BAB 18 – MERINDUKANMU

Setelah makan malam, Agung kembali ke rumah sakit. Kepala perawat menggelengkan kepalanya saat melihat Agung di ruangannya.

“Pasien bandel ini...,” ujarnya.

Raditya yang tengah berbicara dengan Indra tertawa.

“Urgen banget, Suster...”

“Seurgen apa sih sampai mengabaikan kesehatannya sendiri?” Kepala Perawat menuliskan hasil pemeriksaan rutin di catatan rekam medis Agung.

“Dia harus jadi Power Ranger dulu demi menyelamatkan pujaan hati,” kata Indra sambil tertawa.

“Kok gak ada di medsos?” tanya Kepala Perawat.

“Gak semuanya harus ditampilkan di medsos kan? Ada kalanya jagoan beraksi tanpa ada kamera yang merekamnya,” Indra tersenyum lebar sambil melirik Agung yang tengah menyengir.

“Setelah beraksi, bagaimana kondisi tubuhnya?”

“Lemas, lemah, lunglai, tapi harus tetap terlihat cool dan strong karena ada pujaan hati di samping saya, Sus...”

Semuanya tertawa mendengar jawaban Agung.

“Bandel sih. Saya infus saja ya... “

“Nggak ah. Sekarang juga udah mulai enakan. Tadi makan banyak di rumah.”

“Pak Agung ini sebenarnya homesick ya? Sudah berapa lama menginap di rumah sakit terus menemani Pak Raditya?” Kepala Perawat bertubuh gemuk itu tertawa.

“Besok saya udah bisa pulang kan Suster?” Agung menatap penuh harap.

“Kenapa memangnya?” Kepala Perawat mengukur tekanan darah Agung.

“Demi kesehatan jiwa saya, Suster...”

Indra dan Raditya terkekeh.

“Maksudnya?” Kepala Perawat mengerutkan keningnya.

“Saya ingin makan mie ayam langganan saya, Suster. Mood booster saya, mie ayam yang di Jalan Indramayu.”

Indra dan Raditya tidak tahan lagi, tawa mereka meledak.

Kepala Perawat tampak shock dengan jawaban Agung.

“Ya Allah... Kirain ada apa pakai ngomong demi kesehatan jiwa segala...” Kepala Perawat ikut tertawa.

“Boleh ya Suster...”

“Keputusan ada di tangan dokter, bukan saya,” Kepala Perawat tersenyum lebar.

“Tapi kondisi saya baik kan? Jauh lebih baik daripada kemarin?”

Kepala Perawat mengangguk, sambil membuka alat pengukur tekanan darah digital.

“Nanti Suster tulis rekomendasi pulang untuk saya ya...”

Kepala Perawat meringis.

“Suster kan baik...”

“Hanya Reyhan yang baik...,” jawab Kepala Perawat sambil tersenyum.

“Eh, Suster, demam lagu Reyhan Itu Baik sudah lewat loh. Kabarnya sudah ganti dengan Agus...,” Indra menatap serius wajah Kepala Perawat.

“Loh, Tuan Indra tahu lagu itu?”

Indra tertawa.

Agung dan Raditya terbengong.

“Reyhan siapa? Agus siapa?” Raditya menatap Indra dan Kepala Perawat bergantian.

“Ah, susah jelasinnya. Skip aja deh,” Kepala Perawat mengibaskan tangannya membuat semuanya tertawa.

“Suster.....” Agung mengacungkan jari love pada Kepala Perawat yang membuat pipinya bersemu merah.

Tapi kemudian tangannya mengibas lagi.

“Jangan macam-macam, Pak Agung. Cewek berseragam SMA yang sewaktu hujan-hujan di taman itu, pacarnya Pak Agung kan?”

Agung menaikkan alisnya.

“Hari saat saya kehujanan?”

Kepala Perawat itu mengangguk.

“Dia bukan pacar saya. Dia calon isteri saya. Kami sudah bertunangan minggu lalu.”

“So sweet,” Kepala Perawat tersenyum, “Pada hari itu menjadi something interesting bagi saya. Touching heart moment.”

Indra penasaran. Dia bergeser untuk duduk di ujung kaki bed Raditya.

“Pada hari itu, Pak Agung bukan sekedar kehujanan biasa. Lebih tepatnya bengong di bawah hujan deras. Saya melihat semuanya dari dalam ruang perawat. Jendelanya menghadap taman.”

“Saat Pak Agung sepertinya sedang tertidur, dia menunggui Pak Agung lama. Duduk di samping Pak Agung.”

Mata Agung mengerjap. Ia teringat postingan Adinda di Ige-nya pada hari itu.

“Lalu beberapa saat setelah dia beranjak pergi, Pak Agung bangun. Itu pun gak langsung bangun Pak Agungnya. Mungkin seperti menyadari ada sesuatu yang berbeda atau apalah.”

“Pada saat itu saya harus memeriksa pasien di VIP 2. Saya berpapasan dengan gadis itu. Berjalan sambil menghapus air matanya. Sementara Pak Agung terdiam berdiri di bawah hujan deras. Wajah kalian berdua, benar-benar sedih.”

Semuanya terdiam mendengar cerita Kepala Perawat.

“Saat itu, bagi saya, berasa melihat adegan sedih di film India. Pakai soundtrack Tum Hi Ho...” Kepala Perawat mulai menyelesaikan catatannya di lembar rekam medis Agung sambil bersenandung lagu Tum Hi Ho.

Dia berpamitan dengan melambaikan tangannya ke semuanya. Lalu mendorong troli berisi peralatan medis sambil bernyanyi. Suaranya jernih.

“Hum tere bin ab reh nahi sakte_ Aku tak bisa hidup tanpamu_

Tere bina kya wajood mera_ Apalah aku tanpamu_

Tujhse juda gar ho jaayenge_ Jika aku terpisah darimu

Toh khud se hi ho jaayenge judaa_Maka aku juga akan terpisah dari diriku_

Kyunki tum hi ho_ Karena hanya kamu_

Ab tum hi ho_ Sekarang hanya kamu_

Zindagi ab tum hi ho_ Kehidupanku kini hanya kamu seorang_

Chain bhi, mera dard bhi_ Ketenanganku juga rasa sakitku_

Meri aashiqui ab tum hi ho_Cintaku sekarang adalah dirimu seorang_

Bahkan hingga pintu tertutup, suaranya masih terdengar. Mereka bertiga masih termangu. Tidak bergerak dari tempatnya.

“Gile bener....” Indra menggelengkan kepalanya.

“Mendengar dia bercerita tentang Agung dan Adinda, berasa dibacakan novel yang bisa kita bayangkan adegannya,” Raditya menekuk kakinya, “Suaranya keren.”

Agung dan Indra mengangguk setuju.

Tiba-tiba saja, Agung dilanda rasa kangen yang hebat pada Adinda. Ada banyak rasa bersalah yang terselip saat mendengar cerita Kepala Perawat itu.

Agung meraih gawainya.

Agung_Assalamu’alaikum, Din. Sedang apa?_

Centang satu abu-abu.

Biasanya Adinda cepat menjawab pesannya. Agung gelisah. Pesannya masih centang satu abu-abu.

Agung_Ma'afkan saya ya. Saya jahat banget ya ke kamu. Bikin kamu sedih saat saya meminta kita untuk tidak saling bertemu dulu, menjaga jarak. Ma’afkan saya, Din_

Centang satu abu-abu.

Agung_Entah apa yang ada di pikiran saya saat itu. Saya memang bodoh dan egois. Ma’af sudah membuat kamu menangis dan melukai hati kamu_

Centang satu abu.

Agung_Kamu tahu kan perasaan saya ke kamu bagaimana? Rasa sayang saya ke kamu? Saya cinta kamu. Jangan pernah meninggalkan saya, ya. Saya gak mau yang lain untuk menyempurnakan separuh agama saya. Saya cuma mau kamu, Din, Adinda Puteri Rahmat binti Adang Rahmat_

Centang satu abu.

Sepertinya Adinda sudah tidur. Gawainya juga tidak diaktifkan.

Agung_Saya kangen banget ke kamu_

Agung menatap centang satu abu-abu. Jarinya menyentuh foto profil Adinda, tangannya yang memegang spatula kelinci yang dibelikan olehnya.

Melihat spatula kelinci,membuatnya teringat nyaris menjadi korban penusukan yang dilakukan oleh anak buah Tuan Thakur di tempat parkir toko peralatan dan bahan kue.

Agung memperhatikan centang satu abu-abu lagi. Hatinya serasa diremas.

Membuka galeri fotonya, ada beberapa foto candid Adinda. Tapi foto favoritnya adalah foto yang pertama kali ia ambil di gerai donat saat Adinda tersenyum lebar.

Pertama kalinya ia melihat senyum lebar Adinda. Adinda tersenyum dengan sorot matanya juga.

Pertama kali juga ia melihat dekik kecil di bawah mata Adinda. Ujung telunjuknya menyentuh layar gawai tepat di dekiknya. Agung sangat berharap bisa menyentuhnya secara langsung.

Agung menghela nafas. Rasa rindunya membuat Agung serasa diremat hatinya. Ada rasa dingin yang menusuk, jauh di dalam sana.

Suara tawa yang riuh dari bed sebelah membuatnya menoleh.

“Saya kalau diceritain cerita horor oleh suster tadi, mendingan nggak lah...” Raditya terkekeh.

“Nanti diakhir cerita, dia nyanyiin Lingsir Wengi atau soundtracknya Pengabdi Setan...” Indra tertawa.

“Apa gak bahaya tuh...” Agung menyela.

Ketiganya tertawa.

.

*bersambung*

🌺

Hayo... Yang langsung nyanyiin Tum Hi Ho, cung! 🤭

Berasa lagi baca surat cinta Agung buat Adinda. Isssssh 🤭😁

🌺

Jangan lupa like dan minta update 😏.

Yang belum pencet ❤➕ ataupun belum beri ⭐ 5, yuk ah.

🌺

Utamakan baca Qur'an.

🌷❤🖤🤍💚🌷

Episodes
1 PROLOG
2 BAB 1 - INTUISI
3 BAB 2 – ANAK-ANAK NAKAL
4 BAB 3 - SEMERIAH KICAU BURUNG LIAR
5 BAB 4 – MAN ON DUTY
6 BAB 5 – BEDA KUALITAS
7 BAB 6 – BUKAN SEKEDAR SEPATU
8 BAB 7 – CAIRAN BAU ITU...
9 BAB 8 – UKS SEKOLAH
10 BAB 9 – SAMBAL KEMASAN POUCH
11 BAB 10 – KUCING OYEN
12 BAB 11 – WALI MURID PELAKU
13 BAB 12 - NASEHAT BUNDA
14 BAB 13 – TAWARAN UNTUK AYAH DAN BUNDA
15 BAB 14 - LEON BERAKSI
16 BAB 15 – KINANTI BLUNDER
17 BAB 16 – RAMBUT SHAGGY SERBA CANGGUNG
18 BAB 17 – SKOR 1-1
19 BAB 18 – MERINDUKANMU
20 BAB 19 – KELUARGA
21 BAB 20 – TIDUR YANG GELISAH
22 BAB 21 – ON THE WAY
23 BAB 22 – PELANGI
24 BAB 23 – ETIKA DAN ATTITUDE ITU PENTING
25 BAB 24 – KEPUTUSAN FINAL UNTUK KINANTI
26 BAB 25 – PANTRY STAFF ACCOUNTING
27 BAB 26 – KINANTI END
28 BAB 27 – CONGRATS, GUNG!
29 BAB 28 – GAUN UNTUK ADINDA
30 BAB 29 – JANGAN DIHAPUS
31 BAB 30 – PERPISAHAN SEKOLAH ADINDA
32 BAB 31 – ADINDA DAN IVAN
33 BAB 32 – SIAPA?
34 BAB 33 – FIRASAT AGUNG DAN MIMPI ADISTI
35 BAB 34 – TUMPAHAN KOPI
36 BAB 35 – LAPTOP AGUNG
37 BAB 36 – IDE ANTON
38 BAB 37 – LAMPION LAYAN DOKUMEN
39 BAB 38 – MENUJU IMPIAN
40 BAB 39 – FROM MLEYOT TO NYUNGSEP
41 BAB 40 – AYAH, BUNDA DAN ADINDA
42 BAB 41 – SAMA-SAMA TIDAK TAHU
43 ACCOUNTANT 42 – SENIOR
44 BAB 43 – LAUNCHING TIME
45 BAB 44 – LANTAI 3 GEDUNG TKP
46 BAB 45 – WHAT ARE YOU DOING, MR. LEON?
47 BAB 46 – PLANG AMRITA OFFICE
48 BAB 47 – KAMU BISA, GUNG!
49 BAB 48 - GEDUNG RUNTUH?
50 BAB 49 – HELIKOPTER ITU
51 BAB 50 – HALANGI AMBULANSNYA!
52 BAB 51 – CERITA ADINDA
53 MR. ACCOUNTANT 52 – KEKHAWATIRAN LEON
54 BAB 53 – KUNJUNGAN RADITYA
55 BAB 54 – PEMBICARAAN HANS DAN RADITYA
56 BAB 55 – KEKAKUAN DI PAGI HARI
57 BAB 56 – TAMU BESUK
58 BAB 57 – JUNIOR-SENIOR
59 BAB 58 – DYGTA DAN ORION
60 BAB 59 – RAS TERKUAT DI MUKA BUMI
61 BAB 60 – FASHION TV
62 BAB 61 – SEPOTONG APEL
63 BAB 62 – PRAMUSAJI GERAI KOPI
64 BAB 63 – UNDANGAN DARI SINGAPURA
65 BAB 64 – MANTAN TERINDAH ANTON
66 BAB 65 – MENJAGA HATI
67 BAB 66 – DI UJUNG TANDUK
68 BAB 67 – PERHATIAN PASANGAN KANEBO KERING
69 BAB 68 – ADINDA’S TALK
70 Masih Lebaran
71 BAB 69 – PRESS CONFERENCE DI HALAMAN B GROUP
72 BAB 70 – PEREMPUAN BERAMBUT PIRANG
73 BAB 71 – IDENTITAS SI PIRANG
74 BAB 72 – PESULAP ATAU PENCOPET?
75 BAB 73 – CHENNY HAN DAN BRONDONGNYA
76 BAB 74 – LAKSA SINGAPUR
77 BAB 75 – PESONA ANTON
78 BAB 76 – ISKANDARDINATA BUILDING & LA FEMME BUILDING
79 BAB 77 – GALA DINNER
80 BAB 78 – EXIT DOOR
81 ACCOUNTANT 79 – KUE KRIM LEMON
82 BAB 80 – ADINDA VS ANTON
83 BAB 81 – RUANG KACA
84 BAB 82 – MENOLAK CACINGAN
85 BAB 83 – KENA MENTAL
86 BAB 84 – INTUISI
87 BAB 85 – MENDADAK MAKCOMBLANG
88 BAB 86 – SKATER BOY
89 BAB 87 – BANTUAN FREYA
90 BAB 88 – TINDAKAN BERBAHAYA
91 BAB 89 – ALASAN AGUNG
Episodes

