Avers

Kana terdiam, benar. Dia belum memberikan anaknya sebuah nama. "Aku belum memberikannya nama" jawab Kana membuat Diana melebarkan matanya dengan mulut yang menganga.

"Are you serious?"

Kana mengangguk. "Wah kau ibu yang baik, tapi, omong-omong dia berusia berapa?" Diana nampak tak bisa berhenti berbicara, sembari sesekali mencolek wajah bayi Kana.

Pesawat sudah lepas landas beberapa saat yang lalu, "Empat hari"

"Are you okay?" tanya Diana berubah serius. Suara yang tadinya seperti sedang bercanda dan tidak ada keseriusan kini menjadi lebih tegas dan serius.

Diana tidak menyangka, bagaimana seorang wanita yang baru saja melahirkan empat hari yang lalu sudah berada didalam pesawat dengan bayi yang sangat kecil digendongnya? Ada apa sebenarnya? Diana nampak kasihan dengan Kana. Pasti wanita itu memiliki beban yang sangat berat.

Kana menoleh, dia menatap sosok Diana dengan pandangan dalam. Kemudian dia tersenyum getir, matanya mulai berkaca-kaca mengingat jalan hidup kelamnya. "Jika aku merasa baik-baik saja maka aku akan membohongi diriku sendiri"

Diana terdiam, lalu sedetik kemudian dia mengambil bayi di gendongan Kana dan langsung menitipkan bayi itu pada salah seorang pramugari yang berada disampingnya. "Titip sebentar" ujarnya.

Kana yang terkejut hendak mengambil alih bayi nya yang berad di gendongan pramugari itu. Namun, langsung dihentikan oleh pelukan Diana.

Diana memeluk Kana tiba-tiba, memeluk dengan erat, tak perduli bahwa Kana adalah wanita yang baru ditemuinya beberapa saat yang lalu.

"Menangislah, maaf jika lancang, aku tahu apa yang kau rasakan" ujar Diana membuat air mata Kana langsung terjatuh. Dia menangis sesenggukan tanpa berbicara apapun, hanya menangis.

Sementara pramugari yang tiba-tiba diberi seorang bayi langsung dengan sigap menenangkan bayi itu agar tetap tenang.

Lima menit menangis, akhirnya Kana menghentikan tangisannya itu. Dia menghapus air matanya, "Terimakasih" ujar Kana membuat Diana tersenyum lebar.

"Bagaimana? Apa sudah sedikit lega?" tanya Diana membuat Kana mengangguk.

"Anakku" ujarnya. Diana berdiri, dia mengambil bayi yang berada di gendongan pramugari itu, mengambil dan tak lupa dengan berterimakasih.

"Ini, anakmu" Diana memberikan bayi tanpa nama itu pada Kana.

Kana mengambil, lalu mengecup pipi mungil bayi yang bisa dibilang sangat kecil itu. Bayi yang terlahir normal itu sama seperti bayi yang terlahir prematur.

Mungkin karena bayi mungil itu berbagi tempat dengan bayi yang satunya. Bayi saudaranya yang kini entah bagaimana kabar dari saudari bayi itu.

"Omong-omong, siapa namanya?" tanya Diana lagi, membuat Kana terdiam sekali lagi, pikirannya berkenalan kemana-mana. Tanpa sadar, dia belum memberikan bayinya sebuah nama. Seharusnya dia memberikannya saat dia terlahir.

Kana merasa sangat kurang pelajaran tentang merawat bayi, bahkan nama nya saja Kana belum memberikan.

"Aku belum memberikannya nama—" Kana menjada ucapannya, "Apa kau memiliki saran nama yang bagus?" cicit Kana mengelus pipi bayinya.

"Apa kau tidak bercanda? Kau mengizinkanku memberikan anakmu nama?" tanya Diana dengan ceria. Dia tidak menyangka, bahwa wanita yang ditemui nya beberapa jam yang lalu akan memberikannya kesempatan untuk memberikan nama untuk bayinya.

Jika dipikir-pikir, mereka adalah dua orang yang baru saling mengenal namun seperti seorang yang telah lama mengenal. Dari pelukan hangat Diana hingga kesempatan yang diberikan Kana untuk Diana.

Jika dilihat sedari tadi saat Diana mengoceh, gadis ini seperti nyonya Isa nya dulu. Wanita yang ceria dan banyak omong.

Kana mengangguk, "Berikanlah, jika itu bagus akan aku pakai" ujar Kana membuat Diana mengangguk dan tersenyum lebar.

"Beri aku waktu, aku akan mengecek list nama yang akan menjadi nama anakku kelak" ujar Diana mengambil ponsel nya, lalu mengotak-atik nya dengan cepat.

"Bagaimana dengan— eh, dia laki-laki atau perempuan?" tanya Diana terdiam.

"he's a boy" jawab Kana.

"Kau akan tinggal di kota Cresta 'kan?" Diana memastikan.

Kana mengangguk.

"Bagaimana dengan Avers, nam itu adalah nama lain atau julukan dari nama kota Cresta" saran Diana semangat, entah apa yang berada didalam otaknya sekarang.

"Untuk apa?"

"Untuk mengenang bahwa kau akan membuat kenangan di kota itu, bagaimana?" desak Diana membuat Kana berpikir.

Diana sedikit khawatir jika nama yang dia sarankan tidak diterima, menurutnya, nama itu adalah nama yang paling cocok untuk Kana dan bayinya. Nama yang menyimpan arti untuk kehidupan mereka mendatang.

"Baiklah, Avers saja" putus Kana membuat Diana memekik girang.

"Aaaa! Kau memakainya? Sungguh?"

Kana mengangguk, "Terimakasih untuk nama indah yang telah kau berikan"

"Aku yang bahagia karena nama yang aku beri kau gunakan!"

Kana mengangguk. "Avers Allenatore"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!