BAB 7 – CAIRAN BAU ITU...

Agung terkejut saat Adinda sudah dipindahkan Man ke belakang tembok. Dirinya bergegas menghampiri Man yang sedang mendudukkan Adinda.

“A Agung pegang Adinda dari arah depan, saya bilas kepala dan punggungnya untuk melarutkan cairan yang disiramkan oleh mereka.”

Agung mengangguk. Dia berjongkok di depan Adinda yang masih menutupi kedua telinganya dengan mata terpejam rapat.

“Din... Dinda, kamu gak apa-apa?” Agung menyentuh wajah Adinda.

Adinda membuka matanya.

“Om Agung...! Kenapa lama datangnya?”

Zaskia dan Wiwit menghampiri tapi tidak terlalu dekat karena bau pada punggung dan kepala Adinda.

“Ma’af... kami kira Dinda masih di dalam masjid. Teman-teman Dinda baru memberitahu kepada kami setelah mereka merasa Dinda terlalu lama pergi..” Agung menyentuh pipi Adinda dengan kedua tangannya, “Ma’af... ma’afkan saya, Din. Saya tidak bisa menjaga kamu dengan baik hari ini... Apapun yang terjadi nanti, saya akan selalu sayang ke kamu..”

“So sweet banget sih?” bisik keras Wiwit.

Zaskia mengangguk.

“Nda beruntung banget ya dicintai oleh orang seperti A Agung.. Gue kan jadi baper...”

“Om Agung ngomong apa?” Adinda mengernyit saat berusaha menggeser tubuhnya.

“Kenapa? Pedih? Punggung atau kepala?” Agung memegang bahu dan kepala Adinda bergantian.

Adinda menggeleng.

“Bukan Om.. Tapi ini...” Adinda menundukkan wajahnya tangannya memegangi sepatu yang menempel di perutnya.

Agung terkejut, kedua alisnya terangkat.

“Subhanallah!” tangan Agung memegangi sepatu Adinda yang menempel di seragam Adinda. Di kemeja dan roknya.

Man mendekat.

“Ada apa?”

Detik berikutnya, Man terperanjat.

“Gak bisa ditarik?” Man mendekat membuat kedua teman Adinda penasaran.

“Kalian berdua, bawa tas Adinda ke sini ya. Pinjam jaket-jaket kalian atau teman kalian, nanti saya ganti yang baru...” Agung memerintahkan kepada kedua teman Adinda.

Mereka langsung beranjak pergi sambil mengangguk mengerti.

“Ini kenapa sepatu meleleh ada di perut kamu?”

“Saya sedang mengambil sepatu yang mulai terbakar saat punggung saya diinjak dan didorong ke tanah. Sepatu yang baru meleleh itu terjepit perut dan tanah...”

“Kulit perut kamu..?”

“Pedih, Om. Sepertinya melepuh...”

“Nanti saya gunting ya supaya sepatunya bisa lepas.”

Adinda mengangguk. Bertepatan dengan suara ribut dari arah depan dan belakang mereka.

“Man. Laporkan pada Tuan Hans segera.”

Man mengangguk. Dia mengambil gawainya.

Dari arah rumpun bambu, Rambut Shaggy datang sambil mendorong kedua remaja putri biang kerok. Dia melemparkan tas kedua anak itu di bawah kaki Man.

“Barang bukti rencana kejahatan mereka yang akan mereka lakukan kepada Nona Adinda,” Rambut Shaggy menatap Man dengan tubuh tegap.

Man yang sedang menelepon Hans menjadi terdiam sejenak. Dia mengubah panggilan suaranya menjadi panggilan video.

“Buka tasnya,” perintah Man.

“Sebaiknya tidak dikeluarkan isinya,” Rambut Shaggy membuka risleting tas, “Karena banyak anak-anak di bawah umur di sini.”

Man dan Agung mengernyit mendengar penjelasan Rambut Shaggy. Mereka mendekatinya untuk melongok ke dalam tas.

“Astaghfirullah..!”

Agung berdiri, menatap geram pada kedua remaja putri itu yang menunduk ketakutan. Pipi mereka dipenuhi bekas tapak jemari.

Agung berjongkok, mendongakkan wajah mereka agar mata nya dan mata mereka sejajar dengan menarik rambut mereka ke bawah.

“APA YANG KALIAN RENCANAKAN PADA CALON ISTRI SAYA ?!!”

Agung menarik rambut keduanya dengan kuat, membuat keduanya menjerit kesakitan.

Para guru berdatangan dan murid-murid lainnya memenuhi area belakang sekolah.

“Ada apa ini?” Pak Hasan, guru Fisika merangkap guru kesiswaan mendekati.

Agung yang masih gemetar menahan amarah tidak dapat menjawab. Man dan Rambut Shaggy bergantian menjelaskan apa yang terjadi.

Murid laki-laki yang ada, diminta untuk membawa para pelaku berjas hujan ponco warna hitam yang sudah terikat dan tidak sadarkan diri di belakang rumpun bambu.

Kedua gawai yang ada pada mereka disita. Seorang siswa yang kenal dengan salah satu pelaku langsung membuka galeri video rekaman.

Rekaman dimulai saat kedua remaja putri itu melemparkan sepatu Adinda ke dalam tumpukan daun yang tengah dibakar. Semua terlihat jelas bagaimana punggung Adinda diinjak dan sepatu itu terjatuh dan akhirnya terhimpit perut dan tanah.

Semua ucapan jahat si Penyiram terhadap Adinda. Juga dialog kedua remaja putri itu pada si Penyiram yang jengkel karena rencana mereka gagal dilakukan.

“Cairan busuk yang dibungkus di dalam botol, jas hujan ponco hitam, masker hitam, bahkan si penyiram memakai sarung tangan lateks, dokumentasi video yang direkam oleh 2 orang juga barang bukti yang memalukan yang rencananya akan dipakai untuk menjahati Adinda, ada di dalam tas,” Man membeberkan semuanya.

“Semuanya adalah bukti bahwa perbuatan mereka sudah direncanakan jauh hari dan memakai ajang pengumuman kelulusan untuk hari eksekusinya.”

Para guru berseru kaget mellihat barang bukti di dalam tas.

“Ini gila! Punya siapa barang-barang ini? Kalian sering memakainya?”

Kasak-kusuk terdengar. Para murid penasaran dengan barang bukti di dalam tas.

“DINDA.”

Semua orang melihat ke arah suara. Ivan berlari ke arah Agung.

“Om, Dinda kenapa?”

Agung menatap Ivan dengan sorot mata kebencian tang terlihat jelas. Dia berjalan cepat ke arah Ivan. Menarik kerah bajunya.

“Mereka..” telunjuknya terarah pada para pelaku, “...anak buah kamu kan?”

Ivan menatap pada orang-orang yang ditunjuk Agung. Matanya melebar.

“Tapi...saya sama sekali tidak tahu apa-apa tentang hal ini, Om.”

“BOHONG KAMU!”

“Saya gak bohong, Om. Mereka dulunya memang anak buah saya. Tapi semenjak kejadian bullying yang sering dialami Dinda oleh mereka, apalagi kejadian di Toko Donat, saya meninggalkan mereka, Om...” Mata Ivan menatap tegas Agung tanpa takut.

Agung tahu, Ivan berbicara jujur. Dia melepaskan cekalannya pada kerah baju Ivan.

“Pak Agung,” Rambut Shaggy mendekat, “Anak ini bicara jujur. Kedua abege itu bilang, ketua gank tidak tahu apa-apa tentang hal ini. Mereka melakukan ini karena sakit hati dengan Adinda yang sudah merusak dan menghancurkan gank mereka...”

“Gank ca bul!” teriak Agung sambil memandang dua abege putri yang diam tertunduk.

“Saya merekam pengakuan mereka saat berhasil meringkus mereka dan langsung menginterogasinya. Ini bukan sekedar kenakalan remaja biasa. Ini lebih daripada itu...” Rambut Shaggy menyodorkan gawainya pada Agung.

“Berikan pada para Guru. Agar mereka bisa mengambil kesimpulan dan memberikan hukuman yang pantas,” Agung memerintahkan Rambut Shaggy yang dijawab dengan anggukan kepala.

“Adinda mana?” Ivan bertanya lagi tapi kemudian matanya melihat pada pojokan tembok.

Beberapa orang murid perempuan membentangkan 2 selimut membentuk partisi.

“Kamu, tanyakan kepada mereka,apa yang mereka siramkan kepada Dinda!” Agung menatap Ivan.

“A Agung, Tuan Hans sedang dalam perjalan ke sini. Begitu pula dengan Bapak dan Ibu Gumilar, Nona Layla dan Nyonya Kusumawardhani,” Man melaporkan.

Pak Hasan tampak gugup.

"Ma'af.. mereka-mereka yang tadi disebutkan siapa ya?”

“Mereka adalah para orangtua angkat dan kakak angkat Adinda.”

“Bukannya yang menjadi wali murid Adinda adalah Pak Gumilar?”

“Beliau Ayah saya. Setelah kejadian penyerangan terhadap Adinda yang dilakukan oleh ibu tiri dan teman prianya saat dini hari, Adinda menjadi anak angkat 4 keluarga. Keluarga Gumilar, Keluarga Alwin Sanjaya, Keluarga Kusumawardhani dan Keluarga Fernandez.”

“Masyaa Allah... Keluarga sultan semua..” seru seorang guru yang membuat heboh lainnya.

“Om Agung...” Ivan berlari mendekat, “Cairan itu...”

“Apa? Ngomong yang jelas, jangan sepotong-sepotong begitu.”

“Itu cairan kencing babi dan kencing anjing...”

“Subhanallah. Astaghfirullah!”

Agung segera menghampiri Adinda. Dia berhenti dibalik selimut garis-garis navy-putih khas rumah sakit jaman dulu yang dibentangkan menyamping oleh murid-murid perempuan.

“Dinda...”

“Ya Om?”

“Kamu bisa thoharoh?”

“Memangnya kenapa, Om?”

“Cairan yang disiramkan ke kamu itu, air kencing babi dan anjing...”

“Ya Allah...”

“Nda... Lu jangan nangis..” suara teman Adinda entah yang mana terdengar dari balik bentangan selimut.

“Dinda, kamu kenapa?” Agung terdengar cemas.

“Adindanya sedang nangis, A Agung. Tadi padahal gak apa-apa dianya..." Agung mengenali sebagai suara Zaskia, “Nda, Lu jangan nangis dong. Gue jadi ikutan nangis nih...”

“Kalian yang bantuin bersihin Adinda juga harus thoharoh ya..” Agung mengingatkan kedua teman Adinda di balik bentangan selimut.

“Saya guru agama,” seorang guru berhijab krem mendekati bentangan selimut. Saya akan bantu Adinda dan yang lainnya untuk berthoharoh.”

Agung mengangguk dan berterima kasih seraya mempersilahkan guru itu masuk ke dalam bentangan selimut.

“Sudah berapa kali pakai sabun dan sampo?” terdengar suara Ibu Guru Agama dari balik selimut yang dibentangkan.

“Sudah 3 kali Bu. Ini baunya masih ada sih tapi tidak semenyengat yang pertama.”

“Kita bersihkan sekali lagi pakai sabun dan sampo ya. Mudah-mudahan baunya hilang,” suara Ibu Guru terdengar menenangkan Adinda, tidak terdengar lagi suara isakannya.

“Ya Allah.. Dinda. Perut kamu kenapa?”

“Kena lelehan sol sepatu tadi saat diinjak punggungnya..” Zaskia yang menjelaskan.

Bu Guru menyibak sedikit selimut. Wajahnya memandang ke arah murid dan guru.

“Anak PMR tolong siapkan kotak P3K ya. Penanganan luka bakar. Dari sini, Adinda kita bawa ke ruang UKS untuk mendapat perawatan di sana. Kalian siapkan ruang UKS.”

Para Guru heboh. Beberapa murid anggota PMR berlari mepersiapkan apa yang diminta Ibu Guru Agama tadi.

“Seberapa parah luka bakarnya, Bu? Apakah perlu dibawa ke rumah sakit?” tanya Agung.

“Ini belum melepuh sih. Hanya kulitnya merah sekali. Semoga air bisa membantu mendinginkan kulitnya,” Ibu Guru benar-benar menenangkan Agung.

“Saat Ibu membantu Adinda untuk thoharoh, kalian berdua juga ikut thoharoh ya. Bagian yang kalian bersihkan cukup tangan kalian saja yang terkena najis. Berbeda dengan Adinda.”

“Iya Bu..”

Bu Guru melanjutkan lagi.

“Karena ini ada najis anjingnya, maka terakhirnya harus dibersihkan dengan tanah ya. Untung Adinda langsung dibersihkan di sini, dekat dengan tanah. Kalau di kamar mandi, repot kitanya...”

“Mereka bagaimana, Pak?” tanya Man kepada Pak Hasan.

“Bawa saja ke ruang guru. Kita interogasi di sana,” jawab Pak Hasan.

Ketiga murid yang mengenakan ponco hitam sudah sadarkan diri. Si Penyiram alias Firman, meringis dan mengaduk kesakitan. Gigi depannya tanggal lagi. Kali ini gigi bawahnya yang tanggal.

.

*bersambung*

🌺

Untung Guru Agamanya perempuan ya, jadi bisa bantu Adinda untuk thoharoh.

🌺

Catatan Kecil:

Thaharah / Thoharoh adalah mensucikan diri dari hadas dan najis.

Air kencing manusia ataupun binatang termasuk ke dalam najis mutawassithah memiliki tingkatan sedang.

Cara menghilangkannya cukup dengan menyiram dengan air mutlak pada bagian yang terkena najis hingga hilang rasa, bau, dan warnanya.

Sedangkan najis yang berasal dari anjing dan babi merupakan najis mugholadhoh.

Cara menghilangkannya dengan menyiram dengan menggunakan air sebanyak 7 kali, salah satunya (bisa diawal atau diakhir) membersihkan dengan menggunakan debu/tanah yang bersih.

🌺

Jangan lupa like dan minta update.

Yang belum pencet ❤➕, hayoo.

Yang belum beri penilaian bintang 5, pliiiiiiis dong 😉

🌺

Utamakan baca Qur’an

🌷❤🖤🤍💚🌷

Episodes
1 PROLOG
2 BAB 1 - INTUISI
3 BAB 2 – ANAK-ANAK NAKAL
4 BAB 3 - SEMERIAH KICAU BURUNG LIAR
5 BAB 4 – MAN ON DUTY
6 BAB 5 – BEDA KUALITAS
7 BAB 6 – BUKAN SEKEDAR SEPATU
8 BAB 7 – CAIRAN BAU ITU...
9 BAB 8 – UKS SEKOLAH
10 BAB 9 – SAMBAL KEMASAN POUCH
11 BAB 10 – KUCING OYEN
12 BAB 11 – WALI MURID PELAKU
13 BAB 12 - NASEHAT BUNDA
14 BAB 13 – TAWARAN UNTUK AYAH DAN BUNDA
15 BAB 14 - LEON BERAKSI
16 BAB 15 – KINANTI BLUNDER
17 BAB 16 – RAMBUT SHAGGY SERBA CANGGUNG
18 BAB 17 – SKOR 1-1
19 BAB 18 – MERINDUKANMU
20 BAB 19 – KELUARGA
21 BAB 20 – TIDUR YANG GELISAH
22 BAB 21 – ON THE WAY
23 BAB 22 – PELANGI
24 BAB 23 – ETIKA DAN ATTITUDE ITU PENTING
25 BAB 24 – KEPUTUSAN FINAL UNTUK KINANTI
26 BAB 25 – PANTRY STAFF ACCOUNTING
27 BAB 26 – KINANTI END
28 BAB 27 – CONGRATS, GUNG!
29 BAB 28 – GAUN UNTUK ADINDA
30 BAB 29 – JANGAN DIHAPUS
31 BAB 30 – PERPISAHAN SEKOLAH ADINDA
32 BAB 31 – ADINDA DAN IVAN
33 BAB 32 – SIAPA?
34 BAB 33 – FIRASAT AGUNG DAN MIMPI ADISTI
35 BAB 34 – TUMPAHAN KOPI
36 BAB 35 – LAPTOP AGUNG
37 BAB 36 – IDE ANTON
38 BAB 37 – LAMPION LAYAN DOKUMEN
39 BAB 38 – MENUJU IMPIAN
40 BAB 39 – FROM MLEYOT TO NYUNGSEP
41 BAB 40 – AYAH, BUNDA DAN ADINDA
42 BAB 41 – SAMA-SAMA TIDAK TAHU
43 ACCOUNTANT 42 – SENIOR
44 BAB 43 – LAUNCHING TIME
45 BAB 44 – LANTAI 3 GEDUNG TKP
46 BAB 45 – WHAT ARE YOU DOING, MR. LEON?
47 BAB 46 – PLANG AMRITA OFFICE
48 BAB 47 – KAMU BISA, GUNG!
49 BAB 48 - GEDUNG RUNTUH?
50 BAB 49 – HELIKOPTER ITU
51 BAB 50 – HALANGI AMBULANSNYA!
52 BAB 51 – CERITA ADINDA
53 MR. ACCOUNTANT 52 – KEKHAWATIRAN LEON
54 BAB 53 – KUNJUNGAN RADITYA
55 BAB 54 – PEMBICARAAN HANS DAN RADITYA
56 BAB 55 – KEKAKUAN DI PAGI HARI
57 BAB 56 – TAMU BESUK
58 BAB 57 – JUNIOR-SENIOR
59 BAB 58 – DYGTA DAN ORION
60 BAB 59 – RAS TERKUAT DI MUKA BUMI
61 BAB 60 – FASHION TV
62 BAB 61 – SEPOTONG APEL
63 BAB 62 – PRAMUSAJI GERAI KOPI
64 BAB 63 – UNDANGAN DARI SINGAPURA
65 BAB 64 – MANTAN TERINDAH ANTON
66 BAB 65 – MENJAGA HATI
67 BAB 66 – DI UJUNG TANDUK
68 BAB 67 – PERHATIAN PASANGAN KANEBO KERING
69 BAB 68 – ADINDA’S TALK
70 Masih Lebaran
71 BAB 69 – PRESS CONFERENCE DI HALAMAN B GROUP
72 BAB 70 – PEREMPUAN BERAMBUT PIRANG
73 BAB 71 – IDENTITAS SI PIRANG
74 BAB 72 – PESULAP ATAU PENCOPET?
75 BAB 73 – CHENNY HAN DAN BRONDONGNYA
76 BAB 74 – LAKSA SINGAPUR
77 BAB 75 – PESONA ANTON
78 BAB 76 – ISKANDARDINATA BUILDING & LA FEMME BUILDING
79 BAB 77 – GALA DINNER
80 BAB 78 – EXIT DOOR
81 ACCOUNTANT 79 – KUE KRIM LEMON
82 BAB 80 – ADINDA VS ANTON
83 BAB 81 – RUANG KACA
84 BAB 82 – MENOLAK CACINGAN
Episodes

Updated 84 Episodes

1
PROLOG
2
BAB 1 - INTUISI
3
BAB 2 – ANAK-ANAK NAKAL
4
BAB 3 - SEMERIAH KICAU BURUNG LIAR
5
BAB 4 – MAN ON DUTY
6
BAB 5 – BEDA KUALITAS
7
BAB 6 – BUKAN SEKEDAR SEPATU
8
BAB 7 – CAIRAN BAU ITU...
9
BAB 8 – UKS SEKOLAH
10
BAB 9 – SAMBAL KEMASAN POUCH
11
BAB 10 – KUCING OYEN
12
BAB 11 – WALI MURID PELAKU
13
BAB 12 - NASEHAT BUNDA
14
BAB 13 – TAWARAN UNTUK AYAH DAN BUNDA
15
BAB 14 - LEON BERAKSI
16
BAB 15 – KINANTI BLUNDER
17
BAB 16 – RAMBUT SHAGGY SERBA CANGGUNG
18
BAB 17 – SKOR 1-1
19
BAB 18 – MERINDUKANMU
20
BAB 19 – KELUARGA
21
BAB 20 – TIDUR YANG GELISAH
22
BAB 21 – ON THE WAY
23
BAB 22 – PELANGI
24
BAB 23 – ETIKA DAN ATTITUDE ITU PENTING
25
BAB 24 – KEPUTUSAN FINAL UNTUK KINANTI
26
BAB 25 – PANTRY STAFF ACCOUNTING
27
BAB 26 – KINANTI END
28
BAB 27 – CONGRATS, GUNG!
29
BAB 28 – GAUN UNTUK ADINDA
30
BAB 29 – JANGAN DIHAPUS
31
BAB 30 – PERPISAHAN SEKOLAH ADINDA
32
BAB 31 – ADINDA DAN IVAN
33
BAB 32 – SIAPA?
34
BAB 33 – FIRASAT AGUNG DAN MIMPI ADISTI
35
BAB 34 – TUMPAHAN KOPI
36
BAB 35 – LAPTOP AGUNG
37
BAB 36 – IDE ANTON
38
BAB 37 – LAMPION LAYAN DOKUMEN
39
BAB 38 – MENUJU IMPIAN
40
BAB 39 – FROM MLEYOT TO NYUNGSEP
41
BAB 40 – AYAH, BUNDA DAN ADINDA
42
BAB 41 – SAMA-SAMA TIDAK TAHU
43
ACCOUNTANT 42 – SENIOR
44
BAB 43 – LAUNCHING TIME
45
BAB 44 – LANTAI 3 GEDUNG TKP
46
BAB 45 – WHAT ARE YOU DOING, MR. LEON?
47
BAB 46 – PLANG AMRITA OFFICE
48
BAB 47 – KAMU BISA, GUNG!
49
BAB 48 - GEDUNG RUNTUH?
50
BAB 49 – HELIKOPTER ITU
51
BAB 50 – HALANGI AMBULANSNYA!
52
BAB 51 – CERITA ADINDA
53
MR. ACCOUNTANT 52 – KEKHAWATIRAN LEON
54
BAB 53 – KUNJUNGAN RADITYA
55
BAB 54 – PEMBICARAAN HANS DAN RADITYA
56
BAB 55 – KEKAKUAN DI PAGI HARI
57
BAB 56 – TAMU BESUK
58
BAB 57 – JUNIOR-SENIOR
59
BAB 58 – DYGTA DAN ORION
60
BAB 59 – RAS TERKUAT DI MUKA BUMI
61
BAB 60 – FASHION TV
62
BAB 61 – SEPOTONG APEL
63
BAB 62 – PRAMUSAJI GERAI KOPI
64
BAB 63 – UNDANGAN DARI SINGAPURA
65
BAB 64 – MANTAN TERINDAH ANTON
66
BAB 65 – MENJAGA HATI
67
BAB 66 – DI UJUNG TANDUK
68
BAB 67 – PERHATIAN PASANGAN KANEBO KERING
69
BAB 68 – ADINDA’S TALK
70
Masih Lebaran
71
BAB 69 – PRESS CONFERENCE DI HALAMAN B GROUP
72
BAB 70 – PEREMPUAN BERAMBUT PIRANG
73
BAB 71 – IDENTITAS SI PIRANG
74
BAB 72 – PESULAP ATAU PENCOPET?
75
BAB 73 – CHENNY HAN DAN BRONDONGNYA
76
BAB 74 – LAKSA SINGAPUR
77
BAB 75 – PESONA ANTON
78
BAB 76 – ISKANDARDINATA BUILDING & LA FEMME BUILDING
79
BAB 77 – GALA DINNER
80
BAB 78 – EXIT DOOR
81
ACCOUNTANT 79 – KUE KRIM LEMON
82
BAB 80 – ADINDA VS ANTON
83
BAB 81 – RUANG KACA
84
BAB 82 – MENOLAK CACINGAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!