Malam yang dingin

Kana meminum susu setelah mengisi perutnya dengan makan malam yang disediakan. Ternyata benar, pelayan itu selalu menghampirinya untuk mengantarkan makanan dan mengambil troli sebelumnya.

"Ah, ternyata diculik tidak seburuk yang ada di novel" monolog Kana menadahkan kepalanya keatas. Melihat langit langit kamarnya dengan kepala yang bersandar di sandaran sofa.

Kana merasa jika dia tidak sedang diculik sekarang, semuanya tersedia, mulai dari makanan, pakaian dan media penghiburnya— buku.

"Kira-kira kapan aku akan keluar dari tempat ini?" tanyanya pada dirinya sendiri.

"Dan kenapa aku disekap di ruangan yang mewah ini?"

Seorang pria masuk kedalam sebuah ruangan yang sudah terdapat tiga orang didalamnya. Dengan diikuti oleh dia tangan kanan dan kirinya, ia duduk dan menghela nafasnya lelah.

"Ada apa, Mark?" tanya pria berdarah campuran itu.

"Kartel kita diambang kehancuran, para anggota sipil telah menghancurkan seluruh markas kita yang berada diatas tanah. Mereka berusaha menghancurkan kartel kita hingga ke akar-akarnya." jelas pria bernama Mark itu.

"Bahkan anggota kita 80% telah berada dipenjara. Aku telah memberikan uang kompensasi untuk keluarga dari orang-orang yang dipenjara itu hingga menghabiskan dana kas sekitar 75%" sambung Martin, salah satu pria yang berada didalam ruangan itu. Pria yang menjadi ketua dari kartel yang tengah diincar oleh aparat ini.

Pria itu terdiam sebentar, "Lalu, bagaimana dengan markas yang berada didalam tanah hutan? Dan tempat produksi dibawah kuburan itu?" tanya pria itu.

"Hanya tiga yang tersisa dari seluruh markas serta tempat produksi. Dua markas satu produksi. Dan kas yang hanya tersisa 5 triliun" jawab Mark— tangan kanan dari Martin yang bertugas untuk menjaga, mengontrol keseluruhan bisnis gelap mereka.

"Kali ini mereka tengah mengincar markas yang menjadi tempat penyimpanan narkotika terbesar kita yang berada didalam tanah rumah sakit jiwa." Martin menatap pria didepannya dalam.

"Aku tidak bisa, El, wajahku dan Mark menjadi buronan sekarang. Aku hanya bisa berharap jika kau bisa datang dan melindungi tempat penyimpanan itu. Jika tempat itu telah dihancurkan, maka aku dan Mark akan kehilangan seperdelapan dari harta kita, dan kau hanya akan mendapatkan penghasilan dari maskapai penerbangan dan cruise line saja" ujar Martin.

"Kapan aku akan pergi?" tanya pria bernama El itu. Lebih tepatnya Michael Schumacher.

"Lusa, aku akan menyiapkan kepergianmu,"ujar Martin antusias mendengar jawaban dari sahabatnya. Sahabat yang tidak terlalu masuk kedalam dunia gelap yang dijalaninya dengan Mark.

Pria itu hanya menjadi pendukung dari belakang, namun, selalu aktif dalam pembangunan kartel, dan sesekali ikut dalam pengoperasian secara langsung.

"Baik, aku pergi" El berdiri, lalu meninggalkan Martin dan Mark yang tengah termenung dengan pikiran mereka.

Michael Schumacher, seorang pria berdarah campuran antara eropa dan australia yang memiliki bola mata langka yang hanya ada sekitar 1 banding 100 di dunia ini. Bola mata berwarna abu-abu.

Anak satu-satunya dari seorang pebisnis dari maskapai penerbangan yang sudah berada di seluruh dunia kini tengah berjalan menghampiri sebuah ruangan yang terdapat dipojok lantai dua rumah mewahnya.

Ruangan yang berisi seorang wanita pemberontak yang memiliki bola mata hitam yang menenggelamkan. Dan seseorang yang ternyata ikut terlibat dalam kematian keturunannya.

Ceklek..

Michael melihat wanita bernama Kanaya itu tengah tertidur dengan sebuah buku disampingnya. Michael menghampiri Kana, duduk disamping ranjang Kana dan melihat lekat pahatan wajah Kana.

Wanita yang membuatnya kehilangan keturunan yang dia dapatkan dengan susah payah dan tanpa berhubungan dengan seorang wanita secara langsung.

Michael berdiri, dia melepas satu persatu pakaian yang melekat ditubuhnya tanpa meninggalkan satu helai pakaian pun. Dia membelai wajah tegas yang memiliki sorot mata tajam itu.

"Kau harus bertanggung jawab seperti kataku," Michael mulai melucuti pakaian Kana, dia tidak akan berlama-lama disini, setelah dia menanamkan benihnya dia akan pergi untuk menjalankan misi dari kedua sahabatnya.

"Sial, aku melepas ‘bendaku’ untuk pertama kalinya dengan mu, semoga kau menjaga keperawananmu"

Kana mengerjab pelan, merasa jika tubuhnya terhentak-hentak dengan diiringi oleh suara bass dari seorang pria.

Kana tersentak kaget. Seketika melihat bahwa tubuhnya tengah digagahi oleh seorang pria yang menculiknya. Pikirannya langsung berfungsi untuk memberontak.

"Lepas, sialan!" Kana menarik tubuhnya dari kukungan pria itu, dia berdiri ketika melihat situasi bahwa pria itu tengah menikmati keperawanannya.

"Bajingan, setelah kau menculik diriku, kau malah memperkosa ku, biadab!" pekik Kana meringis sembari menutup bagian sensitifnya dengan kedua tangannya.

Michael terkejut, setelah dia kali pelepasan dan menuju ketiga kalinya, wanita yang digagahinya secara diam-diam itu terbangun setelah tertidur seperti orang mati.

"Kemari, Kana, aku belum selesai" ujar Michael mendekati Kana dengan ‘benda’ yang masih berdiri dengan tegaknya.

Kana menangis, setelah sekian lam dia tak menangis kini air mata itu mulai beraliran, Kana meruntuki dirinya kenapa ketika tidur dia seperti seorang mayat.

Kana mundur ketika pria didepannya menghampirinya. "Jangan mendekat, apa maksudmu sialan!" pekik Kana terus mundur.

"Sesuai dengan perkataan awalku, kau harus mengganti keturunan ku yang telah mati digendong mu!" Michael terus berjalan.

"Tidak, jangan mendekat kau bajingan, biadab!" Kana berlari demi menghindari pria itu, namun langkahnya terhenti ketika dirinya terjatuh akibat rasa sakit di bagian bawahnya.

Michael tersenyum melihat Kana terjatuh, dia bahagia karena Kana memiliki sesuatu yang diinginkannya.

Michael menghampiri Kana yang tengah meringkuk diatas dinginnya lantai. "Lebih baik kau menurut, Kana" ujar Michael.

"Tidak, tidak ada kata menurut untuk bajingan seperti mu bia—Ahhh" pekik Kana ketika tubuhnya terbalik diatas lantai. Dia sekarang berada diposisi tengkurap dengan pria itu menindih tubuhnya.

"Aku tidak suka pemberontak!" ujar Michael menarik pinggang Kana keatas.

Kana tidak bisa melawan, kedua tangannya sudah dicekal oleh pria yang kembali menggagahinya. Dia hanya bisa menangis sekarang.

"Sial, kemana Kana yang kuat itu! Hiks..." maki Kana pada dirinya sendiri.

Kana terbangun dengan merasa bahwa badannya kedinginan. "Sial," umpatnya melihat dirinya tergeletak tak berdaya diatas dinginnya lantai dengan seorang pria yang tengah tertidur diatas kasur.

"Tak apa, sekarang keperawanan hanya hal yang tabu, Kana" Kana berdiri, dia merenggangkan seluruh tubuhnya yang terasa kaku.

Berjalan dengan terseok-seok kearah kamar mandi untuk membersihkan tubuh yang terdapat banyak lendir pria biadab itu.

Kana melihat dirinya didepan cermin, melihat tampilan tubuhnya yang begitu mengenaskan. Pikirannya kembali kemarin kemarin. Malam yang begitu dingin dengan seorang pria diatas tubuhnya yang terdiam dan hanya bisa menangis.

"Seharusnya aku tidak menangis hanya karena kehilangan keperawanan," ujarnya terkekeh kecil. Namun wajah kecewanya tidak dapat dibohongi.

Kana diam, dia hanya menatap dirinya dengan pikiran yang berkecamuk. Pikiran bodohnya kemarin membuat Kana tersenyum. "Aku sungguh gila jika beranggapan diculik adalah kebahagiaan"

Kana menyentuh dadanya yang sudah banyak jejak merah.

"Kenapa, hmm?" tanya seorang pria membuat Kana langsung menoleh dan merasa jika perut polosnya sudah bertengger tangan besar di atasnya.

"Lepas!" Kana dengan suara khasnya. Kini Kana bodoh telah hilang, terganti dengan Kana biasanya. Kana yang hanya memiliki realita tanpa adanya ekpektasi seperti kemarin.

Michael diam, dia tidak bergeming, menghirup aroma Kana yang menarik di indra penciumannya. "Michael," ujar Michael mengecup leher Kana.

Kana berontak, "Lepas sialan!" pekiknya.

"Jangan berontak" Michael mengeratkan pelukannya diperut ramping Kana.

Kana diam, dia tidak memberontak setelah mendengar kata itu. Kana melihat tubuh polosnya didepan cermin. tubuh yang sempurna menurut orang-orang itu tengah di peluk oleh orang biadab.

"Kapan kau akan melepaskan ku?" tanya Kana melihat mata abu Michael dari cermin.

"Setelah kau memberikan aku keturunan"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!