Buuughhhh....
"Akkhh!"
Wanita itu memekik. Tubuh ramping berbalut kain hitam tanda berkabung itu terhempas jatuh ke lantai dingin kamar luasnya. Siku mulusnya bahkan terbentur lantai keramik. Mungkin kini sudah mulai memar.
Ceklek....
Matt Robinson mengunci pintu kamar itu dari dalam. Bibi meringsut awas manakala pria yang usianya sepuluh tahun lebih tua darinya itu kini mulai berjalan mendekatinya dengan langkah tenang namun mematikan. Langkahnya ringan, namun terkesan angkuh. Ia berjalan dengan kepala terangkat, menatap remeh ke arah wanita yang kini nampak ketakutan di samping ranjang itu. Sebuah borgol nampak ia mainkan di tangannya.
Daaghh...
Mentok! Tubuh ramping Butterfly sudah membentur nakas. Sudah tidak ada tempat untuknya meringsut mundur. Matt Robinson berdiri tepat di hadapan Bibi. Laki laki itu makin terlihat angkuh. Ia menggerakkan tangannya memutar mutar borgol itu seolah menggunakannya sebagai mainan.
Laki laki itu kemudian duduk, berjongkok tepat di hadapan Bibi.
Wanita itu melengos, seolah tak mau menatap wajah pria menyebalkan yang tiba tiba datang dan memporak-porandakan rumahnya itu.
Matt kembali mencoba membelai wajah Bibi.
"Kau takut?" Tanyanya.
Bibi menoleh ke arah Matt dengan sorot mata penuh kebencian.
"Pergi dari rumahku!" Ucap Bibi penuh penekanan dan gigi yang mengetat. Seolah menggambarkan betapa bencinya ia pada pria asing itu.
Matt tersenyum. Ia menjatuhkan tangannya dari wajah itu, sedikit menunduk sembari menggigit bibir bawahnya lalu kembali menatap Bibi.
"Apa kau benar benar tuli? Ini rumahku sekarang. Dan kau milikku..." Ucap Matt Robinson pelan.
"INI RUMAHKU! INI RUMAH PENINGGALAN KEDUA ORANG TUAKU! KAU HARUSNYA TIDAK BERADA DI RUMAH INI! PERAMPOK! ORANG JAHAT! KAU PENCURI! KAU PANTAS MATI! KAU............"
Seeeeetttt....
"Akkhh...!!"
Bibi memekik. Dia menghentikan umpatannya. Tangan kekar Matt Robinson menjambak rambut panjangnya kemudian menariknya ke belakang dengan sangat kuat. Membuat kepalanya pun kini terdongak ke atas. Bibi meringis. Rambut itu seolah hendak tercabut dari kulit kepalanya. Sakit sekali!
"Jaga ucapanmu, kupu kupu kecil!" Ucap Matt pelan dengan jarak yang sangat dekat. Ia berucap tepat di telinga Bibi. Bibirnya yang dikelilingi kumis dan jenggot itu bahkan bergesekan dengan permukaan kulit Butterfly.
"Jangan pernah berani beraninya membentak ku! Aku tidak suka!"
Matt menarik rambut panjang itu lagi. Bibi makin kesakitan.
"Jangan berfikir untuk melawanku, anak kecil! Mulai hari ini, kau adalah budak ku! Kau milikku! Menurutlah, dan ikuti semua perkataanku, atau akan ku buat kau menyusul ayah dan ibumu lebih cepat!"
Seeeeetttt....
Matt melempar tubuh itu ke lantai. Bibi memekik. Ia kemudian menoleh ke arah Matt. Laki laki itu nampak membuka ikat pinggangnya sembari menatap lapar kearahnya. Sepertinya laki laki itu hendak berbuat macam macam padanya. Bibi tidak mau. Wanita itu mundur. Ia mulai ketakutan. Dengan cepat ia bangkit dari posisinya. Lalu berlari menuju pintu kamar tidur miliknya.
Namun....
Klek...
Klek...klek....
Gawat! Dikunci!
Dagghh....Dagghh....Dagghh....Dagghh....
"Toloooonggg!!!" Teriak Bibi dengan penuh ketakutan.
"Tolong!! Bukaaa!! Toloooongggg!!"
Bibi histeris. Ia mulai panik. Ia mau keluar dari ruangan itu. Ia dalam bahaya sekarang. Hingga.
Seeeeetttt....
"Aakkhh!"
Lagi. Matt menjambak rambut Bibi dari belakang. Ia memutar tubuh itu, lalu menghempaskannya ke daun pintu. Membuat kedua anak manusia itu kini saling berhadapan. Matt menatap lapar penuh naffsu ke arah putri tunggal Tuan Danilo Jones Carson itu. Sedangkan Bibi kini makin takut. Namun sekuat tenaga ia terus berusaha berontak. Selama tenaganya masih mampu untuk melawan, maka ia akan melakukannya. Meskipun kini keringat dan air mata mulai banjir membawa tubuh dan wajahnya.
Matt mengungkung tubuh Butterfly.
"Sudah kubilang, jangan melawanku, Sayang! Aku tidak suka. Kenapa kau bebal sekali?" Ucap pria itu. Bibi tak menjawab. Ia terus mencoba mendorong tubuh tegap yang kini semakin berusaha menempel ke tubuhnya itu.
"Menurut lah! Dan kau akan aman!" Ucap Matt. Bibi menggelengkan kepalanya sambil menangis. Matt mulai mendekatkan wajahnya, mencoba mencium bibir Bibi yang terus menggerak gerakkan kepalanya sambil berucap mendorong tubuh tegap itu. Wanita itu menangis. Tapi Matt tak peduli. Ia sudah mulai dikuasai naffsu. Hingga....
"Aaaaakkkkhhh....!!"
Bibi menggigit leher Matt yang terus mencoba menciumnya itu dengan sekuat tenaga. Matt memekik. Dengan cepat pria itu reflek kembali menjambak rambut Bibi. Lalu dengan gerakan yang brutal dan sekuat tenaga ia membenturkan kepala itu ke dinding.
Daaghh..
Bibi menjerit lagi. Darah mengucur dari keningnya. Ia merasakan pusing yang luar biasa. Wanita itu sempoyongan. Ia seolah kehilangan keseimbangannya.
Matt menarik tangan ramping itu. Bibi berusaha berontak dengan sisa sisa tenaganya. Matt kemudian kembali melemparnya ke dinding. Tangan kekar itu bahkan tergerak mencekik leher wanita cantik itu. Membuat Bibi pun mulai kesulitan untuk bernafas.
"Kau benar benar menyebalkan, gadis sial*n!" Ucap Matt.
"Sepertinya kau memang perlu ku beri pelajaran terlebih dahulu sebelum ku nikmati!" Matt nampak murka. Dengan cepat, untuk kesekian kalinya, laki laki itu menjambak rambut panjang Bibi. Wanita yang sudah berdarah darah itu memekik, lagi. Semakin sakit dan semakin sakit.
"Ikut aku!!" Titah pria itu.
Matt menyeret tubuh itu keluar dari dalam kamar dan turun ke lantai dasar dengan berpegangan pada rambut panjang Bibi. Wanita itu terombang ambing, menangis, kesakitan, sempoyongan, terseok seok. Matt menyeretnya tanpa ampun. Bibi berkali kali memanggil manggil nama ayah dan ibunya seolah meminta pertolongan. Namun sayang, mereka tak bisa menolong putri kecilnya itu. Mereka sudah tiada. Bibi sudah menjadi yatim piatu.
Buuughhhh....
"Aakkhh!"
Matt melempar tubuh ramping itu saat sudah berada di halaman belakang rumah itu. Tepat di bawah sebuah pohon yang tak terlalu rindang disana. Dua orang anak buah Matt kemudian mendekat.
"Ikat, dan sumpal mulutnya!" Titah Matt Robinson.
"Baik, Tuan!"
Sang anak buah pun menurut. Nona muda itu diseret dengan paksa. Ia yang terus berontak itu tak digubris. Anak buah Matt mengikat tubuh itu di batang pohon besar tersebut. Mereka kemudian menyumpal mulut wanita itu menggunakan sebuah kain.
Matt mengangkat dagunya. Ia kemudian mengambil sebuah selang air disana, lalu menyemprotkan air itu ke arah Bibi. Membuat wanita berpakaian serba hitam itupun basah kuyup dibuatnya.
Setelah puas mengguyur tubuh Bibi, Matt kemudian melempar selang di tangannya. Ia lalu berjalan mendekati wanita malang tersebut.
"Jangan pernah bermimpi untuk lepas dan masuk kembali ke rumahku! Aku akan membiarkan mati kedinginan di tempat ini jika kau masih keras kepala dan tidak mau tunduk pada perintahku!" Ucap Matt mengerikan.
"Ingat, anak bodoh! Kau adalah budakku! Aku hanya memberimu dua pilihan. Menurut, atau mati!" ucap Matt mengerikan. Ia kemudian berbalik badan, lalu bergegas pergi meninggalkan tempat itu.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
fiqa
mampir Thor
2024-01-13
1
Nenk Jelita
serem
penasaran ah
2024-01-12
0
Lilisdayanti
athur orang Malaysia ya,,ko ada bahasa BEBAL 🤔
2023-11-19
1