Updated 91 Episodes

1
PROLOG
2
BAB 1 - INTUISI
3
BAB 2 – ANAK-ANAK NAKAL
4
BAB 3 - SEMERIAH KICAU BURUNG LIAR
5
BAB 4 – MAN ON DUTY
6
BAB 5 – BEDA KUALITAS
7
BAB 6 – BUKAN SEKEDAR SEPATU
8
BAB 7 – CAIRAN BAU ITU...
9
BAB 8 – UKS SEKOLAH
10
BAB 9 – SAMBAL KEMASAN POUCH
11
BAB 10 – KUCING OYEN
12
BAB 11 – WALI MURID PELAKU
13
BAB 12 - NASEHAT BUNDA
14
BAB 13 – TAWARAN UNTUK AYAH DAN BUNDA
15
BAB 14 - LEON BERAKSI
16
BAB 15 – KINANTI BLUNDER
17
BAB 16 – RAMBUT SHAGGY SERBA CANGGUNG
18
BAB 17 – SKOR 1-1
19
BAB 18 – MERINDUKANMU
20
BAB 19 – KELUARGA
21
BAB 20 – TIDUR YANG GELISAH
22
BAB 21 – ON THE WAY
23
BAB 22 – PELANGI
24
BAB 23 – ETIKA DAN ATTITUDE ITU PENTING
25
BAB 24 – KEPUTUSAN FINAL UNTUK KINANTI
26
BAB 25 – PANTRY STAFF ACCOUNTING
27
BAB 26 – KINANTI END
28
BAB 27 – CONGRATS, GUNG!
29
BAB 28 – GAUN UNTUK ADINDA
30
BAB 29 – JANGAN DIHAPUS
31
BAB 30 – PERPISAHAN SEKOLAH ADINDA
32
BAB 31 – ADINDA DAN IVAN
33
BAB 32 – SIAPA?
34
BAB 33 – FIRASAT AGUNG DAN MIMPI ADISTI
35
BAB 34 – TUMPAHAN KOPI
36
BAB 35 – LAPTOP AGUNG
37
BAB 36 – IDE ANTON
38
BAB 37 – LAMPION LAYAN DOKUMEN
39
BAB 38 – MENUJU IMPIAN
40
BAB 39 – FROM MLEYOT TO NYUNGSEP
41
BAB 40 – AYAH, BUNDA DAN ADINDA
42
BAB 41 – SAMA-SAMA TIDAK TAHU
43
ACCOUNTANT 42 – SENIOR
44
BAB 43 – LAUNCHING TIME
45
BAB 44 – LANTAI 3 GEDUNG TKP
46
BAB 45 – WHAT ARE YOU DOING, MR. LEON?
47
BAB 46 – PLANG AMRITA OFFICE
48
BAB 47 – KAMU BISA, GUNG!
49
BAB 48 - GEDUNG RUNTUH?
50
BAB 49 – HELIKOPTER ITU
51
BAB 50 – HALANGI AMBULANSNYA!
52
BAB 51 – CERITA ADINDA
53
MR. ACCOUNTANT 52 – KEKHAWATIRAN LEON
54
BAB 53 – KUNJUNGAN RADITYA
55
BAB 54 – PEMBICARAAN HANS DAN RADITYA
56
BAB 55 – KEKAKUAN DI PAGI HARI
57
BAB 56 – TAMU BESUK
58
BAB 57 – JUNIOR-SENIOR
59
BAB 58 – DYGTA DAN ORION
60
BAB 59 – RAS TERKUAT DI MUKA BUMI
61
BAB 60 – FASHION TV
62
BAB 61 – SEPOTONG APEL
63
BAB 62 – PRAMUSAJI GERAI KOPI
64
BAB 63 – UNDANGAN DARI SINGAPURA
65
BAB 64 – MANTAN TERINDAH ANTON
66
BAB 65 – MENJAGA HATI
67
BAB 66 – DI UJUNG TANDUK
68
BAB 67 – PERHATIAN PASANGAN KANEBO KERING
69
BAB 68 – ADINDA’S TALK
70
Masih Lebaran
71
BAB 69 – PRESS CONFERENCE DI HALAMAN B GROUP
72
BAB 70 – PEREMPUAN BERAMBUT PIRANG
73
BAB 71 – IDENTITAS SI PIRANG
74
BAB 72 – PESULAP ATAU PENCOPET?
75
BAB 73 – CHENNY HAN DAN BRONDONGNYA
76
BAB 74 – LAKSA SINGAPUR
77
BAB 75 – PESONA ANTON
78
BAB 76 – ISKANDARDINATA BUILDING & LA FEMME BUILDING
79
BAB 77 – GALA DINNER
80
BAB 78 – EXIT DOOR
81
ACCOUNTANT 79 – KUE KRIM LEMON
82
BAB 80 – ADINDA VS ANTON
83
BAB 81 – RUANG KACA
84
BAB 82 – MENOLAK CACINGAN
85
BAB 83 – KENA MENTAL
86
BAB 84 – INTUISI
87
BAB 85 – MENDADAK MAKCOMBLANG
88
BAB 86 – SKATER BOY
89
BAB 87 – BANTUAN FREYA
90
BAB 88 – TINDAKAN BERBAHAYA
91
BAB 89 – ALASAN AGUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!