"Aku sudah lelah, paman" ujar Ele meletakkan kepalanya diatas tumpukan buku yang telah dia pelajari selama tiga jam terakhir.
"Baiklah, istirahat lima menit" jawab pria itu menghela nafasnya.
Ele mengangguk lesu. Hari ini, adalah tepat delapan tahun dirinya dilahirkan. Hari ini adalah hari ulangtahun Ele. Seperti biasanya tidak ada kue, tidak ada hadiah bahkan tidak ada ucapan selamat dari siapapun untuknya.
Yang ada hanya tambahan buku yang harus dia pelajari dan harus dia mengerti.
Ele kembali menghela nafasnya, dia lelah seharian membaca, memahami, dan latihan setiap soal selama Lima jam perhari. Belum lagi tujuh jam yang dia habiskan untuk disekolah. Jika dihitung maka setiap harinya Ele menghabiskan waktu dengan belajar ditemani dua orang guru yang bergantian menjaga nya ketika belajar di rumah.
Di mulai dari pukul empat sore hingga delapan malam dengan jeda waktu untuk makan malam.
Hari-harinya terasa lebih berat sejak empat tahun yang lalu. Sejak dimana dia bertanya tentang mommy nya dan berakhir pada kemarahan sang Daddy.
"Sudah nona, silahkan kembali dikerjakan" ujar pria bernama Berg itu. Pria itu menghampiri Ele yang tengah belajar di halaman belakang. Disebuah gazebo yang terletak disamping kolam ikan adalah tempat belajar Ele setiap hari ketika di rumah.
"Aku masih lelah paman. Aku pusing melihat angka yang bertaburan dengan huruf itu. Sin, con tan. Aaaa" Ele mengeluh.
"Ayo sebentar lagi makan malam, dan lusa nona harus mengikuti olimpiade matematika melawan seluruh anak di dunia. Jika nona Ele tidak memenangkan olimpiade itu, tuan besar pasti akan marah" ujar Uno memberi semangat.
Kepala pelayan itu menghampiri Ele dengan membawa sebotol air mineral ditangannya. Ele menoleh mendengar suara Uno. "Tapi paman" protes Ele dengan wajah yang melas.
Uno tersenyum, dia memberikan air mineral itu pada Ele. "Ini air untuk membuat nona semangat. Dan selamat ulangtahun, nona" ujar Uno membuat mata Ele membesar.
Ia kaget mendengar bahwa ada seseorang yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Dan ucapan ini adalah ucapan pertama kali dirinya dengar dari mulut seseorang. "Aaa, paman ingat?" tanya Ele berbinar. Dia mengambil air minum itu dengan perasaan yang berbahagia.
"Bahkan saya yang menggendong anda pertama kali nona" jawab Uno tersenyum namun didalam hatinya sangat terluka melihat bayi yang ditolongnya untuk keluar dari rahim ibunya dulu kini tersiksa dengan semua peraturan yang dibuat oleh Michael.
"Wah benarkah?"
"Benar nona"
"Bolehkah paman menceritakan bagaimana cara paman menggendongku pertama kali sebelum—" Ele nampak melihat sekitar. "Mommy?" cicitnya pelan.
"Boleh, paman anggap sebagai hadiah ulangtahun untuk no—"
"Maafkan saya nona, sebaiknya anda kembali dengan buku anda, tuan besar sedang melihat sekarang" intrupsi dari berg membuat Ele kembali lesu, lalu sedetik kemudian dirinya mengangguk.
"Paman Uno tuliskan saja cerita itu untuk ku, aku akan membacanya. Jika menceritakan langsung seperti nya tidak bisa" ujar Ele melirik kearah sang Daddy yang tengah menatap kearahnya dengan tatapan yang menyiratkan untuk bersegerah untuk melanjutkan belajarnya dan seorang pria dibelakangnya. Mahcu.
"Baik nona"
Ele tersenyum, dia kembali mengambil penanya dan menggoreskan tinta itu dengan perasaan yang berbahagia.
Sementara diujung balkon ditempat ruang kerja Michael, pria itu tengah menatap putrinya dengan tatapan datar. Melihat semua gerak-gerik dari putrinya yang nampak kaku.
"Tuan, apa sebaiknya anda tidak menekan nona Ele seperti itu? Setidaknya beri nona waktu untuk melihat dunia lu—"
"Shut up stupid, I don't need your opinion!"
•
•
•
•
•
"Nona, waktunya untuk makan malam" ujar Berg melihat jam yang berada dipergelangan tangannya.
Ele mengangguk, hari telah menghitam, menampilkan satu bulan yang berbentuk sempurna dengan para bintang yang menyertainya.
Gadis kecil itu berdiri, lalu dengan langkah kecilnya dia menghampiri ruang makan. Di Sana sudah ada Michael yang tengah duduk dengan menatap gerak-gerik Ele.
"Kau terlambat tiga menit tiga puluh lima detik" ujar Michael menatap pergelangan tangannya.
"Maaf Daddy" Ele duduk, dia menundukkan kepalanya.
"Aku tidak suka orang yang tidak menghargai waktu"
"Maafkan Ele Daddy. Ini yang terakhir"
"Lusa, jika kau tidak memenangkan olimpiade itu maka kau akan mendapatkan hukuman!" ujar Michael membuat Ele menahan nafasnya.
"Tapi Daddy, bagaimana jika aku tidak men—"
"Harus menang, apapun yang terjadi. Aku tidak ingin mendengar kekalahan dan hanya kemenangan yang ingin kudengar" potong Michael cepat membuat Ele meremas tangannya yang sudah mulai berkeringat.
"Tiga besar, boleh?" cicit Ele merasa tidak mampu untuk menjadi salah-satu dari para bintang juara itu.
"Must be first. And only first. Only one"
"Dad—"
"Pelayan!"
•
•
•
"Pastikan tidak ada kecurangan apapun dalam pertandingan itu!"
"Baik, tuan"
[Gazebo tempat Ele belajar]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments