Lapor Polisi

Pagi menjelang.

Di sebuah rumah sederhana yang cukup jauh dari tetangga. Gemericik air terdengar dari dalam sebuah kamar mandi kamar itu. Seorang wanita cantik tengah membersihkan diri di bawah guyuran air shower. Tubuh rampingnya yang indah nampak polos tanpa sehelai benang pun yang menutupinya. Kulit mulus itu terlihat berbusa karena sabun. Bulir bulir air terlihat sangat indah membasahi raga putih dengan beberapa luka di sekujur tubuhnya itu. Rambutnya basah. Dada mulus dengan ukuran sedang itu terlihat menyembul sempurna. Tetesan demi tetesan air menjalar dari ujung rambut hingga ujung kaki, menapaki tiap inchi lekukan raga molek yang berkali kali hampir dijamah paksa oleh Matt Robinson itu.

"Ssshhhh...."

Butterfly mendesis kala merasakan perih di beberapa bagian tubuhnya. Ia nampak menggigit bibir bawahnya. Sebuah luka bekas cambukan di tengah paha yang belum kering itu nampak kembali mengeluarkan darah kala terkena busa sabun dan guyuran air shower.

"Aww...!" Ucap wanita itu. Bibi buru buru menyudahi mandinya. Ia kemudian mematikan kran shower nya kala tubuh penuh luka itu sudah bersih dari busa. Bibi kemudian meraih handuk di sana. Mengeringkan raganya sebentar lalu membalutnya hingga menutupi area atas dada hingga pertengahan paha nya. Tak lupa, sebuah handuk kecil ia gunakan untuk membungkus rambut panjang yang basah itu. Wanita muda dua lima tahun tersebut kemudian berjalan mendekati pintu kamar mandi.

Tangan putihnya tergerak meraih gagang pintu disana. Namun tiba tiba...

Deegghh...

Butterfly terdiam. Ia berbalik badan. Ia mengedarkan pandangannya ke segala arah. Entah mengapa ia merasa ada mata yang mengintainya.

Bibi menyipitkan matanya. Menatap ke seluruh penjuru arah, namun tidak ada apa apa. Ruangan itu sangat tertutup. Sepertinya mustahil untuk seseorang mengintainya. Daripada, coba? Satu lubang pun tak ada di sana.

Ah, sudahlah. Mungkin hanya perasaan Butterfly saja. Batinnya.

Bibi lantas kembali berbalik badan. Dibukanya pintu di hadapannya lalu keluar dari ruangan itu. Putri tunggal mendiang Tuan Danilo itu kemudian berjalan menuju sebuah lemari berukuran sedang di sana.

Di bukanya pintu itu. Barisan baju baju mahal yang katanya milik sepupu Atlas nampak tergantung rapi disana. Atlas semalam bilang, Bibi boleh mengenakan pakaian pakaian itu untuk ganti. Mengingat baju Bibi sudah sangat kotor dan penuh keringat.

Bibi kemudian mengambil satu kaos dan sebuah celana pendek disana lalu mengenakannya.

Lagi, Butterfly diam. Ia kembali berbalik badan dan mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah. Entah mengapa ia merasa sejak tadi ada yang mengintainya. Tapi sejak tadi pula ia tak melihat siapapun di rumah ini. Bangunan ini terlihat begitu sepi. Tapi ia merasa sepertinya ia tidak sendirian sekarang.

Bibi menggelengkan kepalanya. Entahlah, mungkin itu hanya perasaannya saja.

Putri Tuan Danilo itu kemudian menutup pintu lemari tersebut. Ia lantas berjalan mendekati pintu kamar itu dsn keluar dari sana. Bibi terdiam. Dilihat disana. Di meja makan, laki-laki tampan dengan kaos abu abu itu nampak sibuk menata beberapa makanan di atas meja.

Ya, itu adalah King Atlas. Ia terlihat begitu bersemangat menyiapkan santap pagi hari ini. Sepertinya ia sangat senang dengan keberadaan Bibi di rumahnya.

"Selamat pagi!" Sapa Butterfly pada pria itu.

Atlas mendongak. Ia tersenyum lebar dan terlihat ramah.

"Pagi! Bagaimana tidurmu?" Tanya Atlas.

Bibi tersenyum simpul. "Nyenyak. Terimakasih banyak sudah memberikan tumpangan untukku," ucap Bibi.

"Kamu sudah terlalu sering berterima kasih," jawab Atlas.

Bibi tak menjawab. Ia hanya tersenyum. Pria itu kemudian menarik sebuah kursi di meja makan itu.

"Duduklah! Aku sudah membuatkan sarapan untukmu. Kamu pasti lapar, kan?" Tanyanya.

Wanita itu lagi lagi hanya tersenyum. Ia kemudian mendudukkan tubuhnya di kursi itu.

"Aku banyak berhutang budi sama kamu. Kita belum lama kenal tapi aku sudah banyak merepotkanmu," ucap Bibi.

"Ck! Nggak usah dibahas. Makanlah, setelah itu istirahat lagi," ucap Atlas sembari menarik satu kursi untuknya dan mendudukkan tubuhnya di sana.

"Enggak. Aku harus segera pergi. Aku harus ke kantor polisi untuk melaporkan orang orang jahat itu," ucap Bibi.

Atlas yang tengah menggerakkan tangannya hendak hendak menyantap santap paginya itu kemudian menghentikan pergerakannya. Ia menoleh ke arah Bibi yang duduk di sampingnya.

"Kamu mau lapor polisi?" Tanya Atlas.

Butterfly mengangguk. "Aku sudah bebas dari mereka. Aku bisa melaporkan mereka ke polisi sekarang. Mereka harus pergi dari rumah orang tuaku. Itu milikku, bukan milik mereka!" Ucap Bibi.

Atlas diam.

"Apa tidak berbahaya berurusan dengan mereka? Dari ceritamu, sepertinya orang orang itu kejam dan tidak punya hati," ucap Atlas.

"Aku tidak peduli. Pokoknya aku harus lapor polisi!" Ucap Bibi.

Atlas mengangkat dagunya. Ia diam sejenak, lalu tiba tiba tersenyum dengan sangat manis.

"Ya sudah. Terserah kamu saja. Nanti ku antar kamu ke kantor polisi agar kamu aman," ucap Atlas.

Butterfly tersenyum simpul. Ia membuka mulutnya, hendak mengucap terima kasih. Namun belum sempat kata kata itu terucap, tiba-tiba...

"Tidak usah berterima kasih. Aku sudah bosan mendengarnya darimu!" Ucap Atlas sembari melahap santap paginya.

Butterfly hanya terkekeh mendengar ucapan itu. Santap pagi pun terus berlanjut antara sepasang anak manusia yang belum lama saling mengenal itu.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Nor Azijah

Nor Azijah

mungkin ada CCTV nya

2024-02-15

3

Afri

Afri

sapa yg ngintip .. king mngkin

2024-02-05

2

Nenk Jelita

Nenk Jelita

king teman ny Matt

2024-01-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!