Teka Teki 2

Pagi menjelang. Saat jam masih menunjukkan pukul setengah enam pagi. Butterfly nampak keluar dari kamarnya sembari mengikat rambut panjangnya. Dengan dress satin tanpa lengan, wanita itu nampak mendekati dapur. Tempat dimana pria pemilik rumah itu sudah berkutat dengan peralatan memasaknya sejak tadi. Hari ini Atlas memang bilang ingin istirahat. Ia izin untuk tidak masuk kerja hari ini.

Bibi berjalan mendekati King Atlas.

"Selamat pagi!" Sapa pria itu dengan senyuman manis.

Bibi tersenyum. Sepertinya Atlas sudah lebih baik setelah kemarin sempat mengaku lelah dan kurang enak badan.

"Pagi..." Sapa Bibi.

"Kamu sudah mandi? Sarapannya sudah hampir siap," ucap Atlas.

Bibi tersenyum. Ia lantas menarik sebuah kursi di sana lalu mendudukkan tubuhnya diatas kursi tersebut.

"Harusnya kamu istirahat aja kalau nggak enak badan," ucap Bibi.

Atlas tersenyum. "Aku tidak selemah itu," ucap laki laki tersebut.

"Kamu mau teh?" Tanya pria itu lagi.

"Aku bisa bikin sendiri," jawab Bibi.

Wanita itu nampak diam sejenak. Ia menggerakkan jari jari tangannya mengetuk ngetuk permukaan meja. Sesekali ia melirik ke arah Atlas yang kini nampak berdiri membelakanginya.

"Atlas..." Ucap Bibi kemudian. Laki laki itu menoleh.

"Ya," jawabnya.

"Sepertinya anak buah Matt belum akan puas jika belum menemukanku," ucap Bibi.

Atlas menghentikan pergerakannya. Ia kemudian berjalan mendekati wanita cantik itu lalu menarik sebuah kursi dan duduk di sana.

"Maksudnya apa?" Tanya Atlas.

"Aku melihat laki laki mondar mandir di depan rumah ini semalam waktu kamu belum pulang dari rumah sakit. Ia sepertinya mengawasi rumah kamu, Atlas," ucap Bibi.

King Atlas terdiam. Ia bahkan tidak tahu akan hal itu. Apa jangan jangan Matt mulai mencurigainya. Dan ia memerintahkan satu dari ratusan anak buahnya itu untuk memata-matai adiknya sendiri. Pikir Atlas.

Ya, bukankah Matt bisa melakukan apa saja yang ia mau?

"Ciri cirinya?" Tanya Atlas.

"Hampir mirip dengan orang yang kemarin datang ke rumah ini," ucap Bibi.

Atlas diam lagi.

"Atlas, apa kamu dalam bahaya sekarang? Aku takut, hanya karena melindungiku kamu jadi incaran anak buah Matt. Mereka bukan orang orang sembarangan. Mereka bisa melakukan apapun yang mereka mau sama kamu," ucap Bibi.

Atlas tersenyum. "Kamu khawatir?" Tanyanya.

Bibi menunduk. "Aku hanya takut kamu kenapa napa," jawabnya.

Atlas tersenyum. "Aku sepertinya semakin tertarik sama kamu. Makanya aku tidak peduli apapun itu. Meskipun aku harus membahayakan nyawaku sendiri, aku tidak akan berhenti untuk menjaga dan melindungi kamu," ucap King Atlas.

Bibi terdiam. Ia nampak menunduk. Diam diam wanita itu terlihat menampakkan senyuman samar mendengar ucapan dari King Atlas.

Atlas mengangkat satu sudut bibirnya.

"Aku masih menunggu jawaban kamu, Bi," ucap King Atlas kemudian.

Bibi mengangkat kepalanya. Menatap wajah pria tampan di sampingnya itu.

"Aku mau menikahi kamu," tambah Atlas.

Bibi menunduk lagi.

"Apa semua yang aku lakukan sampai hari ini belum bisa membuatmu yakin tentang niat baikku?" Tanya pria itu.

Bibi tak menjawab.

"Kita memang baru kenal, tapi aku sungguh sungguh mengagumi kamu, Bi. Niatku baik, aku cuma ingin lebih leluasa melindungi kamu. Kamu mau?" Tanya Atlas.

Bibi diam sejenak. Ia nampak berfikir keras. Jujur saja, jauh dari dalam lubuk hatinya, ia ragu. Terlebih lagi, sosok King Atlas adalah sosok yang masih cukup misterius bagi Bibi. Laki laki itu terkadang sering menampakkan perangai aneh. Membuat Bibi seolah ragu untuk menerima pinangan pria itu.

Namun, tak bisa dipungkiri, Atlas adalah sosok yang paling berjasa dalam hidup Bibi untuk saat ini. Jika tidak ada dia, entahlah, akan jadi seperti apa nasib Butterfly. Ia mungkin sudah ditangkap oleh anak buah Matt. Mungkin ia sudah diperk*sa atau bahkan mungkin sudah dibunuh. Mengingat Bibi sempat mencoba kabur dari cengkeraman laki laki keji itu.

Bibi nampak beberapa kali menarik nafas panjang guna menetralkan perasaannya. Sedangkan Atlas masih diam. Ia masih menunggu jawaban dari wanita cantik itu.

"Bi..." Ucapnya.

Bibi mendongak. Ia tersenyum simpul. Lalu...

"Aku mau..." Ucapnya.

Atlas terdiam. Ia cukup terkejut dengan ucapan yang keluar dari wanita pujaan hatinya itu.

"Kamu serius?" Tanyanya.

Bibi mengangguk.

"Iya!" Ucap wanita itu. "Tapi aku nggak mau keluar dari kota ini," ucap Bibi lagi. "Aku mau, setelah kita menikah, kita berusaha untuk mengambil harta Papaku lagi dari tangan Matt. Aku nggak mau rumah masa kecilku dan aset-aset peninggalan Papa yang sudah Papa kumpulkan semasa hidup hilang begitu aja dan jatuh ke di tangan laki laki jahat itu," ucap Bibi.

Atlas diam.

"Kamu kan bantu aku?" Tanya Bibi.

Atlas tersenyum lagi.

"Aku akan berusaha. Aku akan melakukan apapun asal bisa membahagiakanmu. Aku akan memastikan kamu tidak akan menyesal karena menerima niatku menikahimu!" Ucap pria itu.

Bibi tersenyum.

"Aku boleh memelukmu?" Tanya pria itu lagi.

Bibi nampak diam sejenak. Ia kemudian tersenyum dan mengangguk. Atlas menarik kursinya, mengikis jarak dengan wanita itu kemudian memeluknya dengan hangat. Akhirnya Bibi menerima ajakannya untuk menikah. Setelah ini ia akan bisa memiliki gadis impiannya itu seutuhnya.

...****************...

Sementara itu di tempat terpisah. Di sebuah ruangan pribadi milik perwira polisi bernama Devano itu.

Devan dan satu anak buahnya yang bernama Taufan nampak menatap diam ke arah layar laptop yang berada di atas meja itu. Sebuah video rekaman cctv yang menunjukkan peristiwa di ruang kerja kantor milik Tuan Danilo tiga puluh menit sebelum kecelakaan tragis yang menimpa pengusaha kaya raya tersebut terpampang jelas disana.

Di dalam rekaman CCTV, terlihat Tuan Danilo nampak tengah bekerja seperti biasanya ditemani secangkir minuman di atas meja yang baru saja dibawa oleh seolah office boy disana.

Devan mengangkat dagunya.

"Lihat. OB ini seperti orang bingung setelah keluar dari ruangan Tuan Danilo. Dia kelihatan gugup," ucap Devan sambil menunjuk kearah layar yang masih menampilkan video hasil rekaman CCTV itu.

Taufan tak menjawab.

"Dimana OB itu sekarang?" Tanya Devan.

"OB itu sudah keluar dari perusahaan itu sejak seminggu yang lalu, Pak. Sekarang Sekar dan anak anak lain sedang melakukan pengejaran terhadap laki laki itu. Kami mencurigai, mungkin ada sesuatu yang tidak beres dengan OB itu serta minuman yang dibawanya," ucap Taufan.

Devan mengangkat dagunya.

"Dan satu lagi, Pak," ucap Taufan sambil merogoh saku celananya. "Kami sudah mendatangi pihak provider. Menurut data, sekitar tiga hari berturut turut, ada satu nomor yang terus menerus menghubungi nomor ponsel Tuan Danilo. Nomor ini mengirimkan pesan dan melakukan panggilan berulang ulang yang di dalamnya berisi ancaman pembunuhan dan sejenisnya. Dari sini juga diketahui, bahwa Tuan Danilo memiliki hutang yang cukup banyak kepada di penelfon, Pak," ucap Taufan lagi.

Devan diam lagi. Ia nampak berfikir sejenak. Lalu....

"Intai rumah Tuan Danilo dan cari data tentang putri tunggalnya! Aku mulai mencurigai pemilik rumah yang baru itu!" Titah Devano.

"Baik, Tuan!"

Terpopuler

Comments

Nuryanti 94

Nuryanti 94

bnr2 teka teki lgi ini mah, lnjt kk lgi.

2023-11-28

3

Mr.VANO

Mr.VANO

smg ke hadiran bibi bisa membuat atlas jahu lebih baik dan terhara

2023-11-27

1

Mr.VANO

Mr.VANO

tak nutup kemungkinan matt solar dan teman2ny terlibat,,soal harta manusia bisa sangat kejam

2023-11-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!