Dimana mommy?

"Daddy, aku ingin membeli mainan seperti yang ada di televisi" ujar Ele menghampiri Michael yang turun dari mobilnya. Pria dewasa itu baru saja pulang dari kantornya.

"Mainan apa? Kenapa tidak meminta pada Nayla saja?" tanya Michael dengan nada bass nya serta tatapan intimidasi nya, ia menunduk, lalu mengangkat tubuh gadis kecil itu.

Ele terdiam, dia menatap Michael dengan sorot ketakutan namun penuh dengan harapan. "Daddy tidak suka jika pertanyaan Daddy tidak dijawab" ujar Michael berjalan kearah taman belakang dengan tangan yang menggendong tubuh kecil Ele.

Ele tetap diam, tubuh kecilnya mulai menegang karena takut kemarahan Daddy nya keluar dan memarahinya sampai membuat dirinya tidak bisa tidur karena menangis. Tidak bisa makan karena takut Daddy nya kembali memarahinya dan....

Memukulinya dengan ikat pinggang yang berada di pinggang pria itu. Meskipun Ele hanya pernah menerima sabetan ikat pinggang sekali, namun kenangan itu tidak pernah terlupakan dalam pikiran kecilnya.

Ele sudah berusia empat tahun, dia telah mengerti mana yang benar dan mana yang salah. Ele hidup terkekang di rumah mewah ini, tidak ada teman untuk cerita dan tidak ada teman yang diajaknya bermain.

Ada Nayla— pengasuh atau baby sitter dari Ele, namun wanita itu tidak pernah mengajaknya bermain, atau sekedar berbicara basa basi. Dia bertugas sebagai baby sitter yang sangat profesional. Hanya itu.

"Aku ingin membelinya langsung bersama Daddy, di tempatnya langsung kemudian kita bermain bersama dengan mainan itu" cicit Ele menunduk, dia meremas kencang kemeja depan Michael dengan erat.

"Pergilah bersama Mahcu, aku tidak memiliki waktu untuk hal yang tidak ada gunanya" jawab Michael meletakkan tubuh Ele di kursi taman.

Lalu dirinya duduk disamping buah hatinya dengan wajah yang datar. Sekarang mereka tengah berada dibelakang rumah mewah milik Michael, dengan pemandangan kolam ikan yang bersih menjadi objek mata mereka saat ini.

Michael bersantai dengan keadaan yang hening, Michael setiap seminggu sekali atau satu bulan sekali pasti akan menyempatkan waktunya untuk Ele, melihat perkembangan penerusnya dan hanya sekedar bersantai

Ele menunduk, dia menghela nafasnya pelan. Sudah dia duga bahwa Daddy nya tidak akan ada waktu untuknya seperti Daddy-daddy di televisi itu. "Daddy, bolehkah aku bertanya?" tanya Ele dengan suara yang mulai kembali ceria.

Seakan-akan ketakutan yang menghantuinya tadi hilang digantikan dengan nada yang mulai ceria.

"Hmm?"

"Kenapa Daddy selalu sibuk? tidak seperti Daddy-daddy yang ada di televisi itu?" pertanyaan polos itu keluar dari bibir mungil itu.

"Daddy berkerja Ele" jawab Michael. Tidak ada ekspresi yang dikeluarkan oleh pria itu.

Ele mengangguk mantap. "Ada lagi?" tanya Michael.

"Aku melihat di televisi ada Daddy dan mommy, namun disini hanya ada Daddy" cicit Ele.

"Kemana mommy, Daddy?" tanya Ele nekat.

"Aku sudah membahasnya dulu, tidak usah bertanya tentang hal itu!" sentak Michael berdiri dari duduknya. Dia menatap Ele dengan tatapan tajamnya.

Ele yang ditatap hanya mampu diam, dia memilin ujung bajunya dengan ujung jarinya. Lalu memejamkan mata seolah telah siap jika akan kembali mendapatkan pukulan dari ikat pinggang pria itu.

Benar. Dulu Ele mendapatkan pukulan pertama kali karena telah bertanya tentang mommy nya. Kenapa Ele tidak memiliki mommy sedangkan di televisi mereka memiliki mommy.

Entah kenapa daddy nya seketika marah ketika Ele bertanya tentang mommy untuk pertama kalinya.

Ele pernah bertanya pada seluruh orang ditumah ini, baik pengawal, koki atau pelayan. Tidak ada yang menjawab pertanyaannya. Mereka akan tetap diam atau mengalihkan pembicaraannya.

"Berapa umurmu?" tanya Michael dengan nada tinggi.

Ele tidak menjawab. "Katakan! Berapa umurmu?!" sentak Michael. Wajah pria itu sudah memerah karena menahan emosi yang telah memuncak.

"Em-empat tahun, daddy" lirih Ele menahan tangis.

"Mulai sekarang!" Michael menunjuk wajah Ele.

"Tidak ada bermain, tidak ada mainan dan tidak ada permainan dalam rumah ini. Kau harus belajar mulai sekarang!" bentak Michael. Dia meninggalkan Ele dengan tangis yang mulai mengeras.

"Hiks.. Daddy jahat... Hiks..."

"Jangan menangis, aku sudah muak dengan tangisanmu!" teriak Michael dari depan pintu masuk. Dia berhenti ketika mendengar tangis Ele yang mengeras.

"Jangan ada yang menemuinya hingga jam makan malam, siapapun itu!" ujar Michael pada salah seorang pelayan yang tengah menyapu.

Pelayan itu mengangguk dengan tubuh yang bergetar.

"Ba-baik tuan,"

Ele tersentak kaget, dia menutup mulutnya. Dadanya mulai sesak karena menahan untuk menghentikan tangisannya dengan paksa.

Terpopuler

Comments

millie ❣

millie ❣

heran gue ada Bpk sekejam itu g ada kasih syg'y sama sekali ...misalkan loe mau jadiin ele penerus loe jg kgk gt cara'y anak masi balita loe gadaikan kasih syg jg perhatian'y binatang aja masih bs nunjukin kasih syg'y jgn kejam2 thor cerita anak2'y 😏😏

2023-12-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!