istriku hamil." kata Matt dengan mata berbinar.
Morgan langsung mengangkat tangannya sambil memanjatkan syukur. Rachel bertepuk tangan dengan wajah senang. Luke dan istrinya diam. Viona nampak kesal dan Okan menatap lurus ke arah Matt dan Katalina dengan hati yang terbakar cemburu.
"Wah ....., selamat ya Matt. Aku tak sabar ingin menggendong anakmu." Rachel langsung berdiri. Ia mendekati pasangan itu dan memeluk keduanya secara bersamaan. Morgan pun ikut berdiri dan memeluk anak dan menantunya.
"Doa ku terkabul juga. Rumah ini akan ramai dengan dua suara anak bayi." kata Morgan dengan mata berkaca-kaca.
Katalina dapat melihat wajah Okan yang merah menahan cemburu dan emosi.
"Aku ingat, ada sesuatu yang harus aku kerjakan di peternakan. Aku permisi dulu." Okan berdiri dan langsung keluar dari balik
"Kamu nggak sarapan?" Viona menatap suaminya bingung.
"Nggak." Okan menunduk hormat pada opa Morgan. Namun Matt menahan langkahnya saat lelaki itu akan pergi.
"Okan, sebentar....!" Matt menyerahkan ponselnya. "Tolong di foto ya?" lalu ia mengambil sebuah kotak dari dalam kantong celananya. Saat di buka, ternyata itu sebuah kalung. Okan ingat dengan kalung pemberiannya pada Katalina.
"Ini untukmu sayang. Sebagai hadiah atas kehamilanmu." kata Matt lalu memakaikan kalung itu di leher Katalina. Sebuah kalung dengan liontin berbentuk bunga lili dengan taburan berlian berwarna putih yang membuat bentuk bunga lily nya semakin menonjol.
Viona terbelalak. Walaupun kalung itu terlihat kecil, namun Viona tahu berapa harga kalung itu. Perhiasan berlian adalah salah satu bisnis yang ditekuni oleh Matt.
Morgan nampak bangga melihat kalung itu. Dia juga ingat dengan Letizia yang sangat suka dengan bunga lily dan Morgan pernah menghadiahkan kalung juga buat Letizia dengan bentuk bunga lily.
"Sangat cantik! Seperti orang yang memakainya." puji Rachel membuat Katalina menjadi tersipu.
Okan pun terpana melihat betapa cantiknya Katalina mengenakan kalung itu. Dan Viona yang melihatnya menjadi semakin cemburu.
"Hei...., Okan, jangan tatap istriku seperti itu. Ingat, dia adalah bibimu." kelakar Matt lalu mengambil ponselnya yang dipegang Okan. Morgan dan Rachel tertawa, Luke dan Mirna diam seperti biasa sedangkan Viona meradang.
"Sayang, katanya mau pergi, ayo pergi sana!" usir Viona.
"Viona, apakah Okan tak memberikan kamu hadiah saat kamu hamil?" tanya Matt lalu mengajak Katalina untuk duduk. Okan langsung pergi sedangkan Viona hanya cemberut.
"Nanti uncle akan memberikan kamu hadiah."
Wajah Viona langsung terlihat senang. "Benar ya, uncle?"
Matt mengangguk lalu ia segera meminta pelayan untuk menyiapkan sarapan.
************
Hari ini, Matt mengantar Katalina ke kampus. Gosip yang disebarkan oleh Viona yang mengatakan kalau Katalina menikah dengan lelaki tua, kini terkikis sudah karena semua sudah tahu siapa lelaki yang sudah menikah dengan Katalina.
Matt meminta agar Katalina memposting di akunnya mengenai kabar kehamilannya. Sebenarnya Katalina paling malas memposting sesuatu namun ia tahu kalau Rachel, kakak iparnya sangat aktif di medsos sehingga ia memang harus mempostingnya.
"Alin, selamat ya?" Nora langsung memeluknya sambil mengusap perutnya itu. "Aku sangat yakin kalau anakmu ini akan sangat tampan atau cantik. Suami mu tampan, kamu sendiri cantik, nggak sabar menunggunya." Nora membelai perut Katalina.
"Makasi ya..."
"Viona juga hamil. Mudah-mudahan anaknya ikut wajahnya biar jelek. Heran juga kenapa Okan bisa suka dengan Viona. Dia kan biasa-biasa saja."
Hati Katalina menjadi gelisah. Bagaimana kalau anaknya mirip Okan dan bukan mirip dirinya? Apakah sandiwara ini akan terbongkar?
"Lin, kok kamu melamun sih?" tanya Nora.
"Nggak, kok. Kita ke kelas ya?" Katalina langsung menggandeng tangan sahabatnya itu dan melangkah menuju ke kelas.
