Ele turun dari kamarnya, setelah dirinya mandi dan memakai gaun berwarna biru langit dengan sendirinya. Seperti biasanya, dia di hukum untuk melakukan semuanya sendirian. Baik itu mandi, memakai gaun ataupun memilih gaun yang biasanya di siapkan oleh Nayla.
Entah sampai kapan namun Ele telah terbiasa dengan hukuman ini. Hukuman ketika dirinya membuat daddy nya marah.
Ele duduk di ayunan besi disamping kolam renang rumah itu dengan kesendirian dan kesunyiannya. Melamun sendiri dengan kepala yang berputar akan khayalan.
Ele berdiri, dia masuk karna menginginkan air untuk minum, namu ada yang janggal di rumah ini. Dia melihat orang-orang berlalu lalang sore ini, baik itu pengawal ataupun pelayan tengah mondar-mandir dari lantai atas kebelakang taman.
Ele yang penasaran pun mencegah salah seorang pengawal yang datang dari arah belakang. "Ada apa paman?" tanyanya namun tidak mendapatkan jawaban apapun. Pengawal itu hanya diam menunduk dan menutup rapat-rapat mulutnya.
Ele yang tak mendapatkan jawaban dari pengawal itu akhirnya melangkahkan kakinya kearah belakang rumah—tepatnya taman.
Ele melihat kobaran api yang sangat besar dihalaman itu, didepan api besar itu ada Michael, yang sedang duduk di ayunan dan Mahcu serta kepala pelayan berdiri dibelakang Daddy nya.
Jiwa penasaran Ele semakin memberontak, dia berjalan cepat kearah Michael "Daddy sedang apa?" tanya Ele menatap Michael lalu bergantian menatap kearah Mahcu dan kepala pelayan itu bergantian.
Sementara Mahcu yang melihat nona nya bertanya seperti itu hanya diam. Di dalam hatinya terbesit rasa kasihan dengan kehidupan gadis itu.
Begitupula dengan kepala pelayan itu, dia meringis dalam hati membayangkan takdir kejam yang dialami oleh nona mudanya. 'Anda sangat tersiksa nona, jika aku memiliki kekuatan untuk membawa anda pergi, maka dari dulu saya akan membawa anda dari kehidupan penuh kesunyian ini. Membawa anda kedalam pelukan ibu yang pernah anda tanyakan dulu' ujar kepala pelayan itu. Dia saksi bisu bersama beberapa orang di mansion ini.
Saksi bisu atas kehidupan Ele yang begitu mengenaskan bersama Michael, dan perjuangan dari ibu Ele dulu.
Michael diam, dia tak melepaskan tatapannya dari kobaran api yang sangat dahsyat itu. "Masukkan semuanya!" titah nya membuat mata Ele memblalak melihat apa yang dibakar oleh pelayan itu.
Satu kardus mainan kesayangannya. Mainan Barbie berbagai bentuk serta pernak-perniknya. Ele berlari menghampiri pelayan yang tengah melemparkan kardus berisi mainan itu dengan air mata yang sudah berada diujung pelupuk.
"Daddy, kenapa kau membakar semua mainan ku?!" teriak Ele mencoba menghampiri api yang tengah melahap seluruh mainannya. Ele tahu bahwa Daddy-nya lah yang membakar mainannya dengan menyuruh pelayan itu.
Tubuh kecilnya ditahan oleh seorang pria berbadan besar agar Ele tidak berlari mendekati api.
"Lepaskan aku! Aku ingin menyelamatkan mainanku! Tolong lepaskan aku!" pekik Ele menangis, dia memberontak dari cekalan kuat pengawal itu.
"Daddy, tolong aku, tolong selamatkan mainan ku! Tolong selamatkan mainanku!" Ele berontak dan lepas dari cekalan pria itu, ia berlari dengan kencang menghampiri Michael yang tengah tersenyum menatap Ele yang menangis.
"Kenapa Daddy membakar semua mainanku? Kenapa? Kenapa Daddy melakukan itu?!" pekik Ele disela-sela tangisnya.
"Hukuman untuk mu" jawab Michael santai.
"Jangan bakar mainan ku Daddy! Pukul saja aku! Aku mohon tolong selamatkan mainanku! Mereka adalah teman-temanku aku tidak lagi mempunyai teman jika daddy tidak menolong mainan ku!!" pekik Ele pilu, tangisnya menggema di seluruh taman.
Membuat orang yang 'masih' memiliki hati nurani sakit mendengar pekikan serta tangisan pilu itu.
Michael tidak menjawab, dia berdiri dan melemparkan sebuah buku tebal kearah Ele dan mengenai dada gadis itu. "Mulai sekarang tidak ada lagi mainan, kau harus belajar dan belajar!"
Michael menjauh dari sana, "tinggalkan dia sendiri sampai besok pagi! Sekarang kalian masuk kedalam kamar masing-masing dan tidak boleh ada yang keluar apapun alasannya hingga besok pagi!" ucap Michael lalu berjalan kearah garasi untuk mengambil mobilnya.
Semua orang yang mendengar itu ingin sekali membantah ucapan dari Michael dan mendekati nona nya yang tengah dirundung kesedihan. Memeluk tubuh gadis rapuh itu dengan erat. Namun lagi-lagi kekuasaan lah yang menjadi halangan.
Mereka tidak bisa melakukan apapun. Bahkan Mahcu yang notabene sebagai orang kepercayaan Michael tidak berani untuk mendekat.
"Semuanya pergi!" perintah kepala pelayan membuat semuanya perlahan pergi meninggalkan Ele sendirian.
"Maafkan saya nona" ujarnya sebelum pergi meninggalkan Ele dengan kesendiriannya.
Ele terdiam, tangisnya masih ada. "Uhuk... Uhuk.... Sakit tuhan... Uhuk ... uhuk ..." Ele meringis. Hanya pada Tuhan nya lah dia bisa mengadu.
Ele menyentuh kepalanya yang berputar dan sangat berat, lalu dia merasakan ada sesuatu yang mengalir disela-sela bibirnya.
Ele perlahan menyentuh sesuatu itu dan...
"Darah?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Nna_
Kejam bgt si ank Sekecil itu klo bisa cpt² pertemukan sm kanaya please!!😭
2023-12-10
1