“Lena” Gumam Edwyn ketika lelaki itu mengambil bon garapan milik Lena.
Saat itu Lena hanya melirik Edwyn tanpa menjawab, pasalnya yang menulis hasil kerjanya ya bu Diah.
“Leen” Sapa Edwyn lagi tapi, Lena tetap tidak bergeming sembari memasukkan rokok-rokoknya ke dalam kotak khusus.
“Lenaaa”
“Dijawab loh Len, mas Edwyn manggil itu, Dalem mas? gitu loh” Sahut bu Diah.
Lena segera menatap Edwyn dan tersenyum sedikit terpaksa, “Dalem mas? Ada apa?” Tanya Lena.
Seketika itu Edwyn tersenyum manis lalu menggelengkan kepalanya, “Nyapa aja akunya”
“Edwyn, random setelah anaknya keluar” Sahut bu Diah.
Saat itu Lena lagi-lagi hanya tersenyum lalu pergi dengan hati yang hampir mencelos karena sapaan lembut tadi.
Bohong jika Lena mengatakan sama sekali tidak tertarik dengan Edwyn. Merespon Edwyn sejak awal saja sudah merupakan lampu hijau darinya. Tapi, keadaan memaksanya untuk menutup ketertarikan itu. Lena bersikap seolah acuh tak acuh pada Edwyn padahal hatinya sudah melayang-layang entah kemana.
Hari itu Lena seperti yang sudah dikatakan kemarin, dia tidak lagi memakan bekalnya di kantin. Gadis itu menunggu untuk makan saja di mobil nanti.
“Tumben gak keluar, Len?” Tanya bu Nur.
“Nggak deh, buk. Lena makan di mobil aja” Jawab Lena.
“Ya udah cepet keluar terus makan, udah selesai kan kamu?” Tanya bu Nur.
Lena mengangguk, “Sudah tapi, nanti jadi gak bantuin kan bu Nur belum selesai” ucapnya.
“Udah gapapa, keluar aja. Ayo cepet bereskan mejanya” Ucap bu Nur.
Akhirnya Lena membersihkan meja kerjanya lalu berpamitan pulang.
“Bu Diah, mas Ed pulang”
“Iya, hati-hati ya”
Sesampainya di mobil, seperti biasa Lena adalah yang pertama kali masuk.
Ting
Notif ponselnya berbunyi, menandakan ada pesan masuk.
Mas Bagas <3
Lena menelan salivanya melihat siapa yang mengirim pesan saat itu.
“Mas Bagas?” Gumam Lena.
Gadis itu segera membuka pesan dari (mantan) kekasihnya?
Lena, kerja ya?
Begitu kira-kira pesan dari Bagas. Rasanya seperti dunia berhenti berputar bagi Lena. Pesan yang sudah lama dinantikan, akhirnya hari itu datang.
^^^Baru selesai ini, mas. Kenapa?^^^
Bisa ketemu sepulang kamu kerja? Aku jemput ya
Wah, apakah itu sebuah keberuntungan? Atau sebuah kebetulan yang tidak direncakan? Pesan itu yang ia tunggu sejak dulu. Lena terjebak dengan hubungan dan ketidak jelasan keduanya. Egonya yang tinggi membuatnya enggan menghubungi lelaki itu lebih dulu, begitu juga dengan Bagas yang sibuk dengan dirinya sendiri membuat keduanya menjadi sejauh bumi dan matahari.
^^^Boleh, nanti aku kabarin lagi ya. Jemput di tempat biasa aja, mas^^^
^^^Kalau jemput ke Malang kejauhan^^^
Tanpa basa-basi, Lena segera mengiyakan ajakan pertemuan itu. Bukankah mereka harus meluruskan apa yang sudah terjadi di antara mereka?
...***...
“Len, mau kemana?” Tanya Bagas, meminta pendapat dari Lena dulu.
Ada kecanggungan ketika awal pertemuan mereka setelah beberapa lama tidak saling sapa tapi, tentu saja karakter Lena yang membuat semua akhirnya kembali mencair.
“Ke rumah aja, mas. Kita beli camilan dulu ya, mas udah makan?” Jawab Lena.
“Eung, sudah tadi. Mau beli camilan di tempat biasa?”
Lena memilih rumahnya karena gadis itu tahu bahwa pembahasan mereka nanti mungkin akan terkesan sedikit serius, ah belum lagi kalau Lena malah terbawa suasana dan akhirnya menangis, pasti merepotkan kalau harus mencari restoran atau café sebagai tempat singgah mereka.
Kebetulan juga Lena sudah memiliki rumah sendiri, bersebelahan dengan rumah ibunya juga rumah adik-adiknya. Tapi, mereka semua masih tinggal satu rumah di rumah ibunya ya karena tidak ada yang berani tinggal sendiri di rumah masing-masing.
“Iya, tempat biasa aja” Sahut Lena.
Setelah membeli camilan dan beberapa keperluan memasak, Bagas segera melajukan motornya ke rumah Lena.
“Ayo masuk, mas” Ucap Lena, mempersilahkan Bagas memasuki rumahnya yang terlihat sangat rapi. Ya karena meskipun tidak pernah ditinggali, Lena rutin membersihkannya dua hari sekali.
“Aku masakin dulu ya, mas. Nanti kita ngobrol kalau sudah makan malam” Ucap Lena.
“Biar aku bantu”
“Jangan, duduk aja disini. Nanti kalau dilihat orang-orang kamu gak ada di ruang tamu malah gak enak” Sahut Lena.
Gadis itu segera menggulung rambut pendeknya lalu segera memasak. Dia selalu mengaku jika dirinya tidak bisa memasak tapi, setiap kali Bagas ke rumahnya, selalu ada saja masakannya.
Kali ini gadis itu memasak hal yang simpel saja, cah kangkung dan beberapa lauk lainnya, tidak lupa sambal karena Bagas suka pedas.
“Hmm, kamu selalu bilang gak bisa masak tapi, kamu tidak pernah gagal kalau memasak” Ucap Bagas ketika menikmati makanan yang dihidangkan oleh Lena.
Itu adalah salah satu yang Lena suka dari Bagas. Lelaki itu tidak pernah membuatnya merasa kecil, dia selalu bisa menghargai apapun yang dilakukan Lena.
Padahal, menurut Lena masakannya pasti tidak seenak makanan sang ibu tapi, Bagas selalu memujinya, “Enak banget loh ini, Len. Ini apa?” Tanya Bagas sambil mengangkat gelas minuman yang sudah disiapkan Lena.
“Jus jambu” Jawab Lena.
Lelaki itu dengan lahap menyantap dan meminum apapun yang disiapkan untuknya. Pandangan Lena pada Bagas memang sejauh itu, membayangkan bagaimana jika ternyata mereka benar-benar menikah, apakah Bagas akan tetap sama seperti itu sikapnya? Pasti pernikahan mereka akan sangat manis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments