Diam

Kana terduduk dengan wajah datarnya, duduk diatas ranjang dengan seorang pria yang berada disamping tubuhnya. Pria itu sedang tertidur dengan memeluk erat perutnya seakan akan, dirinya akan menghilang.

Kana melihat sekelilingnya, tidak ada yang berubah kecuali kehadiran pria itu, dan sebuah ponsel.

Kana menatap wajah pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Michael itu lekat, mengamati bola matanya apakah bergerak atau tidak. Setelah beberapa detik mengamati, ternyata bola mata itu tidak bergerak sama sekali. Yang berarti pria itu tengah tertidur.

Kana mengulurkan tangannya, menggapai ponsel yang berada tepat dibelakang pria itu. Dengan pelan dan tanpa merubah raut wajahnya, akhirnya dia berhasil mengambil benda pipih tersebut.

Kana mulai berkutat dengan ponsel mahal itu, dan sepertinya tuhan yang tidak pernah dia pikirkan berpihak padanya kali ini. Ponsel dari Michael tidak ada kata sandi yang harus membuatnya bersusah payah untuk membukanya.

Kana berseluncur dalam ponsel itu, pertama-tama dia akan mencari indentitas dari Michael. Siapa pria itu, dan seberapa berpengaruh dirinya di kota ini hingga memiliki kekayaan yang sepertinya tidak sedikit.

"Apa sudah menemukan detail pribadiku, wanita pemberontak?" tanya Michael membuat Kana yang sedang membaca informasi tentang diri Michael terkejut, dia membuang histori penggunaannya dalam satu kali klik.

Kana menetakkan ponsel itu disampingnya, menoleh kearah Michael yang masih belum beranjak dari tidurnya. Pria itu terbangun, melihat kearahnya namun tidak merubah posisinya sama sekali.

"Dilihat dari informasi yang kudapat, ternyata kau orang yang berpengaruh" ujar Kana datar.

Michael tersenyum miring melihat mata tajam itu kembali. ‘Ternyata obat pengendali akal yang kudapat mahal-mahal di pelelangan berguna juga’

Tanpa Kana sadari, ternyata dirinya sedikit labil dan langsung terbuai dengan kemewahan itu ada campur tangan seorang Michael.

"Lalu?"

"Kenapa kau tidak menjalani proses bayi tabung seperti sebelumnya jika kembali ingin memiliki keturunan? Kenapa harus dengan ku?" tanya Kana santai seperti berbicara dengan George dan istrinya.

Kana tidak akan berontak yang membuatnya dalam bahaya, mengingat bahwa Michael adalah orang yang cukup berpengaruh dalam transportasi sehari-hari di dunia ini.

"Sesuai dengan ucapanku sebelumnya, kau yang harus bertanggung jawab untuk kematian keturunanku, dan aku ingin kau menggantinya dengan keturunan yang lahir dalam rahimmu!" dengan cepat, Michael membalik tubuh Kana dibawah kukungan nya.

Kana yang tak siap berusaha untuk memberontak, namun ternyata sia-sia karena ukuran tuhun Michael yang tiga kali lipat daripadanya. Jika dibandingkan maka 6:2.

"Lepas, lepaskan aku!" pinta Kana menjerit.

"Aku akan melepaskan mu jika sudah melahirkan keturunanku dengan jalan ini" Michael menghentakkan pinggulnya dalam dan kencang.

"AHHHH....."

"Aku akan pergi, jangan berontak dan hiduplah dalam ruangan ini sebelum aku kembali" Michael mencium bibir Kana ganas.

Kana hanya diam, dia menerima perlakuan Michael karena memang tahu bahwa Michael tidak dapat dia lawan. Jika dilawan akan menjadi hal yang sia.

Karena Kana juga sudah mencoba dalam satu hari penuh kemarin, pemberontaknya menjadi hal yang sia. Dan justru membuatnya dilecehkan kembali. Berkali-kali dan sangat lama oleh pria biadab itu.

"Ini ponsel untukmu, tidak ada apapun didalamnya, hanya aplikasi musik dan kamera dan galeri. Tidak apa app store dan tidak ada web apapun" Michael melempar sebuah ponsel kearah Kana, lalu pergi dengan wajah yang datar dari ruangan itu untuk menjalankan misinya, nanti.

Kana menghirup rokok elektriknya dengan dalam, menghembuskan nya pelan sembari menikmati asap yang keluar masuk rongga dadanya dan melihat pemandangan hutan yang hijau.

Jika dihitung, sudah satu minggu berlalu sejak Michael datang dan melecehkannya. Pria itu tidak kembali dan membuat Kana senang. Dan kini, Kana memiliki ponsel yang menyediakan berbagai musik didalamnya, meskipun tidak ada apapun didalam ponsel itu kecuali musik.

Kana sudah beruntung, dia tidak ditemani oleh keheningan lagi.

Tok..

Tok..

Tok...

Ceklek...

"Nona, ini makan siangnya" ujar seorang pria yang setiap hari dalam sepuluh hari nya berada disini mengantarkan makanannya.

"Apa aku tidak boleh keluar?" tanya Kana membuka topik pembicaraan. Jujur saja, sudah satu minggu ini dia tidak berbicara, hanya bernyanyi ketika ada musik yang menemaninya.

Kana bosan, suntuk dengan kesendirian. Namun kesendirian itu yang menemani dirinya selama bertahun-tahun ketika ibu dan ayahnya meninggalkan dirinya sendirian membuat Kana mulai terbiasa dengan kesendirian yang Michael ciptakan.

"Saya tidak tahu nona, tuan berpesan apapun yang terjadi dan bagaimana kondisinya kecuali rumah ini mengalami kebakaran dan lainnya anda tidak diperbolehkan keluar sebelum tuan besar sendiri yang mengajaknya keluar" jawab pria itu menundukkan kepalanya.

Kana diam, ternyata benar apa yang diucapkan Michael satu minggu yang lalu.

"Saya permisi"

Kana mengangguk, dia kembali menghisap rokok elektriknya yang tidak ada seorang pun yang tahu bahwa dirinya membawa sebuah rokok elektrik.

"Aku menunggu mu," lirih Kana menunggu kedatangan Michael. Dia ingin berbicara tentang kematian bayi imut itu, tiga tahun yang lalu.

Mengatakan bahwa bukan dirinya yang membunuh bayi itu. "Sial!" umpatnya ketika otak untuk berpikirnya seperti lumpuh dan tidak mampu memproses kejadian ini secara cepat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!