Nomaden

...Happy Reading...

......................

...[05. Nomaden]...

...----------------...

Pagi-pagi sekali para prajurit militer sudah bersiap, Helio bersama Loyd berjalan berduyun-duyun dengan para pengungsi lainnya untuk menuju ke shelter terdekat dari Praza.

Praha adalah kota kecil yang berada di tengah Bohenia dan sungai Vlatava.

Tujuan utama mereka adalah shelter sementara di bagian selatan Spanik di sana ada sebuah situs wisata Istana Alhambraz yang memiliki benteng kuat dan berada di atas bukit.

Akan tetapi Loyd berpikir sebaliknya, ia memiliki rencana sendiri dan mengajak Helio untuk pergi secara diam-diam dari rombongan.

"Hei, kau yakin ? Apa tidak bahaya kita pergi ke arah yang berlawanan.." Bisik Helio merasa ragu dengan keputusan temannya itu.

"Tidak. Kita harus ke Switzerland, di sana di kelilingi pegunungan tinggi dan juga tak banyak di tinggali orang. Mungkin kita bisa sedikit aman di sana, berharap saja Ameurasi tidak menyadarinya.. " ujar Loyd.

Switzerland terletak di negara Sweeney, butuh setidaknya 8 jam menggunakan pesawat dari Praza. Tapi karena saat ini hal seperti itu tidak mungkin, mereka akan membutuhkan setidaknya beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan.

"Lagi pula pada akhirnya kita juga tidak akan menetap di satu tempat dalam waktu lama, karena itu berbahaya. Jadi lebih baik seperti ini. Pergi dengan kelompok kecil lebih menguntungkan karena tidak mencolok. "

Helio mengangguk setuju dengan Loyd pada akhirnya, ke dua pemuda itu berjalan paling belakang dan menyelinap saat prajurit militer berganti shift. Mungkin karena kondisi medan yang sulit dan kelelahan, para prajurit tak memperhatikan dua sosok pemuda yang menghilang itu.

...----------------...

Hari demi hari telah terlewati, Helio bersama Loyd menyusuri jalan-jalan kosong, melewati kota-kota yang hancur dan di tinggalkan.

Dalam perjalanan yang panjang itu, beberapa kali Helio muntah saat melihat mayat-mayat yang sudah membusuk.

"Astaga, lambungku bergejolak.." Keluh Helio dengan wajah pucatnya.

Mereka baru saja melewati sebuah kota bernama Brno, kota besar setelah Praza. Setelah berjalan kaki selama dua hari, mereka akhirnya tiba di sana.

Saat tiba kota itu sudah sepi, beberapa saat Loyd dan Helio berjalan-jalan di kota yang di kenal dengan sejarah besarnya juga istana dan katedral yang di bangun di atas bukit.

Hingga tibalah mereka di alun-alun kota, yang mana di sana ada ratusan mayat yang di letakan begitu saja dengan di tutupi koran dan kain.

Bau menyengat daging yang membusuk memenuhi tempat itu, sontak saja rasa mual bergejolak di perut Helio. Ia berlari menjauh dengan menahan mual, suara orang yang memuntahkan makanan menjadi satu-satunya suara di tempat sunyi itu.

Helio muntah dengan semangat, sedangkan Loyd yang melihat temannya kesusahan tak mampu menahan geli dan tertawa lepas.

"Aku tidak kuat melanjutkan perjalanan.." rengek Helio dengan wajah menyedihkan.

"Hah kau ini, tunggulah disini aku pergi mencari makanan untuk bekal perjalanan kita." ucap Loyd sambil berjongkok di samping tubuh Helio yang berbaring di rerumputan.

"Kau mau mencari makanan dimana bodoh ?" Tanya Helio dengan suara lemah.

"Banyak toko makanan yang masih utuh, kita butuh makanan kaleng, madu, dan makanan yang memiliki daya simpan cukup lama."

"Ah begitu ya, tak ku sangka kita akan menjadi perampok makanan.."

Loyd menatap pemuda yang menyedihkan itu dengan pandangan malas, sambil berdecih sinis ia berdiri dan membawa tasnya.

