Lewat tengah malam.
Saat jam sudah menunjukkan pukul setengah dua pagi. Bibi yang sejak tadi tak bisa memejamkan matanya itu nampak bangkit dari posisi tidurnya.
Ia melongok ke arah jam dinding ruangan sempit yang kini menjadi kamar tidurnya itu. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua pagi. Sesuai dengan arahan surat misterius yang ia temukan di bawah tumpukan nasi makan siangnya tadi, Bibi berniat untuk menuju bagasi dan menyelinap masuk ke dalam sebuah mobil ber plat nomor XXXX itu.
Ya, Bibi memutuskan untuk mengikuti arahan dari surat yang entah darimana datangnya itu. Entah siapa penulis suratnya, namun Bibi yang sudah sangat lelah dan tak tahan berada di tempat tersebut seolah tak bisa berfikir panjang. Ia harus segera pergi dari rumah yang kini terkutuk itu. Ia sudah muak. Ia tak mau diperbudak lagi. Mungkin si penulis surat itu adalah orang baik yang iba melihat nasib Bibi. Makanya diam diam ia menyisipkan surat di bawah tumpukan nasi itu agar tak dicurigai oleh Matt, agar Bibi bisa secepatnya kabut dari rumah itu dan meminta bantuan pada orang orang di luar sana. Dengan melaporkan Matt ke kantor polisi mungkin.
Bibi bangkit dari posisinya. Dengan hanya mengenakan kaos putih tak begitu tebal dan sebuah rok hitam diatas lutut, ia melangkahkan kakinya dengan pelan mendekati pintu kamar. Diputarnya kunci itu, lalu membukanya dengan gerakan yang sangat pelan. Seolah tak membiarkan ada satu suara pun yang muncul dari gerakan daun pintu itu.
Bibi melongok kan kepalanya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan suasana di sekitar kamar sempitnya itu aman.
Merasa yakin tidak ada satu manusia pun di sekitar sana, Bibi dengan langkah perlahan mengayunkan kakinya keluar dari ruangan itu. Ia kembali menutup pintu itu, kemudian berjalan mengendap endap menyusuri pintu demi pintu kamar pelayan yang letaknya berada di bangunan belakang istana megah peninggalan orang tuanya.
Bibi berjalan menuju garasi mobil. Netranya terus bergerilya menatap awas memastikan tidak ada satu orang pun yang melihat pergerakannya yang diam-diam.
Bibi sampai di garasi. Barisan mobil-mobil mewah berharga miliaran nampak berjajar rapi di sana. Sebagian milik mendiang ayahnya, sebagian lagi milik Matt dan komplotannya. Bibi masih mengendap-endap. Dicarinya sebuah mobil ber-plat nomor XXXX yang tertulis dalam surat misterius itu.
Ketemu!
Sebuah mobil mewah keluaran terbaru yang terparkir di baris depan garasi luas itu.
Bibi berjingkat pelan mendekati kendaraan itu. Sesekali ia menghentikan langkahnya manakala beberapa anak buah Matt nampak berseliweran di depan garasi. Beberapa dari mereka nampak memegang botol alkohol. Mabuk mabukan memang hal yang lumrah terjadi di rumah ini pasca berkuasanya Matt Robinson disini.
Bibi sampai di belakang mobil mewah itu. Dengan sangat hati hati ia membuka pintu bagasi disana. Ia masuk ke dalamnya, lalu menutup pintu bagasi itu kembali.
Wanita itu tak bergerak. Ruang bagasi cukup sempit. Ia tidur meringkuk di sana sambil terus merapalkan doa doa. Semoga aksi nekatnya malam ini tidak berakhir hukuman. Semoga mengikuti arahan surat misterius itu adalah pilihan yang tepat. Dan semoga setelah ini, kehidupannya akan menjadi lebih baik.
Cukup lama Bibi berdiam diri di bagasi itu. Hingga kurang lebih dua puluh menit berselang, sebuah pergerakan ia rasakan. Beberapa orang terasa masuk ke dalam mobil itu. Membuat jantung Bibi pun berdetak lebih cepat. Wanita itu memejamkan matanya. Doa doa makin cepat ia rapalkan dalam hatinya.
Mobil perlahan mulai bergerak. Bibi diam bak patung bisu di dalam bagasi mobil itu agar tidak ada satu pun anak buah Matt yang sadar akan keberadaannya.
Sekitar dua puluh menit perjalanan. Dua puluh menit menahan diri tak berucap sepatah katapun, dua puluh menit yang menegangkan seolah seperti berada antara hidup dan mati, kini mobil itu nampak berhenti. Para anak buah Matt turun dari kendaraan roda empat itu. Entah ini dimana. Bibi tidak tahu. Namun dari pembicaraan yang kini samar samar ia dengar, sepertinya jumlah anak buah Matt ini cukup banyak. Dan sepertinya, ada Matt juga di sana. Bibi dapat mendengar suara laki laki itu. Ia hafal betul suaranya.
Bibi tetap bertahan di dalam bagasi. Beberapa orang yang terdengar berbincang di luar mobil itu perlahan mulai hilang suaranya. Suara langkah kaki juga terdengar menjauh dari kendaraan yang menjadi tempat persembunyiannya itu. Bibi memilih untuk tetap berada di dalam sana sampai lima belas menit berlalu, seperti yang tertulis dalam surat misterius itu.
Cukup lama Bibi menunggu. Tak ada penunjuk waktu juga disana. Akhirnya setelah dirasa mungkin cukup lima belas menit, Bibi pun berinisiatif membuka pintu bagasi yang tak terkunci itu dengan perlahan. Ia keluar dari tempat persembunyiannya itu dengan sangat hati hati. Bibi menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada satu orang pun yang melihat keberadaannya.
Bibi kemudian diam sejenak. Suara teriakan, tangisan, dan kegaduhan terdengar dari dalam sana. Di dalam sebuah bangunan usang yang tak terpakai tempat dimana ia berpijak saat ini. Bangunan tua dengan beberapa pintu dan jendela yang sudah rusak. Lantai kotor dengan ilalang yang tumbuh liar. Dindingnya berjamur. Bau tak sedap sesekali nampak mengusik indera penciuman wanita cantik itu.
Bibi sedikit penasaran. Apa yang terjadi di dalam sana? Siapa yang berteriak kesakitan itu? Wanita itu kemudian berjalan dengan langkah yang sangat hati hati mendekati bangunan tua tersebut. Ia masuk ke dalam ruangan itu dengan langkah dan mata yang terus awas menatap sekelilingnya. Hingga...
Deegghh....
Bibi terdiam. Dilihatnya disana, Matt nampak menghajar seorang pria yang sudah tak berdaya dengan membabi buta. Darah sudah bercucuran. Bahkan sebagian mengenai kemeja putih milik laki laki kejam itu. Sedangkan di pojok ruangan, tak jauh dari tempat Matt menghajar si laki laki, seorang wanita dengan pakaian mini nampak berteriak histeris. Meminta Matt untuk menghentikan aksinya. Sepertinya wanita itu adalah kekasih laki laki babak belur itu.
"Stop!! Tolong hentikan, Tuan!!" Teriak wanita itu.
Bibi merinding mendengarnya.
Buuugghh....!
Matt memukulkan balok kayu ke arah pria yang tak begitu jelas wajahnya itu. Laki laki itu kemudian menoleh ke arah wanita malang disana lalu mendekatinya. Ia berdiri di hadapan si wanita. Menatap angkuh dan tajam ke arah wanita itu dengan dagu yang terangkat. Persis seperti saat Matt berhadapan dengan Bibi.
Tangan kekar itu tergerak. Ia mencengkeram dagu wanita itu dengan kuatnya. Membuat si wanita pun memekik dan mulai ketakutan.
"Ampun, Tuan!" Ucapnya.
"Itu adalah akibat jika kalian berani macam macam denganku! Aku benci pengkhianat! Aku benci orang orang yang suka bermain main denganku di belakang!" Ucap Matt mengerikan.
