Jane duduk di sofa, di kamarnya yang redup. Ia sibuk memikirkan segala sesuatu yang terjadi pada dirinya dan bagaimana ia bisa keluar dari situasi yang berbahaya. Tiba-tiba, teleponnya berdering.
"Siapa ini?" tanyanya, mengangkat telepon.
"Ini Syah, Jane," kata suara di seberang telepon.
"Syah?" kata Jane kaget, "apa kabar?"
"Baik-baik saja Jane. Tapi, aku ingin bertemu denganmu. Ada hal penting yang harus kukatakan padamu."
"Kapan?"
"Sepertinya sekarang paling pas, apakah kau punya waktu?"
Jane ragu, tapi ia ingin tahu apa yang ingin dikatakan Syah. Akhirnya, ia menerima pertemuan itu dan setuju bertemu di kafe terdekat.
Saat Jane sampai, Syah sudah duduk di meja yang terletak di sudut kafe. Syah memberi salam dengan senyum lebar, lalu berkata, "Jadi Jane, aku sudah tahu semuanya tentang keadaanmu."
"Bagaimana kamu bisa tahu? Siapa yang memberitahumu?" Jane bertanya dengan sedikit curiga.
"Kepala Operasi," ujar Syah sambil memandang lurus ke mata Jane.
"Kamu merujuk pada, Mr? Tapi kenapa?" tanya Jane penasaran
"Iyap, dia memerintahkan aku untuk mengawasimu. Tapi, aku melihat kamu dalam bahaya, aku ingin membantumu."
"Kalau begitu, kau mau membantuku dengan apa?"
Syah bergumam dalam hati sebelum menjawab, "Aku akan melaporkan rahasia besarmu, ke publik."
"Apa!!" Jane terkejut, "Apa yang kau bicarakan?"
Syah tersenyum, "Sebuah fakta penting yang bisa membantumu keluar dari bahaya. Namun, kamu tidak bisa melaporkannya sendiri, kamu perlu seseorang yang bisa melaporkan langsung kepada publik."
"Kamu tidak bisa melaporkannya!" tegas Jane dengan tatapan nyalang.
"Tidak. Aku bisa menulis artikel dan mengirimkannya ke media, tapi itu tidak akan cukup. Aku butuh pakar hukum dan tim investigasi untuk mendukungmu."
Jane memikirkan penawaran Syah. Ia takut untuk mempercayainya, tapi ia tidak tahu lagi harus berbuat apa untuk melindungi dirinya sendiri.
"Tapi, kenapa kamu mau membantuku?" tanya Jane.
Syah merenung sebentar sebelum menjawab, "Sejujurnya, aku menyukaimu Jane. Aku tidak ingin melihatmu menderita."
"Tapi, Mr..."
"Dia tidak tahu apa-apa tentang perasaanku. Jadi, kau mau bekerja sama atau tidak?" tanya Syah seperti mendesak.
Jane ragu-ragu, tapi ia tahu bahwa ia tidak bisa melakukan apapun tanpa bantuan orang lain dalam situasi seperti sekarang. Akhirnya, ia menerima tawaran Syah.
"Pilihan yang bijak," ucap Syah.
***
Beberapa minggu kemudian, tim investigasi yang dipimpin oleh Syah, menyelidiki rahasia besar yang sudah diselidiki dan menjadi milik Jane. Mereka mulai mengumpulkan bukti-bukti lain dan mencoba menghubungkan setiap petunjuk yang ditemukan.
Jane selalu berada di samping Syah, membantunya dengan segala cara yang ia bisa. Apalagi gerakannya tidak bisa sebebas dulu, sebelum pihak perusahaan mengetahui siapa sebenarnya dirinya.
"Mereka akan merilis berita ini dalam waktu dekat," kata Syah sambil menatap lurus ke mata Jane, "Siapkah kamu?"
Jane menelan ludah, tidak yakin apakah ia sudah siap.
"Tidak ada jalan kembali," ucap Jane, mencoba menguatkan hatinya sendiri.
"Baik," ujar Syah sambil mengambil ponselnya, "Ayo kita mulai."
Syah menekan beberapa tombol pada ponselnya, sambil menyambungkan panggilan.
"Ya, halo. Ini Syah Hardinata. Saya memiliki bukti penting tentang kasus ini. Saya ingin memberikan bukti-bukti ini ke media," ujar Syah di telepon.
Tak butuh waktu lama, semua orang terkejut dengan kabar dari media. Mereka tidak menyangka bahwa berita ini akan keluar dan melawan "sang misterius" di media.
Namun, beberapa jam kemudian, sebuah berita besar muncul di televisi dan koran. Mereka menunjukkan bukti-bukti tentang kasus besar yang melibatkan penipuan, penggelapan, lahan perkebunan yang masih sengketa dan korupsi. Laporan itu juga menunjukkan fakta penting yang berkaitan dengan keadaan Jane, yang membuat Kepala Operasi terkejut dan kehilangan uangnya.
Setelah rilis berita, Syah mendatangi Jane dan memberikan sebuah bungkusan kecil.
"Ini adalah hasil dari bukti-buktiku. Semoga bisa membantumu keluar dari agen rahasia tersebut dan mulai membuka bisnis baru," ujar Syah sambil menyerahkan bungkusan itu ke Jane.
"Sekali lagi, terima kasih banyak, Syah," ucap Jane sambil memeluk Syah erat. Tapi tidak menerima bungkusan tersebut.
"Senang bisa membantumu, Jane," jelas Syah sambil tersenyum.
***
Dari pengakuan Kepala Operasi,ia hanyalah orang bayaran dari seseorang yang tidak bisa ditekan oleh pihak manapun. Dan itu bukan hanya Kepala Operasi saja
Ada beberapa orang, yang juga memiliki nama besar di negara ini yang menjadi "joki" seperti Kepala Operasi.
"Tapi, kenapa Anda memberikan tugas tersebut kepada saya, Mr?" tanya Jane saat itu.
"Justru aku ingin terbebas dari ikatan"joki" ini, Jane. Dan aku tahu, kau mampu." Kepala Operasi memberikan alasan.
"Tapi, siapa sebenarnya Ella, Lisna dan Rico?"
Jane masih penasaran dengan keberadaan Ella, Lisna dan Rico di ruangan rahasia sewaktu ia bersama Syah menyusup.
"Mereka mendapat hukuman karena tugas yang seharusnya mereka kerjakan, justru kamu yang kerjakan. Dari situ, kau akhirnya mendapat kode akses untuk gedung perusahaan."
Akhirnya Jane paham, karena dari berkas-berkas yang ia dapatkan dari Ella waktu itulah, ia bisa mengetahui kode rahasia perusahaan ini sehingga pekerjaannya lebih cepat selesai dibandingkan perkiraan sebelumnya.
"Tapi, apa yang menjadi hukuman untuk mereka?" tanya Jane lagi, yang masih merasa penasaran.
Tapi Kepala Operasi hanya menggeleng, tidak memberikan jawaban apapun terkait pertanyaan yang diajukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
😍😍😍😍😍😍
2023-12-11
0