Hari ini Katalina selesai kuliah jam 2 siang. Dan dia berencana untuk ke peternakan untuk mengabarkan kehamilannya kepada paman dan bibinya.
Makanya setelah kuliah, Katalina meminta Anto mengantarnya ke peternakan. Ia kemudian menyuruh Anto pergi karena nanti Matt yang akan menjemputnya karena Katalina berencana akan mengajak Matt makan malam di rumah bibinya.
Saat Katalina tiba di peternakan, rumah paman dan bibinya nampak sepi. Kedua sepupunya juga tak Adam Mungkin mereka ada kelas tambahan karena sekarang sudah jelas 6.
"Bibi di mana?" tanya Katalina saat menelepon.
"Ada di mansion, nak. Nyonya sedang sakit. Kamu di rumah ya?"
"Iya, bi."
"Datanglah ke sini. Di sini nggak ada siapapun kecuali bibi. Tuan besar sedang keluar kota."
"Baiklah." Katalina memutuskan untuk pergi ke mansion karena ia yakin Okan tak akan datang.
Begitu ia tiba di sana, nampak sang bibi sedang menyuapi nyonya Iriani, mamanya Okan yang sedang berbaring di sofa ruang keluarga.
"Selamat siang nyonya, selamat siang bibi."
"Selamat siang, nak. Ayo masuk!" ajak sang bibi.
Iriani menatap Katalina. "Lina, kamu kelihatan semakin cantik saja setelah menikah."
"Biasa saja, nyonya." Katalina jadi malu. Ia yakin nyonya Iriani dapat melihat gaya berpakaian Katalina yang kini sudah memakai pakaian dengan merk ternama.
"Cukup, Feni. Aku sudah kenyang." Iriani menolak suapan terakhir. Bibi Feni pun langsung membereskan peralatan makan dan membawanya ke belakang sedangkan Katalina duduk di ujung sofa, dekat kaki Iriani. Tangannya dengan spontan memijat kaki Iriani.
"Terima kasih, nak. Kamu selalu tahu apa yang harus dilakukan padaku. Andai istri Okan seperti dirimu. Dia bahkan baru sekali datang ke rumah ini."
"Mungkin karena Viona hamil, bi. Jadi dia malas kemana-mana. Dia sekarang sedang cuti kuliah."
"Kamu sendiri apakah cuti kuliah juga?"
"Nggak."
"Kamu kan juga sedang hamil?"
"Nyonya tahu dari mana?"
"Bibi kamu yang cerita."
"Matt tadi pagi menelepon bibi dan memberitahu tentang kehamilanmu." Feni yang sudah kembali dari dapur segera menjawab rasa penasaran Katalina.
"Wah, aku terlambat dong. Pada hal aku ke sini mau memberitahukan tentang kehamilan ku." Katalina langsung terkekeh.
Iriani meminta Katalina untuk duduk agak ke atas. Katalina pun maju dan kini tangan Iriani bisa memegang perutnya. "Bahagianya bisa hamil di waktu yang tepat. Walaupun kamu hanya gadis biasa, namun mampu menjaga dirimu dengan baik. Okan memang mendapatkan wanita dari kaum bangsawan seperti yang aku inginkan. Namun entah mengapa, aku tak suka cara mereka menikah karena Viona terlanjur hamil duluan. Aku sedikit stres melihat pernikahan Okan karena ia terlihat tak bahagia."
Hati Katalina bergetar saat Iriani mengusap perutnya. Andai saja nyonya ini tahu kalau anak yang dikandung Katalina adalah anak Okan, yang adalah juga cucunya.
Feni jadi terharu melihat sang nyonya memuji keponakannya. Ia bangga karena bisa membesarkan Katalina dan akhirnya mendapatkan jodoh dari keluarga terhormat.
"Aku dulu pernah berkata dalam hatiku, tak peduli statusmu hanyalah ponakan dari pembantu ku, namun jika Okan menyukaimu, mungkin aku tak akan menolaknya." Perkataan Iriani bagaikan pisau yang menusuk hati Katalina dan menghentikan langkah Okan yang baru saja memasuki ruangan itu.
Feni hanya tersenyum saja. Dulu ia memang pernah berpikir kalau Okan menyukai Katalina. Feni mengakui kalau Katalina memang cantik. Namun Feni lekas-lekas membuang prasangka nya itu. Karena baginya tak mungkin, sang tuan muda menyukai seorang gadis miskin seperti keponakannya.
**********
Suatu fakta yang diketahui disaat yang tidak tepat, bukan?
Bagaimana jika nyonya Iriani tahu kalau Okan memang pernah pacaran dengan Katalina?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Sandisalbiah
tp semuanya sudah terlambat
2024-08-08
1
H__H❣️
letizia itu siapa?🤭
2024-06-03
1
Sukliang
jgn mirip okan
2024-03-13
1