BAB 9 – SAMBAL KEMASAN POUCH

Hati Agung seperti ada yang menyiram air es. Lehernya tercekat.

[Why Din? Kamu tidak menceritakan semuanya kepada kami? ]

“Adinda sering bertemu Ivan?”

Keduanya menggeleng.

“Adinda selalu menghindar saat didekati Ivan ataupun saat ada Ivan.”

Agung mengangguk. Dia percaya, Adinda bisa menjaga pergaulan dengan baik.

Pintu UKS terbuka, Bunda melongokkan kepalanya ke luar.

“Kak, tolong bawa Dinda ke ruang guru..”

“Iya Bun..” lalu memandang ke 2 teman Adinda, “Kalian ikut ya ke ruang guru sebagai saksi.”

Keduanya mengangguk.

Agung menatap Adinda yang tengah duduk di tepi bed dengan kaki menjuntai. Selang oksigennya sudah dilepas.

Adinda mengenakan stelan training warna hijau sage dan kerudung instan warna putih. Kulitnya sudah tidak sepucat tadi. Cantik.

Agung menatapnya dengan dada berdebar. Adinda selalu cantik di matanya.

“Kamu sudah gak apa-apa?”

Adinda yang sedang menunduk menatap kakinya mendongak.

“Sepatu saya mana, Om?” mata Adinda terlihat kosong.

Agung memicingkan mata. Dia merasa deja vu dengan kondisi Adinda saat ini. Sama seperti pasca penyerangan yang dialaminya beberapa minggu yang lalu.

“Din..” Agung mendekat, membelai kepalanya, “Dinda, kamu dengar saya kan?”

“Sepatu saya, Om?”

“Put.. Puteri, kamu baik-baik saja kan?” Agung sengaja memanggil dengan nama sewaktu kecilnya agar Adinda bisa ditarik lagi kesadarannya.

Adinda terdiam.

Bunda dan Mami mendekat.

“Kenapa? Ada apa?”

Agung tidak menjawab. Dia meletakkan kepala Adinda di dadanya. Mengelus punggungnya.

“Tidak apa-apa. Semuanya akan baik-baik saja. Kami akan menjaga kamu, Put.”

“Sepatu saya...”

“Saya akan belikan lagi..”

Adinda menggeleng.

“Kamu mau 10 pasang sepatu pun saya belikan...”

Adinda menggeleng lagi.

“Sepatu... saya... Papa..”

Bunda, Mami, Layla dan ibu Guru saling berpandangan bingung.

“Sepatu kamu yang terbakar pasti ada di ruang guru. Dijadikan barang bukti,” Agung membopong Adinda, “Kita ke ruang guru sekarang.”

Depan ruang guru dipadati murid-murid. Mereka penasaran dengan apa yang terjadi. Terlebih ada bule juga di dalamnya. Leon Iskandardinata, CEO Iskandardinata Group yang berkedudukan di Singapura, suami Layla.

Tapi saat Agung datang sambil membopong Adinda, murid-murid menyingkir memberi jalan. Suasana semakin heboh.

Adinda didudukkan di sofa.

Hans langsung menghampiri Adinda.

“Din..” Hans menepuk punggung tangan Adinda, “Kamu baik-baik saja?”

“Sepatu Dinda, Bang..”

“Que lui est-il aarrivé_Apa yang terjadi dengannya_ ?” Leon menatap Layla.

“Qui sait. Plus tôt, il a posé des questions sur ses chaussures_Entahlah. Dari tadi dia menanyakan sepatunya_.”

“Chaussure_Sepatu_? alis Leon terangkat.

“Ini sepatu Dinda,” Agung menyodorkan sepatu yang ada di tangan Rambut Shaggy.

Adinda meraih cepat sepatu yang berada di tangan Agung. Membelainya dengan penuh rasa sayang. Mendekap di dadanya. Pipinya basah oleh air mata.

“Ma’afin Dinda, Pa. Dinda tidak bisa menjaga kenang-kenangan terakhir dari Papa. Hadiah ulang tahun Dinda. Kejutan untuk Dinda di pagi itu...”

Semuanya terdiam. Ruang guru sunyi. Mereka melihat Adinda yang bemonolog sendiri.

Ayah menatap Agung. Dengan gerakan kepalanya meminta Agung untuk menangani Adinda. Kata psikolog yang dulu menangani Adinda, hanya Agung yang bisa meraih Adinda untuk kembali sadar dari efek serangan paniknya.

“Put... Puteri. Om Agung di sini. Kamu dengar, Put? Ceritakan tentang sepatu ini. Kenapa kamu begitu menyayanginya..”

Adinda terdiam. Dia menatap Agung yang duduk berlutut di depan kursinya sambil memegangi bahunya.

"Sepatu ini, hadiah ulang tahun Dinda yang ke-17. Dinda gak nyangka pagi itu Papa memberi hadiah untuk ulang tahun yang sudah terlewat seminggu...”

“Bahkan pagi itu, di ruang makan, Papa sendiri yang memakaikan sepatu ini ke Dinda disertai banyak do’a dan harapan untuk Dinda. Kata Papa, anak gadis Papa sudah besar. Selalu hati-hati melangkah...”

Adinda menatap mata Agung. Seolah-olah hanya ia dan Agung yang berada di dalam ruangan itu. Mengobrol berdua.

“Andai Dinda tahu, pagi itu adalah pagi terakhir Dinda melihat Papa...”

Tangan Agung menangkup punggung tangan Adinda yang tengah memegang sepatu setengah hangus. Masih ada guntingan kain rok seragam abu-abunya di salah satu sisinya.

“Saya lihat sendiri, Om. Perempuan itu menyuguhkan kopi untuk Papa. Andai Dinda tahu kopi itu dibubuhi sianida...”

“Sepatu itu hadiah terakhir dari Papa, Om. Hadiah terakhir. Sepatu yang sangat berharga bagi saya. Sengaja saya pakai di hari pengumuman kelulusan, agar Papa bisa merasakan kelulusan saya. Agar Papa bisa tahu kalau anak satu-satunya sudah lulus sekolah...” Adinda menyeka pipinya dengan punggung tangannya.

Bunda dan Mami juga menyeka air matanya. Beberapa orang guru juga. Semua guru sudah mengetahui kisah Adinda sewaktu Ayah meminta penangguhan ujian praktek sekolah terkait kondisi Adinda yang belum pulih pasca penyerangan.

“Tanpa kamu beritahu, Papa dan Mama kamu tahu kalau sekarang adalah hari kelulusan kamu.”

Adinda menatap Agung.

“Tanpa kamu beritahu, Papa dan Mama kamu tahu bagaimana perasaan kamu. Kamu bahagia ataupun sedih. Kamu sehat ataupun sakit...”

“Beneran Om?”

“Atas ijin Allah,” Agung berpindah duduk di sofa samping Adinda, “Sekarang jangan sedih lagi. Jadi gadis yang kuat. Seperti harapan Papa Adang dan Mama Hartini. Seperti harapan Ayah dan Bunda, Daddy dan Mommy, Papi dan Mami juga para Abang dan Teteh kamu.”

“Jangan khawatir, kamu punya kita, Din..” Layla tersenyum.

“Sebelah sepatunya dimana?” Hans memandang bergantian antara Adinda dan Agung.

Agung menatap Adinda. Adinda menatap tajam pada Manda yang balas menatapnya dengan tersenyum miring mengejek.

Adinda berdiri, menghampiri Zaskia yang memegangi tasnya. Dia merogoh saku samping tasnya. Mengambil sesuatu yang di genggamnya. Sebelah tangannya memutar plastik penutupnya.

“Kamu tendang kemana sepatu saya? “ Adinda memandang ke bawah.

Manda dan Anya yang terduduk di lantai bungkam. Bahkan Manda melengos membuang muka.

Adinda menunduk, mendongakkan dagu Manda lalu menjejalkan ujung benda yang ada di genggamannya ke mulut Manda. Meremas bungkusan yang ada di genggamannya.

Mata Manda membeliak. Sorot matanya panik. Belum selesai paniknya, Adinda sudah beralih ke Anya.

Anya yang tidak siap, tersedak. Hingga apa yang dijejalkan Adinda keluar lewat hidungnya. Anya meringis pedih.

Manda terbatuk. Melepehkan apa yang dijelaskan di mulutnya. Sensasi panas dan terbakar dibibir dan lidah.

Aroma sambal menyeruak di ruang guru. Semua terperangah menatap Adinda. Sambal kemasan pouch yang pagi tadi dinikmati bersama saat sarapan di taman lantai 6 rumah sakit.

“Dinda...” Agung menghampiri Adinda, memegang kedua lengannya, “Apa yang kamu lakukan?”

“Sebentar, Om. Biar Dinda selesaikan apa yang belum selesai di depan para guru dan semuanya,” Adinda mencegah Agung untuk bicara dengan telapak tangannya.

Mata Adinda menatap Manda dan Anya yang kepedasan.

“Kalian berdua, sebelumnya bertiga bahkan berempat selalu mengeroyok saya di kamar mandi cewek. Tidak cukup mem-bully saya dengan kata-kata kotor dan hinaan tapi juga menyerang saya secara fisik. Brutal kalian! Beraninya keroyokan!”

“Saya gak pernah melaporkan perbuatan kalian. Tidak ke para guru ataupun ke keluarga saya. Karena saya merasa, saya bisa mengatasinya sendiri. Tetapi ternyata saya salah.”

“Perilaku kalian yang luar biasa jahat malah semakin menjadi. Bukan saya saja yang kalian jahati. Tapi juga ke adik-adik kelas yang tidak bersedia memberi kalian uang atau kuota data!”

“Dinda...” Agung mengingatkan.

Baru kali ini ia melihat sisi lain dari Adinda. Ini seperti letupan amarah yang sudah ditahan-tahan sejak lama. Agung membiarkan sejenak agar Adinda tidak menyimpan beban emosional yang bisa mempengaruhi psikisnya.

“Sebentar Om. Dinda tahu batasan Dinda..” menatap Agung.

Kembali menatap ke arah Manda, Anya dan Firman, si penyiram. Lalu menatap ke dua pelaku perekam.

“Apa saya pernah punya masalah dengan kalian sebelumnya? Gak pernah kan?”

“Kesalahan saya hanya satu, yaitu menolak cinta ketua gank kalian. Ivan!”

Ivan yang namanya disebut mendongakkan kepalanya.

“Tapi saya tidak terlibat lagi di gank itu, Din. Saya meninggalkan mereka.”

Adinda menoleh menatap Ivan tajam. Dia mendekati Ivan dengan jari telunjuknya mengarah ke wajah Ivan.

“Di rumah sakit, kamu berjanji pada saya, pada Om Agung, pada Bunda, bahwa kamu tidak akan membiarkan anak buah kamu untuk menyakiti saya. Tapi kenyataannya apa?!”

Adinda menunjuk Manda dan Anya.

“Hampir setiap minggu, saya dikeroyok mereka. Dipermalukan mereka di depan adik kelas!”

Matanya nyalang menatap Ivan.

“Dan hari ini apa? Saya jadi curiga, kamu ada di balik semua ini...!”

.

*bersambung*

🌺

Nah Loh Van... Author juga jadi curiga. Lu bilang keroknya, Van...

Sambelin semuanya, Din. Cabe Jalapeno atau Harbanero ?

🌺

Jangan lupa like dan minta update ya.

Weekend ini Author update 2 bab ya.

Jangan lupa ❤➕ dan ⭐5 bagi yang belum... 😁😎

🌺

Utamakan baca Qur'an.

🌷❤🖤🤍💚🌷

Episodes
1 PROLOG
2 BAB 1 - INTUISI
3 BAB 2 – ANAK-ANAK NAKAL
4 BAB 3 - SEMERIAH KICAU BURUNG LIAR
5 BAB 4 – MAN ON DUTY
6 BAB 5 – BEDA KUALITAS
7 BAB 6 – BUKAN SEKEDAR SEPATU
8 BAB 7 – CAIRAN BAU ITU...
9 BAB 8 – UKS SEKOLAH
10 BAB 9 – SAMBAL KEMASAN POUCH
11 BAB 10 – KUCING OYEN
12 BAB 11 – WALI MURID PELAKU
13 BAB 12 - NASEHAT BUNDA
14 BAB 13 – TAWARAN UNTUK AYAH DAN BUNDA
15 BAB 14 - LEON BERAKSI
16 BAB 15 – KINANTI BLUNDER
17 BAB 16 – RAMBUT SHAGGY SERBA CANGGUNG
18 BAB 17 – SKOR 1-1
19 BAB 18 – MERINDUKANMU
20 BAB 19 – KELUARGA
21 BAB 20 – TIDUR YANG GELISAH
22 BAB 21 – ON THE WAY
23 BAB 22 – PELANGI
24 BAB 23 – ETIKA DAN ATTITUDE ITU PENTING
25 BAB 24 – KEPUTUSAN FINAL UNTUK KINANTI
26 BAB 25 – PANTRY STAFF ACCOUNTING
27 BAB 26 – KINANTI END
28 BAB 27 – CONGRATS, GUNG!
29 BAB 28 – GAUN UNTUK ADINDA
30 BAB 29 – JANGAN DIHAPUS
31 BAB 30 – PERPISAHAN SEKOLAH ADINDA
32 BAB 31 – ADINDA DAN IVAN
33 BAB 32 – SIAPA?
34 BAB 33 – FIRASAT AGUNG DAN MIMPI ADISTI
35 BAB 34 – TUMPAHAN KOPI
36 BAB 35 – LAPTOP AGUNG
37 BAB 36 – IDE ANTON
38 BAB 37 – LAMPION LAYAN DOKUMEN
39 BAB 38 – MENUJU IMPIAN
40 BAB 39 – FROM MLEYOT TO NYUNGSEP
41 BAB 40 – AYAH, BUNDA DAN ADINDA
42 BAB 41 – SAMA-SAMA TIDAK TAHU
43 ACCOUNTANT 42 – SENIOR
44 BAB 43 – LAUNCHING TIME
45 BAB 44 – LANTAI 3 GEDUNG TKP
46 BAB 45 – WHAT ARE YOU DOING, MR. LEON?
47 BAB 46 – PLANG AMRITA OFFICE
48 BAB 47 – KAMU BISA, GUNG!
49 BAB 48 - GEDUNG RUNTUH?
50 BAB 49 – HELIKOPTER ITU
51 BAB 50 – HALANGI AMBULANSNYA!
52 BAB 51 – CERITA ADINDA
53 MR. ACCOUNTANT 52 – KEKHAWATIRAN LEON
54 BAB 53 – KUNJUNGAN RADITYA
55 BAB 54 – PEMBICARAAN HANS DAN RADITYA
56 BAB 55 – KEKAKUAN DI PAGI HARI
57 BAB 56 – TAMU BESUK
58 BAB 57 – JUNIOR-SENIOR
59 BAB 58 – DYGTA DAN ORION
60 BAB 59 – RAS TERKUAT DI MUKA BUMI
61 BAB 60 – FASHION TV
62 BAB 61 – SEPOTONG APEL
63 BAB 62 – PRAMUSAJI GERAI KOPI
64 BAB 63 – UNDANGAN DARI SINGAPURA
65 BAB 64 – MANTAN TERINDAH ANTON
66 BAB 65 – MENJAGA HATI
67 BAB 66 – DI UJUNG TANDUK
68 BAB 67 – PERHATIAN PASANGAN KANEBO KERING
69 BAB 68 – ADINDA’S TALK
70 Masih Lebaran
71 BAB 69 – PRESS CONFERENCE DI HALAMAN B GROUP
72 BAB 70 – PEREMPUAN BERAMBUT PIRANG
73 BAB 71 – IDENTITAS SI PIRANG
74 BAB 72 – PESULAP ATAU PENCOPET?
75 BAB 73 – CHENNY HAN DAN BRONDONGNYA
76 BAB 74 – LAKSA SINGAPUR
77 BAB 75 – PESONA ANTON
78 BAB 76 – ISKANDARDINATA BUILDING & LA FEMME BUILDING
79 BAB 77 – GALA DINNER
80 BAB 78 – EXIT DOOR
81 ACCOUNTANT 79 – KUE KRIM LEMON
82 BAB 80 – ADINDA VS ANTON
83 BAB 81 – RUANG KACA
84 BAB 82 – MENOLAK CACINGAN
85 BAB 83 – KENA MENTAL
86 BAB 84 – INTUISI
87 BAB 85 – MENDADAK MAKCOMBLANG
88 BAB 86 – SKATER BOY
89 BAB 87 – BANTUAN FREYA
90 BAB 88 – TINDAKAN BERBAHAYA
91 BAB 89 – ALASAN AGUNG
Episodes

Updated 91 Episodes

1
PROLOG
2
BAB 1 - INTUISI
3
BAB 2 – ANAK-ANAK NAKAL
4
BAB 3 - SEMERIAH KICAU BURUNG LIAR
5
BAB 4 – MAN ON DUTY
6
BAB 5 – BEDA KUALITAS
7
BAB 6 – BUKAN SEKEDAR SEPATU
8
BAB 7 – CAIRAN BAU ITU...
9
BAB 8 – UKS SEKOLAH
10
BAB 9 – SAMBAL KEMASAN POUCH
11
BAB 10 – KUCING OYEN
12
BAB 11 – WALI MURID PELAKU
13
BAB 12 - NASEHAT BUNDA
14
BAB 13 – TAWARAN UNTUK AYAH DAN BUNDA
15
BAB 14 - LEON BERAKSI
16
BAB 15 – KINANTI BLUNDER
17
BAB 16 – RAMBUT SHAGGY SERBA CANGGUNG
18
BAB 17 – SKOR 1-1
19
BAB 18 – MERINDUKANMU
20
BAB 19 – KELUARGA
21
BAB 20 – TIDUR YANG GELISAH
22
BAB 21 – ON THE WAY
23
BAB 22 – PELANGI
24
BAB 23 – ETIKA DAN ATTITUDE ITU PENTING
25
BAB 24 – KEPUTUSAN FINAL UNTUK KINANTI
26
BAB 25 – PANTRY STAFF ACCOUNTING
27
BAB 26 – KINANTI END
28
BAB 27 – CONGRATS, GUNG!
29
BAB 28 – GAUN UNTUK ADINDA
30
BAB 29 – JANGAN DIHAPUS
31
BAB 30 – PERPISAHAN SEKOLAH ADINDA
32
BAB 31 – ADINDA DAN IVAN
33
BAB 32 – SIAPA?
34
BAB 33 – FIRASAT AGUNG DAN MIMPI ADISTI
35
BAB 34 – TUMPAHAN KOPI
36
BAB 35 – LAPTOP AGUNG
37
BAB 36 – IDE ANTON
38
BAB 37 – LAMPION LAYAN DOKUMEN
39
BAB 38 – MENUJU IMPIAN
40
BAB 39 – FROM MLEYOT TO NYUNGSEP
41
BAB 40 – AYAH, BUNDA DAN ADINDA
42
BAB 41 – SAMA-SAMA TIDAK TAHU
43
ACCOUNTANT 42 – SENIOR
44
BAB 43 – LAUNCHING TIME
45
BAB 44 – LANTAI 3 GEDUNG TKP
46
BAB 45 – WHAT ARE YOU DOING, MR. LEON?
47
BAB 46 – PLANG AMRITA OFFICE
48
BAB 47 – KAMU BISA, GUNG!
49
BAB 48 - GEDUNG RUNTUH?
50
BAB 49 – HELIKOPTER ITU
51
BAB 50 – HALANGI AMBULANSNYA!
52
BAB 51 – CERITA ADINDA
53
MR. ACCOUNTANT 52 – KEKHAWATIRAN LEON
54
BAB 53 – KUNJUNGAN RADITYA
55
BAB 54 – PEMBICARAAN HANS DAN RADITYA
56
BAB 55 – KEKAKUAN DI PAGI HARI
57
BAB 56 – TAMU BESUK
58
BAB 57 – JUNIOR-SENIOR
59
BAB 58 – DYGTA DAN ORION
60
BAB 59 – RAS TERKUAT DI MUKA BUMI
61
BAB 60 – FASHION TV
62
BAB 61 – SEPOTONG APEL
63
BAB 62 – PRAMUSAJI GERAI KOPI
64
BAB 63 – UNDANGAN DARI SINGAPURA
65
BAB 64 – MANTAN TERINDAH ANTON
66
BAB 65 – MENJAGA HATI
67
BAB 66 – DI UJUNG TANDUK
68
BAB 67 – PERHATIAN PASANGAN KANEBO KERING
69
BAB 68 – ADINDA’S TALK
70
Masih Lebaran
71
BAB 69 – PRESS CONFERENCE DI HALAMAN B GROUP
72
BAB 70 – PEREMPUAN BERAMBUT PIRANG
73
BAB 71 – IDENTITAS SI PIRANG
74
BAB 72 – PESULAP ATAU PENCOPET?
75
BAB 73 – CHENNY HAN DAN BRONDONGNYA
76
BAB 74 – LAKSA SINGAPUR
77
BAB 75 – PESONA ANTON
78
BAB 76 – ISKANDARDINATA BUILDING & LA FEMME BUILDING
79
BAB 77 – GALA DINNER
80
BAB 78 – EXIT DOOR
81
ACCOUNTANT 79 – KUE KRIM LEMON
82
BAB 80 – ADINDA VS ANTON
83
BAB 81 – RUANG KACA
84
BAB 82 – MENOLAK CACINGAN
85
BAB 83 – KENA MENTAL
86
BAB 84 – INTUISI
87
BAB 85 – MENDADAK MAKCOMBLANG
88
BAB 86 – SKATER BOY
89
BAB 87 – BANTUAN FREYA
90
BAB 88 – TINDAKAN BERBAHAYA
91
BAB 89 – ALASAN AGUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!