Lewat tengah malam. Saat jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari.
Di bawah pohon yang tak begitu rindang itu. Sang kupu kupu menangis, merintih memanggil nama kedua orang tuanya. Dukanya belum selesai karena kehilangan ayah tercintanya. Kini nasib malang kembali menimpanya. Sekumpulan orang-orang asing datang menyerbu kediamannya. Mengambil alih rumah peninggalan kedua orang tuanya dan menindasnya.
Bibi tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada ayahnya selama ini. Ia pikir kehidupan keluarganya selama ini baik baik saja. Namun rupanya ia salah. Bagaimana bisa ayahnya yang seorang pengusaha kaya raya berhutang hingga sebanyak itu pada seorang manusia kejam di meja judi. Apa yang sebenarnya terjadi antara sang ayah dan si Matt sial*n itu?!
Uhuuukk....uhuuukk...
Bibi terbatuk batuk. Ia haus. Badannya menggigil kedinginan. Semalaman ia diikat di bawa pohon di luar ruangan dalam kondisi basah kuyup. Tanpa makan, tanpa minum. Padahal ia lah si pemilik rumah. Tapi ia diperlakukan bak seorang budak.
Tak...tak...tak....
Suara langkah kaki terdengar mendekat. Bibi yang lemah dan kedinginan itu perlahan mengangkat kepalanya. Dilihatnya disana, Matt nampak berjalan mendekatinya. Dengan piyama kimono tebal dan segelas wine di tangan, pria itu nampak mendekati Bibi yang malang dengan langkah dan wajah yang angkuh.
Matt berdiri di hadapan Bibi, lalu menyesap alkoholnya tepat di depan wanita yang kini tengah kehausan dengan mulut tersumpal kain itu. Laki laki itu menyeringai. Ia mengikis jarak dengan wanita itu, lalu mengarahkan gelas wine nya ke arah bibir mungil Butterfly. Bibi mencoba menyentuh bibir gelas itu dengan bibirnya. Ia haus. Sangat haus. Ia butuh air. Air apapun itu asal bisa membasahi kerongkongannya yang kering.
Bibi sedikit membungkuk, mencoba meraih gelas itu dan meminum airnya, namun Matt justru memaju mundurkan gelas itu seolah sengaja ingin mempermainkan Butterfly. Ia bahkan enggan mengeluarkan kain yang sejak sore menyumpal mulut Butterfly.
Matt tersenyum angkuh. Ia kemudian menenggak air itu hingga habis tepat di hadapan Bibi yang haus setengah mati. Wanita itu hanya bisa menelan ludah. Air itu sudah raib.
Bibi mulai meneteskan air matanya. Jahat sekali pria gila ini. Sekarang laki laki itu bahkan tersenyum angkuh seolah menang. Membuat Bibi pun makin muak melihatnya.
"Kau haus, Sayang?" Tanya Matt.
Bibi tak menjawab. Ia nampak memalingkan wajahnya yang nampak pucat.
"Kau memang bodoh!" Ucap pria itu. "Aku sudah menawari mu hidup enak. Tidur di rumahku tanpa perlu merasakan dingin seperti ini. Tapi kau masih saja keras kepala. Apa kau mau mati konyol disini?"
Bibi masih diam seribu bahasa.
"Aku sebenarnya sudah sangat malas meladeni sikapmu yang memuakkan ini. Aku tidak suka dengan wanita yang sok jual mahal sepertimu!" Ucap Matt.
"Aku akan memberimu waktu sampai matahari terbit. Jika kau tidak mau tunduk padaku, maka aku akan melakukan hal yang tidak akan pernah kau duga sebelumnya!"
Matt mengikis jarak dengan wanita itu. Ia mendekatkan wajahnya ke telinga Butterfly lalu berbisik pelan. "Jika aku tidak bisa menikmati tubuhmu, maka lebih baik aku menjual mu!"
Deeghh...
Wanita itu reflek menoleh. Ia melotot. Menatap marah ke arah pria asing gila di hadapannya itu.
"Ku beri kau waktu untuk berfikir. Kau pilih menjadi budakku, atau menjadi pelac*r jalanan di luar sana!" Ucap Matt mengerikan.
Bibi nampak berkaca kaca. Laki laki itu kemudian menyeringai. Dalam posisi wajah yang nyaris tak berjarak, Matt menghirup dalam dalam aroma tubuh wanita itu. Bibi merinding. Matt mengeluarkan senyuman psikopatnya. Laki laki itu kemudian berbalik badan, lalu pergi meninggalkan tempat itu dan meninggalkan Bibi di bawah pohon itu seorang diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Iqlima Syalima
sesuai dengan imajinasiku ceritanya...
2024-02-08
2
Dewi Anggya
kejam x....
2024-01-28
1
Endang
benar filem turki
2023-11-19
1