BAB 16 – RAMBUT SHAGGY SERBA CANGGUNG

Hans, Leon dan Mami sudah duluan pergi. Hans langsung ke Sanjaya Group. Tuan Alwin sudah menghubungi untuk meeting.

Leon dan Layla juga langsung ke Sanjaya Group. Leon diberi ruang kantor khusus untuknya selama ia berada di Bandung, begitu juga dengan Layla.

Sedangkan Mami langsung ke beberapa toko emas miliknya untuk mengontrol toko.

Di mobil Innova, ada Ayah, Bunda, Agung, Adinda dan Man. Driver sudah menyalakan mesin saat Rambut Shaggy berlari mendatangi mereka.

Nafasnya terengah. Di tangannya ada sebelah sepatu milik Adinda.

“Astaghfirullah...” gumam Man yang duduk di depan, “Kita melupakan dia, A Agung...”

Man meminta driver untuk memastikan mesin mobil. Man turun. Agung yang duduk di baris belakang bersama Adinda, beranjak turun.

Ayah, Bunda dan Adinda tetap di dalam mobil.

“Saya kira kamu sudah pulang,” Agung menatap Rambut Shaggy dengan tatapan bersalah.

“Ma’af lama Pak Agung,” dia menegakkan tubuhnya.

“Sepatu Nona Adinda, menyangkut di ranting pohon Akasia di dekat rumpun bambu belakang sekolah. Butuh waktu yang lama untuk bisa mengambilnya.”

“Jauh banget tendangannya...” gumam Agung.

“Kamu manjat pohon?” tanya Man.

“Tidak, Pak. Saya dan anak-anak timpukin dari bawah. Dahannya terlalu kecil untuk dinaiki, lagipula terlalu tinggi.”

“Gak ada sesuatu yang bisa dipakai sebagai galah?” Agung menatap heran pada wanita bertubuh jangkung kurus itu.”

“Tidak ada, Pak.”

Man menaikkan alisnya.

“Tapi kan kamu ada di rumpun bambu. Setidaknya bisa memakai bambu yang tumbuh di sana kan?”

“Ma’af Pak... Tadi tidak terpikirkan oleh saya.”

Man setengah mati menahan tawa.

“Ya sudah. Terimakasih banyak sudah menemukan sebelah sepatu Adinda,” Agung meraih saku celananya.

“Ma’af Pak... Tidak perlu repot-repot. Ibu Kantin sudah membekali saya banyak makanan termasuk mie bakso,” masih dengan gestur tegap siaga.

Gerakan Agung terhenti. Keterangan Rambut Shaggy membuatnya mengerutkan keningnya. Dengan wajah datar, Agung mengambil gawainya lalu menghubungi Raditya.

Rambut Shaggy menatap Agung dengan wajah melongo. Saat itulah, Man tidak mampu menahan tawanya.

“Bagaimana Ibu Kantin membekali kamu dengan banyak makanan?” tanya Man setelah tawanya mereda.

Wajah Man serius kali ini. Sedatar wajah Hans.

“Ibu Kantin, dia sayang banget sekali dengan Adinda. Dia mendengar peristiwa yang menimpa Adinda hari ini. Dia berterimakasih, saya sudah menemukan sepatunya.”

Man mengangguk.

Agung sudah selesai menelepon.

“Kamu mau pulang sekarang?” tanya Agung, “Ada yang jemput kamu atau perlu saya panggilkan taksi online?”

“Ya, saya pulang sekarang, Pak. Tidak perlu memanggil taksi online untuk saya. Saya membawa motor.”

“Gorengan dan bakso dari Ibu Kantin, sudah kamu bawa?”

Rambut Shaggy tertawa malu.

“Sudah habis, Pak. Saya makan di tempat pada saat itu juga...”

Agung saling tatap dengan Man dengan alis terangkat sebelah. Man sedang menggelengkan kepalanya sambil menahan tawa lagi.