"Ingat diam di sini, jangan kemana !"

Helio mengangguk dan mengacungkan jempolnya. Untungnya Loyd ada bersama pemuda yang ceroboh itu, selama perjalanan Loyd yang memimpin dan memberi ide-ide brilian.

...----------------...

Malam tiba, Loyd bersama Helio mencari tempat untuk bermalam.

Loyd memutuskan untuk tinggal di Bron satu atau 2 hari lagi, ia perlu mencari dan mengumpulkan perbekalan.

Cukup sulit untuk mencari makanan kemasan yang tahan lama, selain karena ledakan rudal sepertinya sudah ada penyintas yang tiba di sini. Sepertinya besok ia harus menjelajah kota itu lebih dalam lagi.

Saat ini keduanya ada di salah satu atap gedung yang masih utuh, membuat api unggun dan menggelar alas tidur seadanya.

Saat tiba-tiba Helio ingat sesuatu..

"Loyd, aku baru ingat bagaimana dengan kabar orang tuamu ? Saudara dan keluarga mu ?" Tanya Helio saat mereka berhenti untuk bermalam.

"Aku tidak tau.." Jawab Loyd dengan singkat.

Helio menatap wajah rekan seperjalanannya itu dengan serius, tidak seperti dirinya yang seorang yatim piatu, Loyd memiliki keluarga yang lengkap dan hidup makmur.

"Sekarang yang ada dalam pikiran ku hanya bagaimana cara bertahan hidup. Orang tua ku sudah dewasa, mereka tidak akan membutuhkan bantuan ku."

Tak ada ekspresi yang berarti dari wajah Loyd..

Helio menepuk punggung Loyd dengan cukup kencang. "Astaga suasana melankolis apa ini ? Aku akan terus bersama mu kawan, nanti saat kita sudah menemukan tempat yang aman, aku akan membantu mu untuk mencari mereka. Oke ?!" ucap Helio.

Tanpa Helio sadari sudut bibir Loyd terangkat sedikit, hatinya terasa hangat. Meski pun ia tahu itu hanya sekedar kata-kata kosong, tapi setidaknya omong kosong itulah yang paling ia harapkan saat ini.

...----------------...

Helio tak menemukan keberadaan rekan seperjalanannya pagi itu, rasa panik sudah mencapai ubun-ubun saat sosok yang di carinya muncul dengan membawa satu karung penuh berisi makanan.

"Astaga, ku pikir kau meninggalkan ku.." ucap Helio dengan lemas.

"Hah ?"

"Kau tau aku merasa seperti beban, ku pikir kau pergi sendiri meninggalkan ku."

Loyd mendecakkan lidahnya dengan alis mata yang terangkat satu.

"Ya kau ini memang beban, tapi tak masalah selama kau tidak mati." ucap Loyd sambil membereskan peralatan tidurnya.

"Ayo, kita lanjut jalan. Perlu di ingat saat ini prioritas utama kita adalah makanan. "

Helio mengekor di belakang Loyd, keduanya berjalan menuruni tangga yang panjang itu dikarenakan aliran listrik sudah mati total, lift jadi tidak berfungsi.

"Jika dipikir lagi ternyata ini tidak sepenuhnya buruk. Aku jadi tau jika selama ini hidupku lebih dari beruntung."

Meski harus bekerja banting tulang dengan melakukan beberapa kerja part time sekaligus dan di drop out dari kampus, setidaknya ia masih bisa pulang ke rumah petaknya dan tidur dengan nyaman.

Sekarang ia harus hidup dalam ketakutan, bayangan kematian antara terinfeksi wabah atau mati terkena rudal bukan pilihan yang bagus.

Apalagi dengan metode bertahan hidup yang melelahkan ini, seperti kembali ke jaman purba dimana dulu hidup berpindah-pindah seperti ini adalah hal biasa.

Matahari semakin meninggi saat Loyd dan Helio memulai kembali perjalanannya, misi bertahan hidup di dunia yang kacau.

"Baiklah, ayo semangat ! Tujuan kita selanjutnya ! Mencari makanan dan menuju ke Wiella. !" pekik Helio dengan penuh semangat.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!