Kanaya

"Kamu tinggal di rumah ku saja," ujar Isa geram mendengar cerita hidup Kana yang sangat malang.

Setelah mendengar semua yang di ceritakan oleh Kana, dari tiba-tiba menghilang selam satu tahun dan kembali dengan keadaan yang membawa bayi mungil digendongnya.

"Tidak nyonya, saya kesini untuk mengundurkan diri secara resmi dari perusahaan," ujar Kana menunduk, bayi yang belum diberi nama olehnya tengah digendong oleh nyonya Isa.

"Kenapa? Aku sudah menunggumu selama satu tahun, disaat kamu datang kamu malah ingin pergi sekali lagi" ujar nyonya Isa, dimatanya nampak kesedihan.

"Ada apa kau ingin mengundurkan dirimu? Saya masih menerimamu jika ingin kembali berkerja disini, diposisi yang sama dengan gaji yang sama" ujar tuan Geo mencoba untuk bernegosiasi dengan Kana.

"Maafkan saya tuan, saya harus pergi dari negara ini secepatnya" ujar Kana.

"Mau kemana?" tanya nyonya Isa masih berpikir.

"Saya ingin ke negara tempat ibu saya berasal nyonya,"

"Maafkan saya nyonya, tuan, saya harus secepatnya pergi, tolong saya," mohon Kana yang suda tak tahan lagi dengan situasi saat ini. Pilihannya datang ke perusahaan tuan Geo dan nyonya Isa untuk berpamitan atas kepergiannya.

Dia datang untuk berpamitan karena selama ini merekalah yang membuat dirinya masih hidup dengan kasih sayang sampai saat ini.

Kana berdiri, dia mengambil bayi tanpa nama itu dan menggendongnya. "Saya permisi tuan, nyonya, terimakasih" Kana tersenyum lalu sedetik kemudian dirinya pergi dari perusahaan itu.

Kana mendengar rekaman suara yang terjadi malam itu, rekaman yang menjadi satu-satunya bukti yang dirinya punya untuk membuktikan bahwa dirinya tidak membunuh bayi itu, bayi itu sudah sekarat sejak dirinya sadar.

Kana mengemas barangnya, hanya satu koper. Yang setengahnya berisi uang yang dimilikinya. Uang yang Kana tarik dalam bentuk uang luar negeri untuk keberlangsungan hidup kedepannya.

Kana telah membeli perlengkapan bayi, hanya untuk bepergian hari ini saya. Seperti dua setel baju bayi, gendongan bayi dan popok. Sementara untuk asi, Kana akan memberikan ASI-nya sendiri.

Sekarang, Kana telah berada di bandara internasional, dia akan pergi ke negara sang ibunda dilahirkan.

Kana memasuki pesawat dengan bayi yang sedari tadi hanya diam, bayi itu tidak menangis, ataupun merengek. Mungkin bayi itu tahu bahwa ibunya sekarang sedang kerepotan karena pergerakannya terbatas sebab dirinya baru saja melahirkan, empat hari yang lalu.

"Ingin kemana, kak?" tanya salah seorang gadis yang duduk disamping tempat duduknya didalam pesawat.

Kana diam, dia tidak mengatakan apapun untuk menjawab pertama dari gadis yang duduk disampingnya.

Gadis itu terdiam, memang benar, tujuan mereka sama, pada negara yang sama, namun dirinya bertanya untuk menghangatkan situasi yang canggung itu.

"Maaf" ujar Kana pelan.

Gadis itu mengangguk, "Baiklah, aku hanya mencoba untuk mencairkan suasana yang sedikit canggung ini, kita akan duduk bersama untuk 18 jam ke depan" ujar gadis itu lagi.

Kana menoleh, "Saya ingin pergi kebagian selatan" ujar Kana langsung pada intinya.

Gadis yang lebih muda dari Kana jika dilihat dari cara berbicara dan postur tubuh nya itu melebarkan matanya, kemudian dia melebarkan bibirnya, "Kita memiliki tujuan yang sama, bagian selatan!"

Kana mengangguk, "Bagian selatan daerah mana kalau boleh tahu, siapa tahu kita satu tujuan"

"Cresta" jawab Kana singkat, dia kembali fokus pada bayi yang kini tengah menatapnya diam.

"Wah, aku juga akan kesana, sebuah kebetulan yang fantastis. Kau pelancong atau--"

"Aku penduduk imigrasi"

Gadis itu mengangguk, "Aku warga asli sana, perkenalkan namaku Diana," ujar gadis yang sedari tadi tidak berhenti mengoceh itu.

"Kana" jawab Kana dengan nada datarnya. Dia memasang wajah aslinya.

Gadis bernama Diana itu nampak terdiam melihat perubahan wajah Kana yang tidak mengenakan. Kana yang tidak lagi mendengar ocehan gadis yang baru dikenalnya pun menyadari sesuatu. Wajahnya!

"Maafkan aku, wajahku memang terlihat galak, namun itu sudah bawahan dari lahir"

"Wah, benarkah?" tanya Diana membuat Kana mengangguk.

Diana mengalihkan pandangannya pada bayi yang berada digendongannya. "Apakah dia bayimu?" tanya Diana seperti seorang yang sudah akrab.

Kana mengangguk, "Lantas, siapa namanya?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!