Kana melihat hamparan pohon yang daunnya kini sudah menguning. Dia melihat angin yang menerpa pohon dan menggugurkan daun yang sudah waktunya untuk gugur dengan tatapan kosong.
Kana menoleh kearah meja kecil yang selalu menemani dirinya ketika sedang sendirian, diatas meja itu terdapat sebuah buku yang tebal dan ponsel yang hanya berfungsi untuk berbunyi dan mengeluarkan musik yang menemani hari-hari nya.
Dia mencoba untuk tetap waras didalam penjara mewah ini sendirian, tidak ada teman berbicara, tidak ada akses internet dan hanya ada kesunyian dan dirinya. Tak ada rokok elektriknya. Rokoknya telah rusak.
Kana duduk, dia melipat satu halaman buku yang menandakan bahwa dirinya, hari ini, masih berada didalam sangkar emas yang memuakkan. Dengan pelan, dia melipat dan mengatakan "Dua ratus empat puluh hari" lirihnya menghitung hari yang sudah ia lewati dengan penuh susah payah dan penderitaan yang diciptakan oleh kesunyian.
Kana mulai melipat kertas itu tepat satu bulan setelah dirinya berada didalam ruangan ini.
Tok...
Tok...
Tok...
Ceklek...
"Nona, ini makan siang anda" ujar pria yang masih sama selama ini mengantarkan makanan untuknya, mengambil pakaian kotor miliknya dan mengembalikan pakaian yang sudah dicuci miliknya tanpa mengatakan apapun, selain pemberitahuan sebagai salam.
Kana diam, dia mengabaikan pria yang sudah dianggapnya sangat berjasa selama dua ratus tujuh pulu hari ini, Kana tidak menoleh, sebisa mungkin dirinya tidak memperlihatkan badannya yang kini makin membesar dengan perut yang buncit.
Benar, Kana hamil. Dan tidak ada seorang pun yang mengetahuinya karena Kana dapat menyembunyikan perut buncitnya dengan hebat, menggulung setiap pelayan itu datang dan memakai baju yang longgar demi menutupi perut buncitnya.
"Saya permisi, nona" ujar pria itu menutup pintu dari luar kemudian menguncinya seperti biasa. Mengunci pintu itu dan mengurung Kana didalamnya dengan perut yang membuncit.
Kana mengelus pelan perut buncitnya. "Aku masih menunggu seorang pria yang menjadi ayah mu, nak. Menunggunya pulang dan membebaskanku dari sini. Dan meninggalkan mu dengannya sebagai tebusan atas kesalahpahaman yang bahkan aku belum angkat bicara"
Kana menerima takdir ini, menerima jika dirinya harus melahirkan seorang anak demi jaminan kebebasannya.
"Maafkan aku, aku hanya ingin bebas demi mempertahankan kewarasanku, cepatlah keluar dari sini nak" ujar Kana menangis, meneteskan air matanya dengan tatapan mata yang kosong dan senyuman yang mengembang.
Kana menunggu kedatangan Michael, selama ini, pria itu tidak pernah mengunjunginya. Hanya satu kali saat pria itu membuang benihnya kedalam tubuh Kana.
Kana sempat bertanya pada pelayan, namun mereka hanya diam dan membuat Kana semakin yakin bahwa pria itu hanya menginginkan anak sebagai tebusan kebebasannya.
Kana menyenderkan kepalanya di kursi yang selalu menemaninya selama sembilan bulan ini. Dengan perlahan dirinya mulai menutup matanya dan beralih kedalam alam bawah sadarnya.
•
•
•
•
•
Bulan sudah muncul dengan malu-malu. Bulan mulai merangkak naik menggantikan tugas dari matahari.
Dan perlahan pula, mata wanita itu mengerjab, menyesuaikan sebentar dengan cahaya yang masuk lalu segera bangkit karena hal yang membuatnya terbangun dari tidurnya.
Perutnya sangat mulas.
Kana melangkah kearah kamar mandi, mengeluarkan apa yang seharusnya dikeluarkan lalu mandi.
Setelah mandi, dirinya ingin memakai baju, namun, Kana merasa sangat teramat mulas di perutnya. Kana memejamkan matanya, kemudian dia berjongkok dan menekan sedikit perut buncitnya dengan pelan. berharap akan rasa sakit itu hilang sesegera mungkin.
Kana memejamkan matanya. "Uhhhg" Kana merasa ada yang keluar ketika refleks nya mengejan, lalu disusul dengan suara tangis bayi yang mengejutkan dirinya.
Apa ini? Kana melihat seorang bayi yang menangis dibawah kakinya. Apa Kana sedang berhalusinasi? Secepat ini kah dirinya melahirkan?.
"Apa yang terja— Uhhggghh" Kana kembali mengejan dengan refleksnya.
"Oek....
"Oekk ..
"oek ...
"Apa yang terjadi?" Kana terduduk, dia masih mencoba meresapi setiap kejadian tak terduga ini.
Kana melihat dua bayi dibawanya dengan darah yang sudah tercecer disekitar bayi itu. ingatannya kembali pada empat tahun yang lalu, tahun dimana dirinya harus terkurung di sangkar ini.
"NONA!!"
Kana yang tersadar dari lamunannya terkejut, melihat pria yang setiap hari mengantarkan makanan untuknya tengah berlari tergopoh-gopoh kearahnya.
"Tolong! Pengawal!" pekik pria itu langsung mengambil tubuh bayi yang masih berada di kaki Kana dan melihat 'teman' nya yang masih ada di sel⁴ngkangan Kana yang sudah terduduk dengan lemas dengan tatapan kagetnya.
"Apa yang terjadi?" tanya Kana lirih masih belum mencerna dengan baik, dirinya merasa berada didalam dunia mimpi.
Sebab, kata orang, melahirkan itu sangat menyakitkan, namun ini? Dirinya hanya seperti membuang air besar. Tidak ada rasa sakit apapun. Itu sebabnya Kana mengira bahwa ini tidaklah nyata.
Dua pengawal masuk atas panggilan kepala pelayan itu. Mereka sangat terkejut dengan apa yang mereka lihat.
"Hei, ini gendong aku akan mengambil tindakan pada bayi yang lainnya!" pekik kepala pelayan itu memberikan bayi pertama yang keluar.
Dengan sigap salah satu pengawal yang sadar dan tidak terpaku seperti rekannya mengambil dan menggendong bayi yang menangis dan berlumuran darah itu.
"Kalian keluarlah, berisikan bayi itu" ujar kepala pelayan yang melihat wanita didepannya hampir telanjang karena tubuhnya hanya berbalut dengan selembar handuk.
Kedua pengawal itu keluar.
"Nona, berbaring lah, saya akan mengambil langkah pertama" ujar kepala pelayan yang memiliki cita-cita menjadi seorang dokter kandungan itu. Namun, cita-cita nya hanya menjadi angan karena saat dirinya berada di akhir tahun kuliahnya, dirinya terjerat sebuah skandal yang membuatnya harus didrop out dan membanting setir menjadi pelayan dikediaman Michael.
Kana diam, "Nona, sadarlah!" pria itu menggoyang tubuh Kana membuat wanita itu tersadar sepenuhnya.
"Apa yang terjadi?" tanya Kana spontan melihat darah dan seorang bayi yang berada dikakinya dan diatas tangan besar pria itu.
"Berbaring lah, saya akan melakukan tindakan, jangan lakukan apapun sebelum ada instruksi dari saya" ujar pria itu.
Kana berbaring, dirinya sudah tidak memperdulikan lagi tubuhnya yang sudah hampir sepenuhnya terlihat oleh mata pelayan pria itu.
"Ayo mengejan nona, 'teman' dari kedua anak anda masih belum keluar" ujar pria itu dan dikuti oleh Kana.
Kana mengikuti semua perintah dari pelayan itu, dirinya masih belum percaya bahwa yang dialami adalah kenyataan yang ada.
"Ahh.. selamat nona," ujar pria itu melihat 'teman' dari kedua bayi itu telah keluar.
"Nona, kenapa anda menyembunyikan kehamilan anda dari sa—"
"Aku akan keluar dan membawa salah satu dari mereka. Tolong aku dan katakan pada pria itu bahwa aku hanya melahirkan satu anak"
Pelayan itu nampak sangat terkejut dengan ungkapan dari Kana. "Apa maksudmu, no—"
"Aku mohon, aku hanya ingin membawa salah satu dari mereka. Anggap itu sebagai hadiah ku mempertahankan kewarasanku selama in—"
"Nona!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments