Hari hari berganti, semua berjalan seperti yang seharusnya. Satu minggu sudah Butterfly yang malang tinggal di kediaman King Atlas. Hari demi hari keduanya lalui bersama sama. Kian hari, hubungan mereka pun juga semakin dekat. Butterfly semakin merasa aman bersama King Atlas. Pria itu selalu berhasil meyakinkan putri Tuan Danilo tersebut bahwa ia akan selalu aman jika berada di sampingnya. Laki laki itu seolah selalu berada di garda terdepan untuk melindungi Bibi. Ia meyakinkan Butterfly, bahwa ia selalu bisa diandalkan. Tidak akan pernah terjadi hal hal buruk pada Bibi selama Atlas masih bersamanya.
Hal itupun membuat Bibi seolah begitu mempercayai King Atlas. Atlas adalah sosok pria baik di mata Butterfly. Ia lembut, tenang, penuh perhatian, melindungi dan selalu bisa memberikan rasa aman dan nyaman untuk wanita yatim piatu itu.
Siang ini...
Di dapur rumah sederhana milik King Atlas, sepasang pria wanita itu nampak asyik bercanda sambil mengolah makanan untuk santap pagi mereka di dapur. Kini setiap hari mereka selalu melakukan apapun berdua. Memasak, bersih bersih, dan sebagainya.
Keduanya nampak begitu akrab. Sesekali tawa terdengar dari mulut mereka. Sejak tadi keduanya tak berhenti tertawa. Atlas seolah mampu membuat Bibi sedikit demi sedikit melupakan kesedihan nya. Ia bisa membuat wanita itu tersenyum kala bersama dengan dirinya.
Aksi masak masak terus berlanjut, tanpa terasa, makanan yang mereka buat pun sudah matang.
"Selesai...!" Ucap Butterfly sambil bertepuk tangan ringan. Atlas terkekeh.
"Dah, mandi gih. Biar aku saja yang menata makanan ini di atas meja," ucap King Atlas. Butterfly hanya mengangguk. Wanita itu kemudian mencuci tangannya lalu berniat untuk menuju kamarnya guna membersihkan diri. Namun saat hendak menuju pintu kamar itu, tiba-tiba...
Tok ... Tok ... Tok ....
Pintu utama rumah itu diketuk dari luar. Bibi terdiam. Ia nampak menghentikan langkahnya. Wanita itu menyipitkan matanya menatap ke arah pintu yang tertutup tersebut.
"Atlas, ada tamu!" Ucap wanita itu.
King Atlas yang masih sibuk di dapur itupun menoleh.
"Iya, bia ku buka. Kamu mandi saja!" Ucap Atlas sembari memindahkan makanan olahannya ke atas sebuah piring kosong di sana.
Bibi diam. Sedangkan pintu utama rumah itu terus diketuk dari luar. Wanita yang memang memiliki sifat sedikit keras kepala itu seolah tak bisa diam. Daripada menunggu Atlas selesai dengan makanannya, lebih baik ia bukakan saja pintu itu. Mungkin itu tamu penting, pikir Bibi.
Wanita itu kemudian berjalan mendekati pintu yang terus diketuk itu. Tangannya tergerak hendak menyentuh gagang pintu disana. Namun tiba tiba...
Deegghh...
Bibi terdiam. Dilihatnya di kaca jendela yang tertutup tirai putih itu, bayangan seorang laki-laki berpenampilan serba hitam dengan tubuh tinggi besar terlihat jelas di sana.
Bibi menarik kembali tangannya. Dadanya mendadak berdebar hebat. Ia terlihat ketakutan. Dari penampilannya dan gerak geriknya, sepertinya itu adalah anak buah Matt. Ya, Bibi hafal ciri ciri mereka.
Wanita itu nampak meremas tanganmu sendiri. Seketika rasa panik dan takut menyerangnya. Untuk apa mereka datang kemari? Apakah mereka sudah mengendus keberadaan wanita itu? Pikir Bibi.
Wanita itu bergerak mundur. Ia harus memberitahu King Atlas. Laki laki itu pasti bisa melindunginya. Ia takut bertemu pria pria itu lagi. Ia takut di tangkap lagi. Ia tak mau kembali ke cengkeraman Matt dan komplotannya.
Wanita itu terus bergerak mundur menjauhi pintu. Wanita itu kemudian berbalik badan, hingga...
Buuugghh....
"Aw...!" Pekik Butterfly kala tubuh rampingnya tak sengaja menabrak tubuh tegap King Atlas. Entah sejak kapan pria itu berdiri di belakangnya.
"Bi..." Ucapnya.
Bibi nampak ketakutan. "Atlas, di luar ada orang!" Ucap Bibi yang ketakutan itu dengan suara lirih seolah tak mau suaranya di dengar oleh orang orang di balik pintu itu.
Atlas nampak menyipitkan matanya. "Orang? Siapa?" Tanyanya.
"Nggak tahu! Tapi aku rasa mereka anak buah Matt! Mereka udah nemuin aku! Mereka sudah tahu keberadaanku! Mereka akan menangkapku! Aku takut! Tolong aku! Aku harus gimana?!" ucap wanita itu begitu ketakutan sambil melompat lompat. Sungguh, sepertinya trauma dan ketakutan yang mendalam benar-benar sudah menghancurkan mental Butterfly. Kini ia begitu panik setiap kali bertemu dengan orang-orang berbadan besar dengan penampilan serba hitam khas anak buah Matt Robinson.
Atlas mencoba menenangkan wanita cantik itu. Tangannya tergerak membelai rambut dan wajah wanita itu, seolah memintanya untuk tenang dan tidak panik.
"Bi, tenang. Kamu jangan panik!" Ucap Atlas.
"Mereka datang!" Ucap Bibi.
"Nggak apa apa. Mungkin mereka cuma orang yang datang untuk menanyakan alamat!" Ucap Atlas menenangkan.
"Mereka pasti cari aku!!" Ucap Bibi makin berontak. King Atlas kemudian menggerakkan tangannya menangkup wajah wanita cantik itu. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah sang wanita. Ditenangkannya gadis itu dengan begitu lembut dan sabar.
"Ssssttt...! Dengerin aku, denger! Nggak ada apa-apa. Semua akan baik-baik aja selama ada aku di samping kamu!" Ucap pria itu. Bibi menatap paras tampan itu dengan sorot mata dalam.
"Sekarang kamu masuk ke kamar, tutup pintunya, sembunyi di sana, dan jangan keluar apapun yang terjadi. Biar aku yang keluar menemui mereka. Kamu percaya kan sama aku, kamu akan tetap aman selama masih ada aku di sini. Okeey?" Ucap Atlas mengeluarkan kata kata penenangnya.
Bibi sesenggukan. Perlahan ia mulai bisa sedikit lebih tenang. Wanita itu mengangguk dengan mata berair. King Atlas tersenyum. Ia mengusap lelehan air mata di pipi wanita cantik itu dengan sangat lembut.
"Dah, sekarang kamu masuk. Sembunyi di sana, ya..." Ucap Atlas lagi.
Bibi mengangguk. "Kamu hati hati," ucapnya.
"Iya.." jawab pria itu.
Bibi kemudian mengusap air matanya. Wanita itu kemudian bergegas masuk ke dalam kamarnya lalu mengunci pintunya dari dalam. Putri tunggal Tuan Danilo tersebut kemudian berjalan mendekati jendela kamar yang tertutup itu dan mengintip situasi di depan rumah dari balik jendela tersebut.
Bibi terlihat tegang. Ia nampak meremas-remas jari jari tangannya guna menyalurkan kecemasannya sembari mengintip apa yang terjadi di luar sana
Dilihatnya di sana, King Atlas nampak mengajak dua pria itu untuk pergi menjauh dari pintu rumahnya. Ketiganya kini berbincang di halaman rumah, tepat di samping sebuah mobil mewah milik dua pria asing itu.
King Atlas berdiri dengan berani di hadapan dua pria berbadan tegap dengan pakaian serba hitam itu. Tidak ada rasa takut yang ditunjukkan oleh pria tampan tersebut. Pria itu nampak beradu argumen dengan kedua pria tersebut.
Entah apa yang mereka perbincangkan, Bibi tak bisa mendengarnya. Namun sepertinya Atlas terlihat tidak suka dengan kehadiran dua pria asing itu. Laki laki itu berusaha mengusirnya namun dua pria itu terlihat ngeyel.
Butterfly makin tegang dibuatnya. King Atlas kini bahkan terlihat mendorong tubuh kedua pria itu. Tangannya terangkat seolah meminta kedua pria itu untuk angkat kaki dari rumahnya. Untung tak sampai ada perkelahian. Kedua laki laki itu akhirnya pergi setelah Atlas nampak marah.
King Atlas kemudian kembali masuk ke dalam rumahnya. Ia berjalan mendekati pintu kamar Bibi yang terkunci dan mengetuknya.
Tok...tok...tok....
"Bi...." Ucap King Atlas.
Ceklek...
Pintu kamar terbuka. Wanita itu muncul dari balik pintu. Atlas tersenyum. Sedangkan Bibi masih terlihat sedikit tegang.
"Atlas..." Ucapnya.
King Atlas tersenyum manis. "Beres, kan?" Ucap pria itu bangga.
Bibi menghela nafas panjang.
"Aku takut kamu kenapa napa," ucap Bibi.
Atlas terkekeh. Ia masuk ke dalam kamar itu lalu menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dalam posisi terlentang dan kedua lengan yang ia gunakan sebagai bantal.
Bibi mendekat. Ia mendudukkan tubuhnya di samping pria itu.
"Bener, mereka anak buah Matt?" Tanya Bibi.
Atlas menoleh, diam sejenak, lalu tersenyum dan mengangguk.
Bibi menghela nafas panjang. Ia kembali panik. "Gimana ini? Bagaimana mereka bisa tahu kalau aku ada di sini? Mereka pasti akan menangkap aku!" Ucap Bibi ketakutan.
Atlas diam. "Dia tanya apakah aku pernah melihat wanita dengan ciri ciri seperti kamu lewat daerah sekitar sini. Mungkin mereka mulai mencari kamu dari rumah ke rumah," ucap King Atlas berbohong. Padahal para anak buah Matt itu datang untuk mengajaknya pergi. Beberapa hari terakhir ini Atlas memang sering mengabaikan pesan dari raja judi yang kejam itu.
Bibi nampak makin khawatir. Ia benar benar ketakutan. Atlas diam diam mengangkat satu sudut bibirnya melihat reaksi sang wanita. Ia kemudian bangkit dari posisinya. Ia duduk di samping Bibi, lalu menatap lekat lekat paras wanita itu dari samping.
"Jangan khawatir. Aku bisa melindungi mu lebih dari ini. Aku bahkan bisa membawamu pergi dari tempat ini menuju tempat yang jauh lebih aman. Ke luar kota, atau bahkan ke luar negeri," ucap Atlas tenang.
Bibi menoleh.
Atlas tersenyum lucu dengan kepala miring,
"Tapi dengan satu syarat," ucapnya.
Bibi menyipitkan matanya. "Apa?" Tanyanya.
Atlas makin memiringkan kepalanya dan mengikis jarak dengan wanita itu, seolah ingin melihat wajah itu dari dekat.
Bibi mengernyitkan dahinya. Kadang tingkah Atlas sedikit aneh.
"Menikahlah denganku!" Ucap pria itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Nuryanti 94
atlas gak mungkin nyakitin bibi kan. mungkin dgn mengajak nikah bibi atlas bisa lebih leluasa.
2023-11-24
2
Mr.VANO
pikiran atlas sdh menari nari,,ke molekan bibi
2023-11-24
1
Erlangga❤
Nikah asal.gak nyakiti bibi gak ya papa
2023-11-24
1