BAB 6 – BUKAN SEKEDAR SEPATU

Adinda langsung menyambar sandal jepit masjid. Berlari mengejar Manda dan Anya dengan penuh amarah.

Sampai di belokan, keduanya sudah lenyap. Matanya memicing, berusaha mencari sepatu yang ditendang Manda tadi.

Samar, terdengar suara kekehan dua remaja biang kerok itu. Mereka tengah melempar-lemparkan sepatunya. Menjadikan permainan lempar tangkap di dekat area atletik.

Kesabaran Adinda sudah setipis tisu sekarang. Meraih batu di tangan kanan dan kirinya secara serampangan.

Keduanya masih tertawa saat Adinda masih berjarak 10 langkah dari mereka.

Tanpa membuang waktu, Adinda melemparkan batu ke arah mereka dua kali berturut-turut dengan menggunakan tangan kanannya, tangan terkuatnya.

Lemparan pertama mengenai lengan Manda. Membuat sepatu yang tengah berada di tangannya terlepas. Terjatuh dan langsung di pungut oleh Anya.

Manda meringis memegangi lengan atasnya. Menatap nyalang pada Adinda.

Lemparan kedua ditujukan pada Anya. Sayangnya, batunya lebih kecil dan lebih ringan daripada batu yang pertama. Lemparannya luput dari sasaran.

Detik berikutnya, Adinda sudah menunduk mengambil batu dan bersiap melempar lagi dengan batu sebesar telapak tangannya.

Manda melebarkan mata. Anya yang membelakangi Adinda tidak menyadari Adinda sudah memegang batu lagi di belakangnya.

Manda menarik tangan Anya.

“Nya, kabur! Dia anggap kita, sasaran lempar jumroh!!" Manda menarik tangan Anya, berlari menjauh.

"Kalian memang setan! Wajib ditimpuk batu!!" teriak Adinda.

Manda dan Anya berbelok ke arah rumpun bambu di belakang lapangan atletik. Terengah-engah, keduanya berhenti di tengah ladang bambu, tempat Pak Udin biasa membakar sampah daun.

Adinda tidak menyukai tempat itu. Ia tidak pernah ke area belakang bambu-bambu ini. Entahlah, tempat ini menimbulkan kesan seram bagi dirinya.

Dia menghentikan larinya saat melihat Manda dan Anya berlari ke arah belakang bambu.

Adinda melihat kelebatan seragam mereka yang berlari di balik rumpun pohom bambu. Dia bisa mendengar mereka berbicara dengan berbisik keras. Seperti berdebat.

“Itu masih ada bara apinya..” suara Anya, “Jatuhkan saja sepatunya ke dalam sana!”

Terdengar benda yang dijatuhkan. Lalu terdengar suara tawa tertahan Manda.

“Puas Loh! Lengan gue sakit banget disambit batu oleh si sok suci itu. Biar sepatunya jadi arang!”

Adinda berjengit. Tidak terima sepatu berharganya dibakar. Dia berlari, menerjang ke arah kedua biang kerok itu.

“KURANG AJAR KALIAN!!”

Mereka langsung berlari kabur menghindari Adinda. Adinda berhenti berlari di tumpukan daun yang sudah berubah setengahnya menjadi abu. Sepatunya teronggok di bawah tumpukan daun.

Melihat tali sepatunya yang mulai terbakar. Ia menjerit sekuat tenaga.

“JAHAT KALIAN!” batu sebesar telapak tangan dilemparkan ke arah mereka berdua.

Dia tidak memperhatikan lagi apakah lemparannya kena atau tidak. Tapi ia mendengar suara BUGH dan seperti suara orang terjatuh. Ia tidak peduli.

Diaa langsung berjongkok di kumpulan daun kering berasap. Mencoba mengambil sepatunya yang tak terjangkau tangan.

“Pa... Maafin Dinda..” tangannya menyeka pipinya, meninggalkan jejak jelaga pada pipi.

Angin bertiup agak besar. Api yang tadinya berupa bara berubah menjadi kobaran. Panas. Tapi ia tidak ingin mundur.

Dia tidak menyadari ada 3 sosok berponco dan masker hitam berada di dekatnya. 2 orang memegang gawai, mengarahkan kamera gawai padanya.

Satu orang yang berada agak di belakang mereka membuka bungkusan plastik hitam.

Adinda tengah berusaha mengorek sepatunya dengan ranting. Sol depannya sudah meleleh.

“Pa.. ma’af. Ma’af Dinda tidak bisa menjaga kenang-kenangan terakhir dari Papa. Hadiah ulang tahun terakhir dari Papa...” Adinda terisak dengan bahu terguncang.

“Menangis Lu sekarang??!” sosok berpanco dan bermasker hitam sudah berada di belakang Adinda.

Sebelah kakinya menginjak punggung Adinda dengan keras. Adinda tersungkur. Tangannya yang berhasil meraih sepatunya, membawanya ke area perutnya.

Sepatu yang meleleh terhimpit perut dan tanah. Karet yang terbakar menempel di seragamnya. Ada rasa panas dan perih di kulit perutnya.

“Allah...” desis Adinda menahan sakit.

“Lu, cewek yang paling sok suci di sekolahn. Sok jual mahal. Gak mau sama kita-kita, ternyata lebih memilih dengan om-om tajir! Munafik Lu!” orang itu menginjak Adinda lagi.

“Jadi sugar baby lu ya? Najis gue!” dia membuka tutup botol yang terbungkus kresek hitam.

Seketika udara yang sudah berbau asap menjadi berbau busuk.

“Nih gue tambahin lagi barang najis ke Lu. Supaya Daddy Sugar Lu gak mau lagi nyentuh Lu!!” dia menuangkan isi botol ke punggung dan kepala Adinda.

Tangan Adinda reflek melindungi telinga dan wajahnya.

“Gila Lu! Kenapa Lu siram sekarang? Kan seharusnya nanti kalau gue sama Manda udah puas mainin dia?!” suara Anya.

“Lu siam dia sekarang, gue sama Anya gak mau nyentuh dia. Jijik. Ah payah Lu, Fir! Gak sesuai kesepakatan!”

“Nih!” Anya menginjakkan kakinya pada punggung Adinda, “Sambitan Lu kena punggung gue sampai gue jatuh. Sekarang gue bales!”

“DINDA!” Agung berteriak berlari lalu menendang sosok berponco yang menghabiskan cairan dalam botol di atas kepala Adinda.

Man menendang dua sosok berponco hitam yang hendak kabur hingga terpental membentur bambu. Rambut Shaggy berlari mengejar Manda dan Anya.

“Lu kalau gak dapat mereka berdua, gue pastiin Lu dipecat!” ancam Man pada Rambut Shaggy.

Agung menghajar Si Penyiram dengan keras. Si Penyiram balas menyerang Agung dengan ganas.

“A Agung, Nona Dinda!” teriak Man, “Biar saya yang mengurus bajingan itu!”

“Urusan gue sama Lu belum kelar, Gung!!” Si Penyiram menatap nyalang pada Agung.

Agung menoleh.

“Lu kenal gue?” Agung yang tadinya sudah beranjak, lalu berbalik lagi.

“Gue kehilangan gigi depan gue gegara Lu! Samping toko donat.”

“Jadi Lu salah satu pelaku pelecehan pada Adinda? Bagus! GUE TAMBAHIN LAGI!”

Agung berlari ke arah pemuda berponco hitam itu. Lalu meloncat dengan kaki menyamping menjulur ke arah wajah Si Penyiram. Gerakannya cepat dan tak terbaca.

Sol sepatu Agung dengan telak mengenai mulut Si Penyiram. Bunyi berkeretak terdengar. Detik berikutnya Si Penyiram terhuyung ke samping dengan wajah terpalingkan terlebih dahulu.

Si Penyiram terjatuh di tanah tak bergerak dengan posisi tubuh menyamping. Dari mulutnya keluar da rah.

“A Agung!” Man berjongkok di dekat Adinda.

Agung berlari. Berdua dengan Man, membalikkan tubuh Adinda dengan hati-hati. Adinda masih melidungi kedua telinganya dengan tangannya. Mencegah agar cairan yang disiram tidak mengenai telinga dan wajahnya. Matanya terpejam rapat.

“Cairan apa yang disiramkan si Breng sek itu ke punggung dan kepala Dinda?” desis Agung sambil mengetatkan rahangnya.

Dalam hati dia berdo’a, semoga bukan cairan asam yang bisa mengiritasi kulit atau air keras yang bisa melelehkan kulit.

Zaskia, Wiwit dan Melda berlarian mendekat.

“A Agung, Dinda kenapa?” Zaskia berjongkok namun sedetik kemudian dia mundur lalu menjauh ke arah tumpukan daun yang tengah dibakar. Muntah-muntah.

“Kiya, Lu kenapa?”Wiwit menghampiri.

“Sumpah! Bau. Bau banget!” Zaskia melanjutkan muntahnya.

Mata Man memindai cepat sekitarannya. Di belakang tembok ada keran air yang disediakan untuk menyirami tanaman.

Sendirian, memanggul tubuh Adinda di pundaknya seperti memanggul karung, memindahkan Adinda ke dekat keran air.

“Panggil guru ke sini. Sebanyaknya. Bilang, Dinda diserang!” Agung menatap Melda dan juga siswa laki-laki yang ikut ke daerah belakang sekolah, “Ambilkan beberapa selimut dari UKS.”

Mereka mengangguk mengerti lalu segera berlari.

.

*bersambung*

🌺

Ternyata bukan sekedar sepatu bagi Adinda. Itu sebabnya Adinda begitu ngotot mengejar sepatunya.

🌺

Jangan lupa like dan minta update ya.

Beri penilaian bintang 5 karena novel ini masih sepi banget 🥴

Pencet ❤➕ bagi yang belum.

Love you more.. 😁

🌺

Utamakan baca Qur'an

🌷❤🖤🤍💚🌷

Terpopuler

Comments

it's me again

it's me again

ramee ...

2024-01-15

1

Tri Yoga Pratiwi

Tri Yoga Pratiwi

Anak sma tapi kelakuan kayak gitu... sedih kadang liat pembulian disekolah sekarang ini 🥺

2023-12-05

1

Tri Yoga Pratiwi

Tri Yoga Pratiwi

berasa pergi haji pake lempar jumroh

2023-12-05

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 BAB 1 - INTUISI
3 BAB 2 – ANAK-ANAK NAKAL
4 BAB 3 - SEMERIAH KICAU BURUNG LIAR
5 BAB 4 – MAN ON DUTY
6 BAB 5 – BEDA KUALITAS
7 BAB 6 – BUKAN SEKEDAR SEPATU
8 BAB 7 – CAIRAN BAU ITU...
9 BAB 8 – UKS SEKOLAH
10 BAB 9 – SAMBAL KEMASAN POUCH
11 BAB 10 – KUCING OYEN
12 BAB 11 – WALI MURID PELAKU
13 BAB 12 - NASEHAT BUNDA
14 BAB 13 – TAWARAN UNTUK AYAH DAN BUNDA
15 BAB 14 - LEON BERAKSI
16 BAB 15 – KINANTI BLUNDER
17 BAB 16 – RAMBUT SHAGGY SERBA CANGGUNG
18 BAB 17 – SKOR 1-1
19 BAB 18 – MERINDUKANMU
20 BAB 19 – KELUARGA
21 BAB 20 – TIDUR YANG GELISAH
22 BAB 21 – ON THE WAY
23 BAB 22 – PELANGI
24 BAB 23 – ETIKA DAN ATTITUDE ITU PENTING
25 BAB 24 – KEPUTUSAN FINAL UNTUK KINANTI
26 BAB 25 – PANTRY STAFF ACCOUNTING
27 BAB 26 – KINANTI END
28 BAB 27 – CONGRATS, GUNG!
29 BAB 28 – GAUN UNTUK ADINDA
30 BAB 29 – JANGAN DIHAPUS
31 BAB 30 – PERPISAHAN SEKOLAH ADINDA
32 BAB 31 – ADINDA DAN IVAN
33 BAB 32 – SIAPA?
34 BAB 33 – FIRASAT AGUNG DAN MIMPI ADISTI
35 BAB 34 – TUMPAHAN KOPI
36 BAB 35 – LAPTOP AGUNG
37 BAB 36 – IDE ANTON
38 BAB 37 – LAMPION LAYAN DOKUMEN
39 BAB 38 – MENUJU IMPIAN
40 BAB 39 – FROM MLEYOT TO NYUNGSEP
41 BAB 40 – AYAH, BUNDA DAN ADINDA
42 BAB 41 – SAMA-SAMA TIDAK TAHU
43 ACCOUNTANT 42 – SENIOR
44 BAB 43 – LAUNCHING TIME
45 BAB 44 – LANTAI 3 GEDUNG TKP
46 BAB 45 – WHAT ARE YOU DOING, MR. LEON?
47 BAB 46 – PLANG AMRITA OFFICE
48 BAB 47 – KAMU BISA, GUNG!
49 BAB 48 - GEDUNG RUNTUH?
50 BAB 49 – HELIKOPTER ITU
51 BAB 50 – HALANGI AMBULANSNYA!
52 BAB 51 – CERITA ADINDA
53 MR. ACCOUNTANT 52 – KEKHAWATIRAN LEON
54 BAB 53 – KUNJUNGAN RADITYA
55 BAB 54 – PEMBICARAAN HANS DAN RADITYA
56 BAB 55 – KEKAKUAN DI PAGI HARI
57 BAB 56 – TAMU BESUK
58 BAB 57 – JUNIOR-SENIOR
59 BAB 58 – DYGTA DAN ORION
60 BAB 59 – RAS TERKUAT DI MUKA BUMI
61 BAB 60 – FASHION TV
62 BAB 61 – SEPOTONG APEL
63 BAB 62 – PRAMUSAJI GERAI KOPI
64 BAB 63 – UNDANGAN DARI SINGAPURA
65 BAB 64 – MANTAN TERINDAH ANTON
66 BAB 65 – MENJAGA HATI
67 BAB 66 – DI UJUNG TANDUK
68 BAB 67 – PERHATIAN PASANGAN KANEBO KERING
69 BAB 68 – ADINDA’S TALK
70 Masih Lebaran
71 BAB 69 – PRESS CONFERENCE DI HALAMAN B GROUP
72 BAB 70 – PEREMPUAN BERAMBUT PIRANG
73 BAB 71 – IDENTITAS SI PIRANG
74 BAB 72 – PESULAP ATAU PENCOPET?
75 BAB 73 – CHENNY HAN DAN BRONDONGNYA
76 BAB 74 – LAKSA SINGAPUR
77 BAB 75 – PESONA ANTON
78 BAB 76 – ISKANDARDINATA BUILDING & LA FEMME BUILDING
79 BAB 77 – GALA DINNER
80 BAB 78 – EXIT DOOR
81 ACCOUNTANT 79 – KUE KRIM LEMON
82 BAB 80 – ADINDA VS ANTON
83 BAB 81 – RUANG KACA
84 BAB 82 – MENOLAK CACINGAN
85 BAB 83 – KENA MENTAL
86 BAB 84 – INTUISI
87 BAB 85 – MENDADAK MAKCOMBLANG
88 BAB 86 – SKATER BOY
89 BAB 87 – BANTUAN FREYA
90 BAB 88 – TINDAKAN BERBAHAYA
91 BAB 89 – ALASAN AGUNG
Episodes

Updated 91 Episodes

1
PROLOG
2
BAB 1 - INTUISI
3
BAB 2 – ANAK-ANAK NAKAL
4
BAB 3 - SEMERIAH KICAU BURUNG LIAR
5
BAB 4 – MAN ON DUTY
6
BAB 5 – BEDA KUALITAS
7
BAB 6 – BUKAN SEKEDAR SEPATU
8
BAB 7 – CAIRAN BAU ITU...
9
BAB 8 – UKS SEKOLAH
10
BAB 9 – SAMBAL KEMASAN POUCH
11
BAB 10 – KUCING OYEN
12
BAB 11 – WALI MURID PELAKU
13
BAB 12 - NASEHAT BUNDA
14
BAB 13 – TAWARAN UNTUK AYAH DAN BUNDA
15
BAB 14 - LEON BERAKSI
16
BAB 15 – KINANTI BLUNDER
17
BAB 16 – RAMBUT SHAGGY SERBA CANGGUNG
18
BAB 17 – SKOR 1-1
19
BAB 18 – MERINDUKANMU
20
BAB 19 – KELUARGA
21
BAB 20 – TIDUR YANG GELISAH
22
BAB 21 – ON THE WAY
23
BAB 22 – PELANGI
24
BAB 23 – ETIKA DAN ATTITUDE ITU PENTING
25
BAB 24 – KEPUTUSAN FINAL UNTUK KINANTI
26
BAB 25 – PANTRY STAFF ACCOUNTING
27
BAB 26 – KINANTI END
28
BAB 27 – CONGRATS, GUNG!
29
BAB 28 – GAUN UNTUK ADINDA
30
BAB 29 – JANGAN DIHAPUS
31
BAB 30 – PERPISAHAN SEKOLAH ADINDA
32
BAB 31 – ADINDA DAN IVAN
33
BAB 32 – SIAPA?
34
BAB 33 – FIRASAT AGUNG DAN MIMPI ADISTI
35
BAB 34 – TUMPAHAN KOPI
36
BAB 35 – LAPTOP AGUNG
37
BAB 36 – IDE ANTON
38
BAB 37 – LAMPION LAYAN DOKUMEN
39
BAB 38 – MENUJU IMPIAN
40
BAB 39 – FROM MLEYOT TO NYUNGSEP
41
BAB 40 – AYAH, BUNDA DAN ADINDA
42
BAB 41 – SAMA-SAMA TIDAK TAHU
43
ACCOUNTANT 42 – SENIOR
44
BAB 43 – LAUNCHING TIME
45
BAB 44 – LANTAI 3 GEDUNG TKP
46
BAB 45 – WHAT ARE YOU DOING, MR. LEON?
47
BAB 46 – PLANG AMRITA OFFICE
48
BAB 47 – KAMU BISA, GUNG!
49
BAB 48 - GEDUNG RUNTUH?
50
BAB 49 – HELIKOPTER ITU
51
BAB 50 – HALANGI AMBULANSNYA!
52
BAB 51 – CERITA ADINDA
53
MR. ACCOUNTANT 52 – KEKHAWATIRAN LEON
54
BAB 53 – KUNJUNGAN RADITYA
55
BAB 54 – PEMBICARAAN HANS DAN RADITYA
56
BAB 55 – KEKAKUAN DI PAGI HARI
57
BAB 56 – TAMU BESUK
58
BAB 57 – JUNIOR-SENIOR
59
BAB 58 – DYGTA DAN ORION
60
BAB 59 – RAS TERKUAT DI MUKA BUMI
61
BAB 60 – FASHION TV
62
BAB 61 – SEPOTONG APEL
63
BAB 62 – PRAMUSAJI GERAI KOPI
64
BAB 63 – UNDANGAN DARI SINGAPURA
65
BAB 64 – MANTAN TERINDAH ANTON
66
BAB 65 – MENJAGA HATI
67
BAB 66 – DI UJUNG TANDUK
68
BAB 67 – PERHATIAN PASANGAN KANEBO KERING
69
BAB 68 – ADINDA’S TALK
70
Masih Lebaran
71
BAB 69 – PRESS CONFERENCE DI HALAMAN B GROUP
72
BAB 70 – PEREMPUAN BERAMBUT PIRANG
73
BAB 71 – IDENTITAS SI PIRANG
74
BAB 72 – PESULAP ATAU PENCOPET?
75
BAB 73 – CHENNY HAN DAN BRONDONGNYA
76
BAB 74 – LAKSA SINGAPUR
77
BAB 75 – PESONA ANTON
78
BAB 76 – ISKANDARDINATA BUILDING & LA FEMME BUILDING
79
BAB 77 – GALA DINNER
80
BAB 78 – EXIT DOOR
81
ACCOUNTANT 79 – KUE KRIM LEMON
82
BAB 80 – ADINDA VS ANTON
83
BAB 81 – RUANG KACA
84
BAB 82 – MENOLAK CACINGAN
85
BAB 83 – KENA MENTAL
86
BAB 84 – INTUISI
87
BAB 85 – MENDADAK MAKCOMBLANG
88
BAB 86 – SKATER BOY
89
BAB 87 – BANTUAN FREYA
90
BAB 88 – TINDAKAN BERBAHAYA
91
BAB 89 – ALASAN AGUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!