Wanita itu menangis. Matt mengikis jarak dengan wanita yang kedua tangannya dipegangi oleh dua anak buahnya itu. Laki laki itu menghirup aroma tubuh si wanita, membuat bulu kuduk wanita itupun meremang karenanya.
"Kami minta maaf, Tuan! Tolong lepaskan kami, Tuan!" Ucap wanita itu memelas.
Matt mengangkat satu sudut bibirnya. Tangannya tergerak membelai pipi basah itu kemudian bergerak turun hingga ke leher, pundak, dan berakhir di dada putih yang terekspos dengan jelas lantaran si wanita menggunakan pakaian yang cukup terbuka.
"Kenapa kau menangis? Bukankah aku tidak menyakitimu?" tanya laki-laki berjambang cukup lebat itu.
"Tapi dia suamiku! Laki laki yang kau siksa itu suamiku!" Jawab wanita itu sambil menangis. Matt mengeluarkan tawa iblisnya. Sangat mengerikan. Membuat Bibi yang mendengarnya dari kejauhan pun merinding dibuatnya.
"Lupakan saja dia! Biarkan dia mati menanggung karma dariku! Dan kau, tunduklah padaku sebagai permintaan maaf mu!" Ucap Matt yang kemudian dengan cepat menarik tangtop kemben berwana putih itu. Membuat dua buah benda menggantung di dada itu mencuat dari dalam sana. Matt menatap lapar kedua benda kembar yang nampak menggiurkan itu. Dengan gerakan cepat, pria itu kemudian menarik kedua pundak wanita cantik tersebut dan melemparnya ke lantai yang kotor disana. Wanita itu memekik. Matt mulai menggagahi si wanita tepat di depan sang suami yang sudah tak berdaya.
Bibi merinding melihat adegan itu. Matt benar benar iblis. Bibi tak mau berlama lama di tempat itu. Lebih baik ia segera pergi dari tempat itu sebelum Matt dan komplotannya mengetahui keberadaannya. Wanita itu perlahan mulai bergerak mundur. Namun tiba-tiba...
"Nonaa!! Tolong...!!"
Suara itu terdengar lirih. Pria yang sudah babak belur itu nampak mengangkat tangannya ke arah Bibi seolah meminta pertolongan wanita itu. Hal itu pun sukses membuat para anak buah Matt menoleh ke arah yang ditunjuk si pria. Bibi menggelengkan kepalanya. Ia tak bisa membantu laki-laki itu. Dan kini, ia justru ketahuan.
Anak buah Matt nampak membelalakkan matanya. Begitu juga Matt yang nampak sudah bersiap untuk me-rudapaksa si wanita malang. Pria itu nampak murka. Bagaimana bisa kupu kupu kecilnya sampai di tempat ini!
Bibi ketakutan. Ia kemudian mempercepat langkah kakinya mundur.
"Tangkap budak sial*n itu!" Bentak Matt penuh emosi. Sang anak buah pun menurut. Bibi kemudian berlari tunggang langgang menjauhi bangunan itu. Ia menangis sejadi jadinya. Sekumpulan pria pria berbadan tegap anak buah Matt mengejarnya. Bibi berlari secepatnya tanpa arah di tengah malam. Ia berteriak-teriak meminta pertolongan. Namun tak ada satupun manusia di sana. Tempat itu sepi. Entah dimana ia berada saat ini. Ia bahkan tak tahu arah.
"Toloooongg....!!" Teriak Butterfly ketakutan. Sedangkan di belakangnya, sekumpulan pria gagah berlari mengejarnya. Ia ketakutan. Ia kebingungan. Ia berlari tunggang langgang. Keringatan dan air mata bercucuran membasahi tubuhnya. Hingga tiba-tiba....
Seeettt....
"Eeemmhh...!"
Sebuah tangan kekar tiba tiba menarik lengannya. Telapak tangan besar itu bahkan nampak membekap mulutnya. Wanita itu melotot.
"Sssttt!"
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Dewi Anggya
penyelamat atw penyiksa baru bibi
2024-01-28
2
Mr.VANO
vote untukmu thor
2023-11-20
1
Mr.VANO
kenapa juga bibi liat kerjaan matt solat,,ampir ketangkap
2023-11-20
1