Ele berdiri disebuah forum di Amsterdam, setelah melakukan perjalanan jauh hanya untuk mengikuti olimpiade tingkat internasional dengan jenjang umur delapan tahun hingga lima belas tahun.
Didampingi oleh Nayla dan Berg, Ele sekarang duduk di kursi yang telah disediakan untuk mengikuti olimpiade matematika ini.
Michael tidak bisa mendampingi, pria itu pergi untuk berkerja dan mengembangkan kerajaan bisnisnya.
"Paman, bagaimana jika aku tidak menang? Aku takut Daddy marah" ujar Ele dengan mata yang berkaca-kaca.
Nayla menarik tubuh kecil itu kepelukannya. Saat ini, tidak ada mata-mata Michael, jadi dia tidak bersikap kaku pada Ele. Merawat gadis yang tengah berada diperlukan sejak masih merah membuatnya tahu apa yang terjadi di hidup Ele.
Kekangan dari aturan pekerjaannya lah yang membuat Nayla menjadi wanita kaku dihadapan Ele. "Nona jangan berpikiran negatif. Nona pasti bisa dan pasti menang!" ujar Nayla menghapus air mata Ele.
Dia tersenyum didepan Ele sembari berjongkok.
"Kenapa Nayla jadi hangat seperti ini? Biasanya kaku" tanya Ele polos. Walau bagaimanapun dia masih tetap anak kecil yang memiliki pengetahuan yang minim tentang kerasnya kehidupan.
"Saya dikekang oleh aturan tuan besar nona, setiap gerak-gerik saya dipantau olehnya. Namun sekarang, khusus sekarang tidak. Jadi saya bebas berekspresi dengan anda"
Ele manggut-manggut. Ternyata semuanya diatur oleh Daddy nya.
"The time will start in ten minutes, please leave the forum"
Terdengar suara speaker yang menggema di seluruh ruangan, Nayla berdiri, lalu mundur beberapa langkah dengan senyum yang merekah. "Nona, jangan takut. jangan ragu dengan kemampuan anda. Yakinlah bahwa anda pasti akan memenangkan olimpiade ini" ujar Berg tersenyum lembut.
"Baiklah paman, aku akan berusaha untuk menjadi sempurna dimata Daddy" ujar Ele duduk diantara bangku yang telah tersusun.
Bangku itu berjajar rapi dengan jumlah 195 negara. Dengan bendera kecil yang berada didepan meja itu.
"Baik, ingatlah, anda tidak gampang berada disini nona. Butuh air mata dan usaha yang sangat keras" Berg pergi dengan Nayla dari forum itu.
Ele mengangguk, dia menarik nafasnya agar tidak gugup dan kemudian duduk dengan tenang. Mengingat apa yang dikatakan oleh Berg tadi.
Dia harus menjadi pemenang. Harus. perjuangannya sangat susah untuk menginjakkan kakinya disini.
Terdengar suara speaker yang menggema, dan mengatakan bahwa olimpiade akan dimulai dalam beberapa menit lagi. Semuanya telah duduk di bangku masing-masing. Lalu salah satu orang memberikan ati persatu sebuah tab per-tab per-tiap orang.
Dengan waktu dua jam dan dengan 200 soal.
Olimpiade dimulai, Ele nampak fokus mengerjakan soal-soal yang dirinya mampu, berusaha tetap tenang dan mencoba mencoret-coret tab itu dengan menumpahkan seluruh rumus yang dihafalnya selama empat tahun.
Sementara diluar ruangan yang kedap akan suara, terdapat dua orang berbeda jenis tengah duduk dengan pikiran yang kalut.
"Bagaimana jika nona tidak memenangkan pertandingan ini? Saya takut jika tuan akan menghukumnya. Kau tahu bahwa tuan tidak akan segan dan hukumannya tidak akan ringan" tanya Nayla pada Berg.
Berg menoleh. "Aku yakin nona akan memenangkan pertandingan itu. Aku sudah melihat sendiri kemampuannya. Di Umurnya yang masih delapan tahun dia telah menelan pelajaran untuk anak usia tujuh belas tahun" jawab Berg yakin.
"Tap—"
"For companions, please enter the glass room now. the announcement of the Olympic results will be announced five minutes later"
"Ayo kita masuk, buang pikiran negatif mu seperti apa yang kau katakan pada nona"
Nayla mengangguk. Dia dan Berg berjalan melewati pintu dan masuk kedalam ruangan kaca. Ruangan yang khusus disediakan oleh panitia untuk pendamping yang menemani peserta.
Ruangan itu tembus pandang kearah forum namun jika dilihat dari forum maka ruangan itu hanya seperti kaca hitam yang menjadi dinding penghias dan kedap suara. Sehingga tidak mungkin terdengar atau terlihat dari arah forum.
TETT.....
Bunyi bel tanda akan habisnya waktu telah berkumandang. Dengan otomatis, seluruh soal yang tersedia ditab tersebut otomatis terkirim. Begitupula dengan file milik Ele.
Gadis itu tengah mengatur nafasnya dan mengelap tangannya yang sudah banjir akan keringat. Dia menangis kecil sebab ada tiga soal yang belum dia kerjakan.
"Bagaimana jika aku kalah?" lirih Ele bersedih.
"Participants and companions are expected to look at the monitor screen immediately, the announcement of the Olympic results will be visible"
Pengumuman yang terjadi secara otomatis dengan mengandalkan kemampuan AI itu akan langsung ditampilkan.
Dilayar itu sudah terdapat diagram batang yang menampilkan grafik akan benarnya setiap jawaban peserta. Dengan satu batang untuk satu negara dan satu nama.
Dimulai dari 195 negara dengan batang diagram yang sama. Lalu perlahan batang diagram itu berkurang langsung menjadi 145 batang. Lalu kembali lagi berkurang menjadi 95 batang. Lalu kembali berkurang menjadi 45 batang.
Para peserta dan pendamping yang masih bertahan dan menjadi salah satu bagian dari 45 negara itu sudah bergetar. Mereka mengharapkan kemenangan.
Desahan para peserta yang kalah itu menggema. Membuat tubuh kecil Ele semakin bergetar karena takut akan kekalahan. Entah apa yang akan terjadi, entah bagaimana yang terjadi saat ini. Ele tidak tahu. Dia meletakkan kepalanya diatas meja dengan kedua tangan yang mencoba meredam tangisnya.
Ele tidak mampu melihat apa yang terjadi dilayar itu.
'Bagaimana jika aku kalah?'
'Bagaimana jika soal yang aku kerjakan semuanya salah?'
'Apa Daddy akan marah?'
Nayla melihat Ele yang sedang menyembunyikan kepalanya diatas meja dengan sendu, hanya Ele yang melakukan hal itu, sementara yang lainnya tengah menangis akan kekalahannya dan yang lainnya tengah gelisah apa yang akan terjadi kedepannya.
Batang diagram itu kembali bergerak. Dengan mengurangi lima peserta setiap lima menit nya. Kini, telah ada sepuluh peserta yang masih bersisa.
Lalu kembali lagi, diagram batang itu kembali hilang satu persatu dalam jangka waktu dua menitnya.
Hingga, "Dan inilah lima negara pemenang teratas! lalu siapa yang akan menjadi pemenang utama di ajang olimpiade ini?"
Ele semakin gelisah, dia yakin sekarang. Yakin bahwa dirinya telah kalah.
"Nomor lima jatuh ke tangan Johnson Tarigan, dari Belanda, dengan 11 nilai kesalahan"
"Nomor Empat diraih oleh Nikita Digtrio berasal dari Hongkong, dengan 10 nilai kesalahan"
"Nomor tiga diraih oleh Yu Jing Zhou, berasal dari China, dengan 8 nilai kesalahan"
"Nomor dua diraih Megumi Ishikawa berasal dari Jepang, dengan tujuh nilai kesalahan"
"Dan juara kita adalah..."
"Ellie Maeve, dari Amerika dengan lima kesalahan!"
Mata Ele melebar, benarkan dia yang menjadi juara? Apa semua ini hanya halusinasinya saja?
Ele mendongak, memang benar, di layar itu terdapat namanya. Ele tersenyum lebar. Ternyata benar. Usaha tidak mengkhianati hasil.
Berg dan Nayla yang mendengar itu langsung bersorak girang atas kemenangan yang sudah diperkirakan oleh Berg sebelumnya. Tanpa sadar mereka berdua berpelukan. "Nona menang, dan seharusnya dia memenangkan pertandingan ini dengan nama belakangnya" ujar Nayla terharu memeluk tubuh Berg erat.
"Tidak apa, tuan sengaja melakukan ini agar tidak ada yang mengetahui bahwa nona Ele adalah keturunan asli dari tuan besar. Dia sembunyikan demi privasi tuan juga. Kau tahu sendiri 'kan, bahwa tuan hanya berkerja dibelakang layar?"
"Benar! Aku bahagia Berg!"
"Untuk lima pemenang yang disebutkan sebelumnya. Silakan naik ke podium untuk menerima piagam penghargaan Anda."
Senyum tak reda dari bibir tipis itu. Ele berdiri ketika ada perwakilan dari negaranya yang menjadi pendampingnya menghampirinya.
"Selamat Ele, aku sudah menduga bahwa kau yang akan menjadi pemenang kali ini," ujar seorang wanita yang sudah berkeriput. Wanita itu adalah juri disalah satu olimpiade di negaranya waktu itu.
"Terimakasih, Ma'am"
"Baiklah, ayo kita ke podium kemenangan, aku sudah tidak sabar untuk berfoto dengan mu"
Ele mengangguk. Dia berjalan disamping wanita bernama Sania itu. Dengan kode yang diberikan, Ele sekarang telah berada diatas podium penghargaan yang paling tinggi.
Dengan membawa satu piala besar, sertifikat ditangannya dan mendali yang tengah dikalungkan oleh Mentri pendidikan negara Belanda itu.
"Ternyata anak sekecil dirimu lah yang memenangkan olimpiade ini, selamat" ujar menteri pendidikan itu.
Ele hanya tersenyum, kini waktunya untuk sesi foto. Selesai sesi foto dirinya turun dari atas podium, menghampiri Berg dan Nayla yang sudah berdiri tak jauh darinya.
"Selamat atas kemenangan anda nona" ujar Nayla membuat Ele tersenyum.
"Kau orang kedua yang mengucapkan selamat setelah orang yang memberikan aku mendali" ujar Ele bergembira.
"Selamat nona" ujar Berg.
"Kau yang ketiga!" ujar Ele terkekeh kecil.
"Ah, nona bisa saja"
"Paman, aku ingin ke kamar mandi" ujar Ele memberikan piala, sertifikat, dan mendali keatas tangan besar Berg.
"Ayo saya antar, nona"
"Tidak, kamar mandi ada di sana" tunjuk Ele kearah salah satu pintu yang dekat dengan mereka berdiri.
"Baiklah, hati-hati, saya akan melihat anda dari sini"
Ele mengangguk. Lalu dengan sedikit berlari dan memegang hidungnya dia masuk kedalam kamar mandi itu.
"Ah, dia ada saat aku lelah" ujar Ele melihat darah yang berada di telapak tangannya.
Podium yang dimaksud
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Nna_
kmn nih author kok g update:(
2023-12-24
1