BAB 11 – WALI MURID PELAKU

“Kakak!” seru Ivan menyongsong wanita muda yang baru datang.

Hans dan Agung makin terperangah. Hans yang tetap duduk di tempatnya dengan punggung tegak dan Agung yang sudah berdiri dari kursinya menatap tak percaya.

“Kinanti?” Agung menyapa sekaligus bertanya.

Adinda mendongak, menatap bergantian antara Agung dan Kinanti. Dia tahu, Kinanti adalah anak buah Agung yang terang-terangan menaruh hati padanya.

Hans diawal terlihat terkejut namun selanjutnya ia mengangguk lega. Potongan puzzle yang selama ini mengganggu benaknya sudah ditemukan.

Wajah panik dan ketakutan Kinanti saat dia menekan Kinanti untuk tidak menyebarkan rumor tentang Agung dan Adinda di lingkungan perusahaan Sanjaya Group. Biang gosip divisi accounting.

Rumor Agung menyalahgunakan jam kerja untuk berpacaran karena ada Adinda yang sedang mampir di ruangannya. Juga gosip-gosip murahan terkait hubungan Agung dan Adinda lainnya.

Pada saat itu Hans merasa pernah melihat raut wajah itu pada seseorang. Deja vu. Tetapi ia lupa wajah siapa.

Dan sekarang, ingatannya terbuka. Wajah Ivan saat diciduk oleh Shadow Team atas perintah dan komandonya sendiri. Hans memakai masker dan kacamata hitam saat itu. Begitu pula Man.

Memberi pelajaran kecil pada Ivan sambil memberitahu apa yang sudah anak buahnya lakukan pada Adinda di gang belakang gerai donat.

Sekarang, baru diketahui, ternyata Kinanti yang terlihat jelas menyukai Agung adalah kakak dari Ivan yang menyukai Adinda. Ah, terdengar lucu namun juga rumit.

“Pak Agung?” Kinanti terkejut, kemudian menatap Adinda.

Kinanti tersenyum.

“Wah, sungguh hal yang diduga sama sekali ya. Adinda ternyata ada juga di ruangan ini. Kenakalan remaja ya? Ck..ck..ck..” Kinanti menggelengkan kepalanya dengan dramatis sambil menatap Adinda dengan tatapan meremehkan.

Wajah Mami dan Bunda memerah. Layla menepuk-nepuk lengan Mami untuk menyabarkan.

“Jaga mulutmu, Mbak!” Bunda maju ke arah Kinanti, “Anda baru saja datang tiba-tiba langsung main tuduh anak orang. Tidak mengerti duduk permasalahannya apa, tidak bertanya dulu pada para guru, langsung mengambil kesimpulan!”

“Mbaknya kakaknya Ivan? Sebaiknya duduk dulu dan jangan berkata apapun yang akan memperumit masalah. Tunggu orang tua atau wali murid lainnya datang, nanti akan kami jelaskan, ” seorang guru menengahi.

Ayah menghela nafas.

“Sudah Mam.. Sudah diwakili oleh Bunda.. Calm down Mam...” Layla menenangkan Mami.

“Saya tidak menyangka kamu berpikiran sepicik itu, Kinan,” Agung menatap Kinanti dengan sorotan mata dinginnya.

Kinanti terdiam. Dan saat ia duduk di kursi yang disediakan, berseberangan dengan kursi Agung dan Adinda, dia baru menyadari ada Hans, anak pertama Tuan Alwin Sanjaya dan suaminya, ada istri dari Direktur Keuangan juga suami istri Gumilar.

Tangannya gugup saling meremat. Berarti, yang bicara dengannya tadi adalah ibunya Pak Agung? Orang yang seharusnya ia dekati dengan bermanis-manis untuk mengambil hatinya sebagai calon menantu!

Adinda menatap Kinanti kesal. Ujung telunjuknya disentuhkannya ke siku Agung membuat Agung berjengit.

“Ada apa?” Agung menoleh.

“Saya boleh pulang duluan gak Om?”

“Kenapa memangnya?” Agung mengambil selembar rambut di atas jilbab Adinda. Gerakannya seperti sedang membelai kepala Adinda.

Kinanti dan Ivan yang melihatnya langsung membuang pandangan.

“Saya capek, Om.”

“Tunggu sebentar lagi, ya. Sabar ya. Kita selesaikan dulu masalah ini hingga tuntas.”

“Tapi saya ngantuk banget, Om. Ditambah mata saya perih terkena sampo dan sabun...”

“Ada yang bawa obat mata?” Agung bertanya pelan pada Mami dan Layla, “Mata Dinda iritasi terkena sampo dan sabun tadi...”

Mami dan Layla menggeleng. Leon juga. Bunda tidak membawa apalagi Ayah. Hans merogoh saku depan jasnya. Lalu mendekati Adinda.

“Saya atau om kamu nih yang teteskan obat matanya. Jangan kamu sendiri. Tangan kamu habis nyambelin mereka, nanti malah mata kamu ikutan pedih...” Hans menunjukkan obat tetes mata dari sakunya.

“Abang bawa obat mata kemana-mana kenapa?” tanya Adinda.

“Mata saya sering kering, Din. Mungkin terlalu sering melihat layar monitor...”

“Mungkin karena udah tua juga, Bang...”

Jawaban Adinda sukses membuat Hans mencebik. Leon dan Layla tertawa pelan. Bunda yang tadi berwajah tegang jadi tertawa.

“Gung, nih Lu aja deh. Gue jadi mendadak badmood...” Hans menyerahkan obat tetes matanya kepada Agung.

“Bang..” Adinda menarik ujung depan jas yang dipakai Hans.

“Apa lagi?”

“Abang marah ya ke Dinda? Jangan marah-marah, nanti beneran cepat tuanya. Kasihan Baby Andra...”

“Hisssh!” Hans yang kesal berjalan lagi ke arah kursinya.

Agung tertawa lalu meneteskan obat mata pada mata Adinda.

“Ngambek beneran loh Bang Hans...”

Mata Adinda masih mengerjap.

“Masa sih?”

Mami membantu membersihkan obat mata di pipi Adinda dengan tisu.

“Masih perih gak matanya?”

“Alhamdulillah, mendingan Mam. Sudah agak sejuk..”

“Bang Hans...” bisik Adinda keras sambil mencondongkan tubuhnya ke depan supaya bisa melihat Hans.

Hans yang sedang menjawab pesan di gawainya agak malas-malasan menoleh ke arah Adinda.

“Apaan Din?” hanya sekejap menoleh pada Adinda selanjutnya menatap gawainya lagi.

“Abang beneran marah ke Dinda ya?”

“Hmmm.”

“Bang.. Ma'afin ya. Dinda cuma berchandyaa..”

“Kamu ngeselin kalau lagi tengil. 11 12 dengan Om kamu. Bareng Indra kalian bisa jadi trio tengil...” mata Hans tetap layar gawainya.

“Bang Hans!”

Hans menoleh.

Adinda membuat lengkungan ibu jari dan telunjuk kanan kiri lalu menyatukan keduanya membentuk bentuk hati. Hans tertawa.

Beberapa guru yang melihat interaksi mereka ikut tersenyum.

“Alhamdulillah, Adinda cepat pulih ya. Tidak berlarut-larut dalam kesedihan,” guru wali kelas Adinda tersenyum.

Bunda mengangguk. Bunda masih ingat dengan wali kelas Adinda yang pernah menjenguk Adinda di rumah sakit.

“Alhamdulillah. Para Abang dan Tetehnya sangat menyayangi Adinda. Jadi Adinda bisa cepat pulih karena berasa di lingkungan yang positif.”

Suara salam berturut-turut terdengar dari arah pintu masuk. Serombongan orangtua murid dan wali murid yang bermasalah datang.

Semua menjawab salamnya. Mereka bersalaman dengan para guru dan semua orang di dalam ruangan.

Saat mereka duduk di tempat yang disediakan bersama Kinanti, mata mereka menatap nyalang pada anak-anak mereka. Mereka sudah tahu mereka dipanggil karena apa. Kelakuan anak-anak mereka sendiri yang sudah seringkali membuat onar di sekolah.

Murid-murid semakin ramai berada di luar ruangan guru. Suaranya terdengar mengganggu hingga ke dalam ruangan.

Rambut Shaggy meminta ijin pada Pak Hasan untuk mengalihkan perhatian murid-murid supaya tidak mendengar dan melihat percakapan yang terjadi di ruang guru.

Rambut Shaggy didampingi Guru Olahraga berbicara dengan murid-murid di depan ruang guru. Mengajak para murid untuk mencari sebelah sepatu Adinda.

Selasar ruang guru mendadak senyap. Murid-murid mengikuti Rambut Shaggy ke arah belakang masjid tempat Manda menendang sepatu Adinda.

“Ma'af, sebenarnya yang tadi itu siapa?” Pak Hasan bertanya sambil memandang Agung dan Hans bergantian.

“Dia Briptu Yeni, yang sengaja ditugaskan oleh Pak Raditya untuk mengawal Adinda pada hari ini. Karena mengkhawatirkan keselamatan Adinda dan tidak mau kejadian yang dulu pernah menimpa Adinda terulang lagi oleh para pelaku yang sama.”

Para Guru dan Para Wali Murid pelaku bergumam.

“Briptu?” seorang guru bertanya, “Berarti...”

“Pak Raditya? Maksudnya Pak Raditya yang baru dilantik itu?” sejumlah guru bergumam kagum.

“Pak Raditya, salah satu abang Adinda,” Mami menjawab dengan santai.

Para wali murid terlihat panik wajahnya. Anak mereka menakali anak yang salah.

Agung melihat perubahan raut wajah mereka. Dia mendengus sebal.

.

*bersambung*

🌺

Tuh kan, nasi sudah menjadi bubur. Kinanti keselek bubur.

Eh, salah 🤭

🌺

Jangan lupa like dan minta update 😉

Yang belum pencet ❤➕ atau beri ⭐5, ayo dong...

🌺

Utamakan baca Qur'an.

🌷❤🖤🤍💚🌷

Terpopuler

Comments

Ough See Usi

Ough See Usi

qqqqqq setelah pede lalu terhempas 🤣🤣🤭

2023-12-14

0

Tri Yoga Pratiwi

Tri Yoga Pratiwi

kinanti kepedean 🤭

2023-12-12

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 BAB 1 - INTUISI
3 BAB 2 – ANAK-ANAK NAKAL
4 BAB 3 - SEMERIAH KICAU BURUNG LIAR
5 BAB 4 – MAN ON DUTY
6 BAB 5 – BEDA KUALITAS
7 BAB 6 – BUKAN SEKEDAR SEPATU
8 BAB 7 – CAIRAN BAU ITU...
9 BAB 8 – UKS SEKOLAH
10 BAB 9 – SAMBAL KEMASAN POUCH
11 BAB 10 – KUCING OYEN
12 BAB 11 – WALI MURID PELAKU
13 BAB 12 - NASEHAT BUNDA
14 BAB 13 – TAWARAN UNTUK AYAH DAN BUNDA
15 BAB 14 - LEON BERAKSI
16 BAB 15 – KINANTI BLUNDER
17 BAB 16 – RAMBUT SHAGGY SERBA CANGGUNG
18 BAB 17 – SKOR 1-1
19 BAB 18 – MERINDUKANMU
20 BAB 19 – KELUARGA
21 BAB 20 – TIDUR YANG GELISAH
22 BAB 21 – ON THE WAY
23 BAB 22 – PELANGI
24 BAB 23 – ETIKA DAN ATTITUDE ITU PENTING
25 BAB 24 – KEPUTUSAN FINAL UNTUK KINANTI
26 BAB 25 – PANTRY STAFF ACCOUNTING
27 BAB 26 – KINANTI END
28 BAB 27 – CONGRATS, GUNG!
29 BAB 28 – GAUN UNTUK ADINDA
30 BAB 29 – JANGAN DIHAPUS
31 BAB 30 – PERPISAHAN SEKOLAH ADINDA
32 BAB 31 – ADINDA DAN IVAN
33 BAB 32 – SIAPA?
34 BAB 33 – FIRASAT AGUNG DAN MIMPI ADISTI
35 BAB 34 – TUMPAHAN KOPI
36 BAB 35 – LAPTOP AGUNG
37 BAB 36 – IDE ANTON
38 BAB 37 – LAMPION LAYAN DOKUMEN
39 BAB 38 – MENUJU IMPIAN
40 BAB 39 – FROM MLEYOT TO NYUNGSEP
41 BAB 40 – AYAH, BUNDA DAN ADINDA
42 BAB 41 – SAMA-SAMA TIDAK TAHU
43 ACCOUNTANT 42 – SENIOR
44 BAB 43 – LAUNCHING TIME
45 BAB 44 – LANTAI 3 GEDUNG TKP
46 BAB 45 – WHAT ARE YOU DOING, MR. LEON?
47 BAB 46 – PLANG AMRITA OFFICE
48 BAB 47 – KAMU BISA, GUNG!
49 BAB 48 - GEDUNG RUNTUH?
50 BAB 49 – HELIKOPTER ITU
51 BAB 50 – HALANGI AMBULANSNYA!
52 BAB 51 – CERITA ADINDA
53 MR. ACCOUNTANT 52 – KEKHAWATIRAN LEON
54 BAB 53 – KUNJUNGAN RADITYA
55 BAB 54 – PEMBICARAAN HANS DAN RADITYA
56 BAB 55 – KEKAKUAN DI PAGI HARI
57 BAB 56 – TAMU BESUK
58 BAB 57 – JUNIOR-SENIOR
59 BAB 58 – DYGTA DAN ORION
60 BAB 59 – RAS TERKUAT DI MUKA BUMI
61 BAB 60 – FASHION TV
62 BAB 61 – SEPOTONG APEL
63 BAB 62 – PRAMUSAJI GERAI KOPI
64 BAB 63 – UNDANGAN DARI SINGAPURA
65 BAB 64 – MANTAN TERINDAH ANTON
66 BAB 65 – MENJAGA HATI
67 BAB 66 – DI UJUNG TANDUK
68 BAB 67 – PERHATIAN PASANGAN KANEBO KERING
69 BAB 68 – ADINDA’S TALK
70 Masih Lebaran
71 BAB 69 – PRESS CONFERENCE DI HALAMAN B GROUP
72 BAB 70 – PEREMPUAN BERAMBUT PIRANG
73 BAB 71 – IDENTITAS SI PIRANG
74 BAB 72 – PESULAP ATAU PENCOPET?
75 BAB 73 – CHENNY HAN DAN BRONDONGNYA
76 BAB 74 – LAKSA SINGAPUR
77 BAB 75 – PESONA ANTON
78 BAB 76 – ISKANDARDINATA BUILDING & LA FEMME BUILDING
79 BAB 77 – GALA DINNER
80 BAB 78 – EXIT DOOR
81 ACCOUNTANT 79 – KUE KRIM LEMON
82 BAB 80 – ADINDA VS ANTON
83 BAB 81 – RUANG KACA
84 BAB 82 – MENOLAK CACINGAN
85 BAB 83 – KENA MENTAL
86 BAB 84 – INTUISI
87 BAB 85 – MENDADAK MAKCOMBLANG
88 BAB 86 – SKATER BOY
89 BAB 87 – BANTUAN FREYA
90 BAB 88 – TINDAKAN BERBAHAYA
91 BAB 89 – ALASAN AGUNG
Episodes

Updated 91 Episodes

1
PROLOG
2
BAB 1 - INTUISI
3
BAB 2 – ANAK-ANAK NAKAL
4
BAB 3 - SEMERIAH KICAU BURUNG LIAR
5
BAB 4 – MAN ON DUTY
6
BAB 5 – BEDA KUALITAS
7
BAB 6 – BUKAN SEKEDAR SEPATU
8
BAB 7 – CAIRAN BAU ITU...
9
BAB 8 – UKS SEKOLAH
10
BAB 9 – SAMBAL KEMASAN POUCH
11
BAB 10 – KUCING OYEN
12
BAB 11 – WALI MURID PELAKU
13
BAB 12 - NASEHAT BUNDA
14
BAB 13 – TAWARAN UNTUK AYAH DAN BUNDA
15
BAB 14 - LEON BERAKSI
16
BAB 15 – KINANTI BLUNDER
17
BAB 16 – RAMBUT SHAGGY SERBA CANGGUNG
18
BAB 17 – SKOR 1-1
19
BAB 18 – MERINDUKANMU
20
BAB 19 – KELUARGA
21
BAB 20 – TIDUR YANG GELISAH
22
BAB 21 – ON THE WAY
23
BAB 22 – PELANGI
24
BAB 23 – ETIKA DAN ATTITUDE ITU PENTING
25
BAB 24 – KEPUTUSAN FINAL UNTUK KINANTI
26
BAB 25 – PANTRY STAFF ACCOUNTING
27
BAB 26 – KINANTI END
28
BAB 27 – CONGRATS, GUNG!
29
BAB 28 – GAUN UNTUK ADINDA
30
BAB 29 – JANGAN DIHAPUS
31
BAB 30 – PERPISAHAN SEKOLAH ADINDA
32
BAB 31 – ADINDA DAN IVAN
33
BAB 32 – SIAPA?
34
BAB 33 – FIRASAT AGUNG DAN MIMPI ADISTI
35
BAB 34 – TUMPAHAN KOPI
36
BAB 35 – LAPTOP AGUNG
37
BAB 36 – IDE ANTON
38
BAB 37 – LAMPION LAYAN DOKUMEN
39
BAB 38 – MENUJU IMPIAN
40
BAB 39 – FROM MLEYOT TO NYUNGSEP
41
BAB 40 – AYAH, BUNDA DAN ADINDA
42
BAB 41 – SAMA-SAMA TIDAK TAHU
43
ACCOUNTANT 42 – SENIOR
44
BAB 43 – LAUNCHING TIME
45
BAB 44 – LANTAI 3 GEDUNG TKP
46
BAB 45 – WHAT ARE YOU DOING, MR. LEON?
47
BAB 46 – PLANG AMRITA OFFICE
48
BAB 47 – KAMU BISA, GUNG!
49
BAB 48 - GEDUNG RUNTUH?
50
BAB 49 – HELIKOPTER ITU
51
BAB 50 – HALANGI AMBULANSNYA!
52
BAB 51 – CERITA ADINDA
53
MR. ACCOUNTANT 52 – KEKHAWATIRAN LEON
54
BAB 53 – KUNJUNGAN RADITYA
55
BAB 54 – PEMBICARAAN HANS DAN RADITYA
56
BAB 55 – KEKAKUAN DI PAGI HARI
57
BAB 56 – TAMU BESUK
58
BAB 57 – JUNIOR-SENIOR
59
BAB 58 – DYGTA DAN ORION
60
BAB 59 – RAS TERKUAT DI MUKA BUMI
61
BAB 60 – FASHION TV
62
BAB 61 – SEPOTONG APEL
63
BAB 62 – PRAMUSAJI GERAI KOPI
64
BAB 63 – UNDANGAN DARI SINGAPURA
65
BAB 64 – MANTAN TERINDAH ANTON
66
BAB 65 – MENJAGA HATI
67
BAB 66 – DI UJUNG TANDUK
68
BAB 67 – PERHATIAN PASANGAN KANEBO KERING
69
BAB 68 – ADINDA’S TALK
70
Masih Lebaran
71
BAB 69 – PRESS CONFERENCE DI HALAMAN B GROUP
72
BAB 70 – PEREMPUAN BERAMBUT PIRANG
73
BAB 71 – IDENTITAS SI PIRANG
74
BAB 72 – PESULAP ATAU PENCOPET?
75
BAB 73 – CHENNY HAN DAN BRONDONGNYA
76
BAB 74 – LAKSA SINGAPUR
77
BAB 75 – PESONA ANTON
78
BAB 76 – ISKANDARDINATA BUILDING & LA FEMME BUILDING
79
BAB 77 – GALA DINNER
80
BAB 78 – EXIT DOOR
81
ACCOUNTANT 79 – KUE KRIM LEMON
82
BAB 80 – ADINDA VS ANTON
83
BAB 81 – RUANG KACA
84
BAB 82 – MENOLAK CACINGAN
85
BAB 83 – KENA MENTAL
86
BAB 84 – INTUISI
87
BAB 85 – MENDADAK MAKCOMBLANG
88
BAB 86 – SKATER BOY
89
BAB 87 – BANTUAN FREYA
90
BAB 88 – TINDAKAN BERBAHAYA
91
BAB 89 – ALASAN AGUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!