“Pantas kamu lama sekali munculnya...”

“Bakso kalau sudah dingin, gak enak lagi rasanya, Pak. Lagipula mie-nya akan mengembang..”

“Ooh.. Berarti kamu sudah kenyang ya?”

“Sudah Pak,” gestur siap dan siaga Rambut Shaggy betul-betul membuat Agung jengah.

“Lain kali, tuntaskan dulu misi yang penting. Baru urusan perut,” Man menatap Rambut Shaggy dengan wajah dingin.

“Tapi Pak..!” Rambut Shaggy hendak protes.

“Kami pergi. Kamu hati-hati di jalan. Terimakasih banyak atas bantuan kamu,” Agung berdiri dengan tidak nyaman, menatap Rambut Shaggy dengan tatapan yang sulit diartikan, “Omong-omong, setelah makan bakso atau apapun, seharusnya periksa dulu.”

“Maksud Bapak?” masih dengan gestur sigap dan tetap.

Agung yang hendak masuk ke dalam mobil

menjadi urung. Agung berbalik. Menghadap Rambut Shaggy.

“Ada yang nyangkut di gigi kamu. Entah itu daun seledri atau daun caysim...” Agung langsung masuk ke dalam mobil. Man menutup pintu.

Rambut Shaggy terdiam sambil memegangi bibirnya. Memandangi kaca jendela mobil di bagian penumpang belakang. Memeriksa giginya dengan pantulan kaca jendela.

“Ya Allah... Om! Itu si Mbaknya kenapa?” Adinda berseru kaget saat wajah Rambut Shaggy mendekat ke arahnya lalu memamerkan gigi-gigi depannya.

Agung yang baru saja duduk langsung menoleh ke jendela Adinda. Rambut Shaggy tengah mendekatkan wajahnya sambil meringis memeriksa giginya.

“Ih jorok...” Adinda terkikik membuat Bunda dan Ayah ikut menengok ke belakang.

Rambut Shaggy tengah mencungkil sayuran hijau yang menyempil di gigi dengan kukunya.

Semua yang dimobil tertawa. Agung menurunkan kaca jendela di samping Adinda. Rambut Shaggy masih tidak menyadarinya.

“Kamu sedang apa?” Agung mencondongkan tubuhnya ke arah jendela.

Adinda memiringkan tubuhnya agar tidak bersentuhan dengan tubuh Agung.

Rambut Shaggy terlonjak. Matanya melebar dengan ekspresi aneh.

“Pak Agung, Nona Adinda..?” dia membungkukkan tubuhnya, “Ma'af...”

Mobil melaju.

“Om Agung ih jahara...” Adinda masih tertawa, “Kok ada ya petugas macam itu...”

“Bosnya menyepelekan Bang Radit ini sih... Diberi bantuan personel yang sama sekali tidak kompeten juga tidak bisa membaur,” Agung meluruskan kakinya ke samping.

“Yang penting, sepatu Dinda ketemu lagi...” Ayah tertawa. Bunda mengangguk mengiyakan.

“Ih, Om.. Sempit ini. Kakinya jangan di sini...” protes Adinda.

“ Bentar dulu. Saya capek banget. Pusing juga. Saya kan masih jadi pasien, Din.”

“Kak, mau langsung diantar ke rumah sakit?”

“Ke rumah aja Bun. Kakak kangen kamar Kakak. Kangen masakan rumah juga,” Agung mengambil boneka milik Adinda untuk dijadikan bantal.

Menyandarkan kepalanya ke kaca jendela lalu mencoba tidur dengan sebelah tangan menutupi matanya.

“Eh?” Agung membuka matanya saat terasa kakinya diangkat satu-satu lalu diletakkan di atas pangkuan Adinda.

“Dah... tidur saja Om. Saya kasihan lihat Om Agung. Makasih ya Om, sudah menyempatkan diri untuk ke sekolah saya. Menolong saya. Terimakasih hari ini sudah menjadi Power Ranger Hijau...”

Ayah dan Bunda terkekeh.

“Ma’af ya saya dan Pak Man telat menolong kamu. Kami kira kamu didampingi petugas wanita tadi.”

Agung menatap Adinda lekat.

“Saya dan Pak Man langsung panik saat dia muncul dengan raut wajahnya yang tidak bersalah. Bungkusan baslok di tangan kanannya dan bungkusan es teh di tangan kirinya.”

Man terkekeh di depan sana.

“Wah.. Gak profesional sekali ya...” Ayah menggeleng.

“Alasan dia baru muncul pada saat kita mau pulang juga bikin ngakak tapi kesel,” Agung menatap Adinda yang penasaran.

“Apa Kak?” Bunda ikut penasaran.

“Setelah mendapatkan sepatunya yang nyangkut di atas pohon Akasia di belakang sekolah, dia ke kantin...” Agung mengernyit saat tangan Adinda memijati tulang keringnya.

“Terus?” Adinda menoleh.

“Dibekali Ibu Kantin gorengan banyak, katanya. Juga mie bakso...” Agung menjawab sambil meringis.

“Loh, dibekali kan artinya dibungkus untuk dibawa pulang?” Ayah menoleh pada Agung, “Harusnya gak pakai lama setelah menemukan sepatu Adinda langsung menyerahkannya kepada kita dong...”

“Harusnya begitu...” Agung meletakkan keningnya di belakang sandaran kepala kursi Bunda sambil terkekeh.

“Kata dia, mie bakso kalau sudah dingin gak enak dimakannya...” Agung melanjutkan lagi sambil terkekeh, “Gorengannya dihabiskan semua sambil mengobrol dengan Ibu Kantin...”

“Ya Allah... Naha nya aja pameget nu kitu... Reuwog_Kenapa ya ada perempuan seperti itu... Rakus_, ” Bunda tertawa diikuti semuanya.

Bahkan driver pun ikut tertawa sambil menggelengkan kepalanya.

“Sugan teh ancin da kuru_Kirain makannya sedikit karena kurus_...,” Ayah tertawa, “Kita tertipu oleh penampilan.”

Semua tertawa mendengar ucapan Ayah.

“Padahal tadi saat Dinda ke kantin, Dinda sudah traktir dia mie bakso, gorengan dan es jeruk. Lambungnya besar banget ya berarti...” Adinda terkekeh.

“Nona Adinda berbicara dengannya saat di kantin?” Man menatap Adinda lewat spion atas.

Adinda mengangguk.

“Zaskia dan Wiwit mencemaskan saya, Pak. Mereka merasa petugas wanita itu adalah penguntit. Tapi saya tidak membocorkan identitasnya kepada mereka.”

“Terus?” Man masih menatap spion atas.

“Saat saya selesai berbicara dengannya, saya bilang saja kalau dia itu salah satu penggemar channel yutub saya. Menanyakan tentang baking.”

“Mereka percaya?” Agung meringis lagi saat merasakan pijatan Adinda.

“Ya percaya sih. Kan langsung saya belokin, Om...” Adinda tersenyum lebar.

Dekik kecil di bawah matanya tampak. Agung sampai menoleh dua kali.

“Memangnya apa yang Nona bicarakan dengan petugas wanita itu?” Man menatap lewat spion atas lagi.

“Untuk menjaga jarak dari saya. Jangan terlalu dekat dan menempel saya. Karena Ibu Kantin pun mencurigainya. Bahkan sempat mau memanggil sekuriti sekolah...”

Ayah dan Bunda tertawa.

Man menatap Agung dari spion atas sambil menggelengkan kepalanya. Agung menyengir lebar.

“Katanya, ini tugas pertamanya untuk mengawal dan mengintai...” Adinda menyambung lagi.

“Yaa Salaam...” Man mengusap wajahnya, “Pak Radit pasti bakal mengawasi tempat kerja petugas wanita itu dengan kepala kantornya...”

Agung terkekeh.

“Kamu saja yang bikin laporan ke Bang Radit, Man.”

“Iya Kang. Nanti saya langsung ke rumah sakit setelah dari rumah Keluarga Gumilar.”

Agung mengangguk.

.

*bersambung*

🌺

Bodi ceking tapi makannya banyak. Ada?

Ada!

😁😁

Kalau Author?

Habis makan lotek/gado-gado disambung dengan mie ayam/mie bakso lalu diguyur es kelapa muda, termasuk reuwog alias rakus gak ya? 😜😁

🌺

Jangan lupa pencet like dan minta update ya.

Yang belum pencet ikon ❤➕ atuhlaaah buruan.

Yang belum beri ⭐ 5 juga, pliiiiis supaya novel ini bisa naik.

💐🙏🏼🙏🏼

🌺

Utamakan baca Qur'an.

🌷❤🖤🤍💚🌷

Terpopuler

Comments

Tri Yoga Pratiwi

Tri Yoga Pratiwi

sayang banget apa sayang sekali Mbak? 😁

2023-12-21

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 BAB 1 - INTUISI
3 BAB 2 – ANAK-ANAK NAKAL
4 BAB 3 - SEMERIAH KICAU BURUNG LIAR
5 BAB 4 – MAN ON DUTY
6 BAB 5 – BEDA KUALITAS
7 BAB 6 – BUKAN SEKEDAR SEPATU
8 BAB 7 – CAIRAN BAU ITU...
9 BAB 8 – UKS SEKOLAH
10 BAB 9 – SAMBAL KEMASAN POUCH
11 BAB 10 – KUCING OYEN
12 BAB 11 – WALI MURID PELAKU
13 BAB 12 - NASEHAT BUNDA
14 BAB 13 – TAWARAN UNTUK AYAH DAN BUNDA
15 BAB 14 - LEON BERAKSI
16 BAB 15 – KINANTI BLUNDER
17 BAB 16 – RAMBUT SHAGGY SERBA CANGGUNG
18 BAB 17 – SKOR 1-1
19 BAB 18 – MERINDUKANMU
20 BAB 19 – KELUARGA
21 BAB 20 – TIDUR YANG GELISAH
22 BAB 21 – ON THE WAY
23 BAB 22 – PELANGI
24 BAB 23 – ETIKA DAN ATTITUDE ITU PENTING
25 BAB 24 – KEPUTUSAN FINAL UNTUK KINANTI
26 BAB 25 – PANTRY STAFF ACCOUNTING
27 BAB 26 – KINANTI END
28 BAB 27 – CONGRATS, GUNG!
29 BAB 28 – GAUN UNTUK ADINDA
30 BAB 29 – JANGAN DIHAPUS
31 BAB 30 – PERPISAHAN SEKOLAH ADINDA
32 BAB 31 – ADINDA DAN IVAN
33 BAB 32 – SIAPA?
34 BAB 33 – FIRASAT AGUNG DAN MIMPI ADISTI
35 BAB 34 – TUMPAHAN KOPI
36 BAB 35 – LAPTOP AGUNG
37 BAB 36 – IDE ANTON
38 BAB 37 – LAMPION LAYAN DOKUMEN
39 BAB 38 – MENUJU IMPIAN
40 BAB 39 – FROM MLEYOT TO NYUNGSEP
41 BAB 40 – AYAH, BUNDA DAN ADINDA
42 BAB 41 – SAMA-SAMA TIDAK TAHU
43 ACCOUNTANT 42 – SENIOR
44 BAB 43 – LAUNCHING TIME
45 BAB 44 – LANTAI 3 GEDUNG TKP
46 BAB 45 – WHAT ARE YOU DOING, MR. LEON?
47 BAB 46 – PLANG AMRITA OFFICE
48 BAB 47 – KAMU BISA, GUNG!
49 BAB 48 - GEDUNG RUNTUH?
50 BAB 49 – HELIKOPTER ITU
51 BAB 50 – HALANGI AMBULANSNYA!
52 BAB 51 – CERITA ADINDA
53 MR. ACCOUNTANT 52 – KEKHAWATIRAN LEON
54 BAB 53 – KUNJUNGAN RADITYA
55 BAB 54 – PEMBICARAAN HANS DAN RADITYA
56 BAB 55 – KEKAKUAN DI PAGI HARI
57 BAB 56 – TAMU BESUK
58 BAB 57 – JUNIOR-SENIOR
59 BAB 58 – DYGTA DAN ORION
60 BAB 59 – RAS TERKUAT DI MUKA BUMI
61 BAB 60 – FASHION TV
62 BAB 61 – SEPOTONG APEL
63 BAB 62 – PRAMUSAJI GERAI KOPI
64 BAB 63 – UNDANGAN DARI SINGAPURA
65 BAB 64 – MANTAN TERINDAH ANTON
66 BAB 65 – MENJAGA HATI
67 BAB 66 – DI UJUNG TANDUK
68 BAB 67 – PERHATIAN PASANGAN KANEBO KERING
69 BAB 68 – ADINDA’S TALK
70 Masih Lebaran
71 BAB 69 – PRESS CONFERENCE DI HALAMAN B GROUP
72 BAB 70 – PEREMPUAN BERAMBUT PIRANG
73 BAB 71 – IDENTITAS SI PIRANG
74 BAB 72 – PESULAP ATAU PENCOPET?
75 BAB 73 – CHENNY HAN DAN BRONDONGNYA
76 BAB 74 – LAKSA SINGAPUR
77 BAB 75 – PESONA ANTON
78 BAB 76 – ISKANDARDINATA BUILDING & LA FEMME BUILDING
79 BAB 77 – GALA DINNER
80 BAB 78 – EXIT DOOR
81 ACCOUNTANT 79 – KUE KRIM LEMON
82 BAB 80 – ADINDA VS ANTON
83 BAB 81 – RUANG KACA
84 BAB 82 – MENOLAK CACINGAN
85 BAB 83 – KENA MENTAL
86 BAB 84 – INTUISI
87 BAB 85 – MENDADAK MAKCOMBLANG
88 BAB 86 – SKATER BOY
89 BAB 87 – BANTUAN FREYA
90 BAB 88 – TINDAKAN BERBAHAYA
91 BAB 89 – ALASAN AGUNG
Episodes

Updated 91 Episodes

1
PROLOG
2
BAB 1 - INTUISI
3
BAB 2 – ANAK-ANAK NAKAL
4
BAB 3 - SEMERIAH KICAU BURUNG LIAR
5
BAB 4 – MAN ON DUTY
6
BAB 5 – BEDA KUALITAS
7
BAB 6 – BUKAN SEKEDAR SEPATU
8
BAB 7 – CAIRAN BAU ITU...
9
BAB 8 – UKS SEKOLAH
10
BAB 9 – SAMBAL KEMASAN POUCH
11
BAB 10 – KUCING OYEN
12
BAB 11 – WALI MURID PELAKU
13
BAB 12 - NASEHAT BUNDA
14
BAB 13 – TAWARAN UNTUK AYAH DAN BUNDA
15
BAB 14 - LEON BERAKSI
16
BAB 15 – KINANTI BLUNDER
17
BAB 16 – RAMBUT SHAGGY SERBA CANGGUNG
18
BAB 17 – SKOR 1-1
19
BAB 18 – MERINDUKANMU
20
BAB 19 – KELUARGA
21
BAB 20 – TIDUR YANG GELISAH
22
BAB 21 – ON THE WAY
23
BAB 22 – PELANGI
24
BAB 23 – ETIKA DAN ATTITUDE ITU PENTING
25
BAB 24 – KEPUTUSAN FINAL UNTUK KINANTI
26
BAB 25 – PANTRY STAFF ACCOUNTING
27
BAB 26 – KINANTI END
28
BAB 27 – CONGRATS, GUNG!
29
BAB 28 – GAUN UNTUK ADINDA
30
BAB 29 – JANGAN DIHAPUS
31
BAB 30 – PERPISAHAN SEKOLAH ADINDA
32
BAB 31 – ADINDA DAN IVAN
33
BAB 32 – SIAPA?
34
BAB 33 – FIRASAT AGUNG DAN MIMPI ADISTI
35
BAB 34 – TUMPAHAN KOPI
36
BAB 35 – LAPTOP AGUNG
37
BAB 36 – IDE ANTON
38
BAB 37 – LAMPION LAYAN DOKUMEN
39
BAB 38 – MENUJU IMPIAN
40
BAB 39 – FROM MLEYOT TO NYUNGSEP
41
BAB 40 – AYAH, BUNDA DAN ADINDA
42
BAB 41 – SAMA-SAMA TIDAK TAHU
43
ACCOUNTANT 42 – SENIOR
44
BAB 43 – LAUNCHING TIME
45
BAB 44 – LANTAI 3 GEDUNG TKP
46
BAB 45 – WHAT ARE YOU DOING, MR. LEON?
47
BAB 46 – PLANG AMRITA OFFICE
48
BAB 47 – KAMU BISA, GUNG!
49
BAB 48 - GEDUNG RUNTUH?
50
BAB 49 – HELIKOPTER ITU
51
BAB 50 – HALANGI AMBULANSNYA!
52
BAB 51 – CERITA ADINDA
53
MR. ACCOUNTANT 52 – KEKHAWATIRAN LEON
54
BAB 53 – KUNJUNGAN RADITYA
55
BAB 54 – PEMBICARAAN HANS DAN RADITYA
56
BAB 55 – KEKAKUAN DI PAGI HARI
57
BAB 56 – TAMU BESUK
58
BAB 57 – JUNIOR-SENIOR
59
BAB 58 – DYGTA DAN ORION
60
BAB 59 – RAS TERKUAT DI MUKA BUMI
61
BAB 60 – FASHION TV
62
BAB 61 – SEPOTONG APEL
63
BAB 62 – PRAMUSAJI GERAI KOPI
64
BAB 63 – UNDANGAN DARI SINGAPURA
65
BAB 64 – MANTAN TERINDAH ANTON
66
BAB 65 – MENJAGA HATI
67
BAB 66 – DI UJUNG TANDUK
68
BAB 67 – PERHATIAN PASANGAN KANEBO KERING
69
BAB 68 – ADINDA’S TALK
70
Masih Lebaran
71
BAB 69 – PRESS CONFERENCE DI HALAMAN B GROUP
72
BAB 70 – PEREMPUAN BERAMBUT PIRANG
73
BAB 71 – IDENTITAS SI PIRANG
74
BAB 72 – PESULAP ATAU PENCOPET?
75
BAB 73 – CHENNY HAN DAN BRONDONGNYA
76
BAB 74 – LAKSA SINGAPUR
77
BAB 75 – PESONA ANTON
78
BAB 76 – ISKANDARDINATA BUILDING & LA FEMME BUILDING
79
BAB 77 – GALA DINNER
80
BAB 78 – EXIT DOOR
81
ACCOUNTANT 79 – KUE KRIM LEMON
82
BAB 80 – ADINDA VS ANTON
83
BAB 81 – RUANG KACA
84
BAB 82 – MENOLAK CACINGAN
85
BAB 83 – KENA MENTAL
86
BAB 84 – INTUISI
87
BAB 85 – MENDADAK MAKCOMBLANG
88
BAB 86 – SKATER BOY
89
BAB 87 – BANTUAN FREYA
90
BAB 88 – TINDAKAN BERBAHAYA
91
BAB 89 – ALASAN AGUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!