Michael melihat para aparat keamanan negara itu tengah berpencar dengan anjing pelacak yang mereka bawa. Melacak keberadaan tempat pembuatan narkotika yang kini sudah dicurigai.
Selama dua hari ke depan, mereka akan mencari dan mengendus setiap jengkal tanah kuburan kuno yang 'katanya' sudah ada sejak abad ke 20, yang berarti makam itu kemungkinan besar adalah makan korban perang dunia pertama.
Michael yang berada diatas pohon dengan duduk bersandar hanya diam, dia mencoba berpikir dengan strateginya. "Pastikan mereka tidak mengendus penyamaran kalian, jika satu yang terendus maka jalankan sesuai rencana awal!"
"Baik, tuan" jawab mereka berbisik.
Michael diam, diatas ranting pohon besar ini, dia merasa bahwa tidak ada yang mengetahui. Karena ranting ini dilindungi oleh daun lebat yang dipastikan jika para aparat itu hanya bisa melihat daun yang lebat ini.
"Iya, tuan?" terdengar suara yang berasal dari sebrang sana. Michael sekarang tengah menelepon seseorang di mansion nya.
"Berikan ponselmu pada wanita itu, tiga menit dari sekarang!" ujar Michael memerintah.
Entah karena apa, dirinya merasa jika perlu berbicara dengan wanita yang akan menjadi investasi masa depannya. Wanita yang akan menjadi ibu dari anak-anaknya kelak. Hanya ibu, bukan istri.
Michael masih tetap pada pendiriannya, tidak ingin memiliki seorang wanita untuk dijadikan teman hidupnya. Dia tidak butuh wanita, dia hanya butuh rahim wanita untuk melahirkan keturunannya kelak.
"Halo!" Michael mendengar suara wanita yang dia tunggu selama dua menit tadi.
"........."
"Tak apa, aku hanya ingin menyampaikan bahwa kau tidak boleh keluar apapun yang terjadi, kecuali kebakaran!"
"......."
"Tidak bisa, rumah ku sudah memiliki teknologi canggih anti bakar"
"......"
"Memang, terimakasih"
"..........."
"Lahirkan anak untukku, maka kau akan bebas"
"......."
"Maka aku akan mencari mu di manapun, bahkan berada di lubang semut se— tut...Tut....tut..."
•
•
•
•
Kana menghisap rokok elektriknya dengan nikmat, sembari menikmati air es yang menyejukkan, air es yang dia minta pada pelayan. Kana meminta agar dibawakan satu teko yang berisi es batu dengan airnya.
Dan pelayan itu menuruti permintaannya.
"Nona!" Kana terkejut, tangan yang semula ingin menyodorkan rokok elektriknya langsung membuang rokok itu diatas lantai yang setiap hari akan selalu dibersihkan oleh robot pembersih lantai yang dikontrol dari luar ruangannya.
Kana menormalkan pernapasannya. "Ada apa, tuan?" Kana berdiri dari kursinya.
"Ada telepon dari tuan, nona" ujar seorang pria yang langsung memberikan sebuah ponsel padanya.
Kana yang masih sedikit gugup pun menerima dengan lambat.
"Halo!"
"Ha-halo, ada apa?" tanya Kana sedikit gugup. Masih dalam keterkejutannya.
"Tak apa, aku hanya ingin menyampaikan bahwa kau tidak boleh keluar apapun yang terjadi, kecuali kebakaran!"
Kana mengumpat pelan ketika mendengarkan perkataan yang membuatnya muak itu. "Kalau begitu aku akan membakar rumah ini" sentak Kana sedikit berteriak.
"Tidak bisa, rumah ku sudah memiliki teknologi canggih anti bakar"
"Baj1ngan kau iblis!" pekik Kana membuat pria yang masih berdiri disampingnya terlonjak kaget.
"Memang, terimakasih"
Kana geram, semakin Michael ia debat, maka semakin santai pula pria itu menjawabnya. Dan hal itu mampu membuat emosinya meluap seketika. "Lepaskan aku, apa maumu s1alan!"
"Lahir 'kan anak untukku, maka kau akan bebas"
Mata Kana kembali membulat. Sungguh, ternyata Michael memegang teguh ucapannya ketika pertama kali bertemu dengan dirinya waktu itu.
"S1alan, baj1ngan b1adab! Jika memang aku mengandung seorang bayi aku akan membawanya pergi dari sini. Membawanya jauh dan aku pastikan bayi ini tidak tahu bahwa ayahnya seorang baj1ngan!"
"Maka aku akan mencari mu di manapun, bahkan berada di lubang semut se— tut...Tut....tut..."
"Ah s1al!!" Kana mengumpat lagi, dia melihat panggilan itu terputus sepihak.
"Ini ponselmu, tuan mu itu b1adab, iblis tak punya hati!" pekik Kana melengos dan langsung menghempaskan tubuhnya diatas ranjang.
Sungguh, emosi Kana seperti sedang dipermainkan sekarang.
•
•
•
Duk...
Duk...
Duk...
"Tuan, seekor anjing mendekati saya" bisik seorang anggota yang berada disamping makam dan menyamar sebagai rumput.
"Dan anjing itu mulai curiga,"
Guk...
Guk...
Guk....
"Ada apa doply, apa kau menemukan sesuatu?" tanya pemegang tali dileher anjing itu.
Anjing itu melolong sebagai jawaban.
Pria itu berjongkok, dan mendekati anggota yang menyamar itu.
"Tuan! Mereka menyadarinya!" lapor anggota itu ketika kakinya dicekal oleh aparat tersebut.
"Ada or—"
Dor!
Dor!
Dor!
Tembakan serempak terjadi, masing masing anggota yang sudah dengan target yang mereka targetkan sudah melepas timah panas mereka tepat di bagian alat vital.
"Ahh!!"
Teriakan memilukan itu terdengar, kemudian mereka satu persatu mulai tumbang dengan tangan yang memegang satu-persatu lubang yang ada pada diri mereka.
"Masuk kedalam sekarang, pasukan yang lain akan datang dan membawa mayat mereka." titah Michael turun dari atas pohon.
"Tapi tuan, apa para pasukan yang akan datang tidak akan mencari lokasi ini?"
"Tidak, aku tahu otak para aparat itu. Mereka akan menyelamatkan anggotanya yang tewas dan mungkin besok setelah makam itu dipindahkan mereka akan kembali. Dan jangan lupa bunuh para anjing itu—Dor!"
•
•
•
"Apa yang kita lakukan, selanjutnya, tuan?" tanya Mahcu pada Michael yang sedang berkutat dengan pistol rakitannya.
Setelah pembunuhan secara sunyi itu telah dilakukan, Mahcu, Michael dan para anggota tengah beristirahat untuk menunggu aparat dan bantuan dari Martin selanjutnya.
"Tunggu Mark dan Martin" jawabnya.
"Tapi tuan, aparat akan mengadakan investigasi secara menyeluruh dengan melibatkan lima ribu pasukan mereka besok malam, sementara tuan Martin perkiraan akan sampai pada besok menjelang pagi.
"Apa kau selemah itu, Mahcu?" tanya Michael menatap tajam kearah Machu.
"Tu-tuan" Mahcu gelagapan sendiri.
"Iy-iya tuan, saya akan menyiapkan anggota untuk melawan besok, sembari menunggu pertolongan dari Martin, saya permisi" Mahcu pergi dengan langkah tegapnya. Mahcu merasa bahwa Michael tengah berada di mood yang buruk.
Besok malam....
"Mereka berkamuflase diberbagai tempat, gunakan mata kalian dengan jeli!" ujar seorang pria yang menjadi ketua dalam investigasi kasus narkotika ini. Kasus yang menghebohkan dunia karena ketika ingin menangkap para anggota kartel ini mereka harus kehilangan seratus orang anggota.
"Mereka tidak akan pergi sebelum matahari terbit. Karena dari informasi yang saya dapatkan, mereka akan mendapatkan bantuan besok, dan bantuan yang saya maksud belum saya artikan atau nama lainnya belum saya dapati informasinya" ujarnya sekali lagi.
"Sial, penghianat itu" gigi Michael saling menekan, dia sangat benci dengan penghianatan. Sumpah demi nyawanya, dia akan membunuh pengkhianat itu ketika ini telah selesai.
"Langsung serang saja," ujar Michael memerintah.
"Tapi tuan, anggota kita dan anggota mereka satu banding tujuh, tidak seimbang"
"Lakukan saja, jika kita hanya berdiam diri semakin kita terdesak dan terpojok, lebih baik kita menghabisi mereka sampai bantuan datang" ujar Michael yang langsung melemparkan sebuah belati dan langsung tertancap pada dada seseorang.
"AHHHH!!!!" pekik pria yang sudah terbaring dengan nyawa yang melayang.
"Mereka ada cepat cari dan bekuk mereka!" titah ketua itu mulai bergerak bebas.
"Hemat peluru, dan pastikan setiap peluru tepat sasaran!"
Dor!
Dor!
Dor!
"Balas saja, jika tidak ingin kalian mati" ujar ketua itu.
Para anggota dari kartel yang berkamuflase diberbagai tempat itu mulai bergerak, membunuh musuh tanpa bersuara namun bergerak dengan pasti.
Michael dan Mahcu juga bergerak dengan bebas, memangsa para aparat itu dengan gesit dan tepat.
Suara tembakan bergema dimalam yang sunyi itu, sungguh, mereka tidak memakai cara langsung, atau menggunakan kekuatan dan ketahan tubuh mereka. Namun mereka menggunakan ketepatan, dan kecepatan serta berpikir dan melihat.
Hingga, banyak mayat yang sudah tergeletak berbaring di tanah dan kebanyakan dari mereka adalah para aparat, sepertinya sekarang mereka sudah hampir sebanding. 1:4.
Pagi menjelang, namun pertarungan itu belum juga selesai. Mereka melindungi diri dengan cara bersembunyi lalu menyerang jika ada mangsa. Seperti kucing dan tikus.
Kucing yang memangsa dengan bersembunyi terlebih dahulu, dan tikus yang bersembunyi dengan menyiapkan pelarian dirinya.
Ketua dari aparat yang tengah bersembunyi dibelakang pohon tua itu tersenyum mendapati sebuah informasi penting, lalu dirinya mengambil pistol dan menarik pelatuknya, membidik batang pohon yang tertutup oleh rimbunnya daun yang bergerak seiring bergeraknya seseorang yang tengah bersembunyi dengan membidik para anggotanya dalam diam.
Dor!
Dor!
"TUAN!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments