"Apa kau tidak akan menikah, Kana?" tanya seorang wanita yang sedang tersenyum melihat Kana saat Kana menggendong sang buah hati yang sudah berusia dua tahun lebih itu.
Wanita yang tak lain adalah Isa itu terkikik geli melihat wajah Kana yang sangat tertekan akibat menggendong balita. Isa tau, bahwa sekertaris suaminya itu sedikit tidak menyukai bayi. Entah kenapa, Isa tidak tau itu.
Padahal menurut Isa bayi dan balita adalah makhluk kecil yang sangat menggemaskan.
"Saya masih tidak tertarik dengan pria, nyonya" jawab wanita yang kini berusia 27 itu.
Mata Isa mendelik. "Apa kau mempunyai kelainan seksual, Kana?!" tanya Isa mengambil anaknya yang tidak nyaman berada di gendongan Kana yang kaku.
Kana menghela nafasnya lega. Akhirnya dia terbebas dengan makhluk kecil yang merepotkan itu. Namun disisi lainnya ia juga merasa kesal karena istri dari bosnya menuduhnya memiliki kelainan seksual.
"Saya normal nyonya," jawab Kana datar.
Pekerjaan Kana sudah tidak hanya satu sekarang. Jika dulu dirinya hanya menjadi sekertaris tuannya saja, maka sekarang Kana merangkap menjadi seorang teman bicara Isa sejak kejadian tiga tahun yang lalu.
Meskipun yang aktif berbicara adalah Isa, ia hanya berbicara seperlunya saja.
"Tapi kenapa kau tidak menikah? Berapa umurmu? Kau sudah tua Kana!" peringat Isa.
"Saya normal, dan saya masih mencari seorang pria pas dengan kriteria yang saya inginkan"
"Ah, baiklah, bagaimana jika aku menjodohkan mu dengan para keponakan kenalanku?" tanya Isa memberikan solusi namun bagi Kan seperti memberikan sebuah bom waktu.
"Maafkan saja nyonya, saya akan mencarinya sendiri" tolak Kana datar sembari menggeleng kencang.
Isa mengangguk, "Aku tunggu waktu itu, Kana" ujar Isa menepuk pundak Kana lalu berdiri dan menghampiri sang suami yang sudah berdiri disampingnya yang sedari tadi hanya diam mengamati dan memantau perkembangan perusahaannya.
"Jangan menekannya sayang, kau sudah berkali-kali menanyakan kapan Kana menikah" peringat Geo tersenyum kecil.
"Aku hanya ingin bertanya kapan dia menikah, dia sudah tua, sayang" elak Isa menyerahkan anaknya pada Geo.
"Sudahlah, mari pulang. Kana, pulanglah setelah pekerjaanmu selesai" ujar Geo merengkuh pinggang Isa.
Kana mengangguk, dia berdiri lalu menunduk sebagai penghormatan untuk tuan dan nyonyanya sebelum pergi meninggalkan perusahaan.
Setelah pasangan suami istri itu pergi, akhirnya Kana bernafas lega, dia menghempaskan tubuhnya ke sofa yang di duduki nya baru saja dengan keras.
Menyenderkan kepalanya ke kepala sofa itu dan melihat langit-langit tembok diatasnya.
"Huh, sudah tiga tahun sejak kejadian itu terjadi. Kau begitu menggemaskan hingga membuatku tak bisa melupakan kepergianmu yang berada di gendonganku" lirih Kana menghapus air matanya.
•••
Kana duduk di kursi depan rumahnya, sembari menghisap rokok yang sudah berada dikedua bibinya yang sedikit berisi.
Seperti inilah hidup Kana, sangat membosankan. Setiap malam dirinya selalu menghabiskan waktunya untuk berdiam diri menatap luasnya langit yang bertaburan bintang-bintang dengan asap rokok yang dihisapnya.
Kana kembali menghela nafasnya lelah, tidak ada yang menarik lagi dimata setelah kejadian tiga tahun yang lalu. Dulu, Kana seperti melihat kehidupan barunya ketika melihat seseorang.
Namun ternyata, seseorang itu sudah pergi, meninggalkan ruang tersendiri di hati kakinya itu.
"Sialan, kenapa ku harus pergi!" umpat Kana membuang putung rokok yang sudah habis itu. Lalu berdiri, dan mengambil rokok elektrik diatas mejanya. Memasukkannya pada kantung hoodie nya dan berjalan masuk.
Dirinya harus segera mengistirahatkan tubuh, agar hari esok jika wanita dari bosnya itu datang, maka Kana sudah siap untuk menerima kecerewetannya.
Kana hendak memasuki kamarnya, namun, suara pintu kembali mengusik dirinya.
TOK....
TOK.....
TOK.....
"Sialan!" umpat Kana kesal. Ia kembali membuka pintunya.
"Siap—"
•••
"Madawa, tuan!" jawab pria yang menjadi tangan kiri dari tuannya.
"Masuk!"
Pria itu masuk dengan wajah yang berseri, bibir tipis itu tertarik dari dua sisi keatas sehingga menjadi sebuah senyuman yang indah.
Dawa membungkukkan badannya kearah sang tuan sebagai sebuah bentuk penghormatan.
"Apa yang membuat mu datang jauh-jauh kesini?Dawa!" tanya pria yang sedang duduk dimeja kerjanya dengan pria lain dibelakang tuahnya. Dengan segelas kaleng soda ditangannya.
"Bolehkah saya duduk tuan? Saya sangat lelah setelah menghadapi seorang wanita" ujar Dawa langsung mendudukinya kursi didepan sang tuan tanpa persetujuan darinya.
"Apakah aku memperbolehkan mu untuk duduk!?" suara itu terdengar.
"Ayolah tuan, aku lel—"
"Cepat katakan, sialan!"
Brak....
Dawa menelan ludahnya, sepertinya sang tuan berada pada kondisi emosi yang tidak stabil hingga kaleng soda itu sudah menghancurkan sebuah gucci.
"Maafkan saya, tuan, saya datang jauh-jauh dari negara XXX karena mendapat kabar dari Machu bahwa anda masih belum menemukan tuan muda," ujar Dawa terus terang, dia melirik kearah pria dibelakang sang tuan yang menjadi tangan kanan dari tuannya—Machu.
"Maafkan saya tuan, saya meminta bantuan dari Dawa—"
"Aku tidak meminta mu bicara!" potong pria itu
"Lalu?" tanya pria itu menaikkan satu alisnya.
"Saya minta tolong jangan memotong ucapan saya tuan, sebentar lagi" pinta Dawa menunduk.
"Katakan!"
"Saya sudah menemukan tuan muda tuan, tapi dalam kondisi yang sudah berada didalam tanah. Tuan muda sudah meninggal tiga tahun yang lalu dan meninggal saat berada di gendongan seorang wanita yang saat ini sudah berada dibawah tanah" jelas Dawa singkat namun jelas.
Sementara Machu yang berada dibelakang sang tuan menghela nafasnya karena tuan mudanya sudah diketahui keberadaannya.
"Jadi, maksudnya?" pria itu nampak menahan lagi emosinya ketika mengetahui anak yang dia dapatkan susah payah dan yang selama ini ia tunggu selama tiga tahun telah mati tiga tahun yang lalu.
Jadi, penantian tiga tahun ini hanya sia-sia. Pria itu mengumpat, dia bersumpah akan membuat orang yang terlibat dalam kasus ini mendapatkan balasan yang tak biasa.
"Saya masih menduga bahwa wanita itu telah ikut andil dalam membunuh tuan muda, tuan, karena, setelah saya selidiki, tuan muda meninggal karena meminum darah orang dalam jumlah yang sangat banyak hingga membuat keracunan dan berhentinya sistem jantung" jelas Dawa lagi.
"Tapi, kenapa kau menuduh wanita itu sebagai pelaku yang ikut andil dalam pembunuh itu? Bukankah kau mengatakan bahwa tuan muda meninggal karena sistem jantung yang berhenti sebab meminum darah?" tanya Machu dibelakang pria yang sedang meredam emosinya itu.
"Aku bertanya pada dokter, jika seseorang yang tidak sengaja meminum darah dan segera dilarikan ke rumah sakit, maka kemungkinan besar akan selamat. Akan tetapi, saat tuan muda diletakkan didepan wanita itu oleh penculiknya, wanita itu justru tertidur lalu melihat tuan muda dalam waktu yang cukup lama" jelas Dawa memberikan ponsel yang berisikan rekaman cctv dijalan yang menunjukkan seorang wanita.
"Kenapa dia tidur dijalan?" tanya pria itu setelah mengamati rekaman cctv jalan yang merekam jelas detik-detik dua orang pria meletakkan anaknya didepan wanita yang tertidur itu hingga detik detik ambulans datang dan membawa wanita yang sepertinya tengah pingsan itu.
"Dia mabuk tuan, namun jika dilihat dari gerak-geriknya kemungkinan dia masih sadar dan saya mendapatkan informasi dari salah satu bar yang dikunjungi oleh wanita itu, bahwa, kadar alkohol yang diminum oleh wanita itu hanya 8% dan wanita itu hanya meminumnya satu kali teguk. Dan saya sudah memeriksa latar belakangnya, jika wanita itu sudah sering meminum alkohol dalam jumlah besar dan kadar tinggi di setiap minggunya, dalam bar yang sama. Dan dokter mengatakan bahwa, tubuh wanita itu dapat mentolerir alkohol hingga 90% tuan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments