Pria dengan hoodie hitam dan topi hitam itu berlari menembus malam sembari menarik tangan Bibi. Beberapa pria dengan jarak yang kini cukup jauh itu berlari mengejarnya. Wanita dengan beberapa luka memar yang jalannya sedikit pincang itu sudah kelelahan, tapi si laki-laki terus memaksa wanita itu untuk terus berlari, seolah ingin mengajaknya untuk segera pergi agar terbebas dan pria-pria jahat di belakang sana.
"Udah! Saya capek!!" Ucap Bibi.
"Sebentar lagi! Mereka masih mengejar kita!" Ucap pria misterius yang malam ini tiba tiba datang dan membawa Bibi menjauh dari kejaran anak buah Matt. Entah siapa dia, dan darimana asalnya. Bibi belum sempat menanyakan hal itu. Yang pasti dengan kemunculan pria itu, setidaknya memberi sedikit bantuan untuk Butterfly yang malang.
Bibi menangis. Ia sudah sangat lelah. Berlarian sejak tadi dengan fisik yang lemah, tubuh penuh memar dan luka bekas siksaan, jarang diberi makan, hingga dipaksa bekerja tanpa istirahat.
"Capek! Tolong! Saya nggak kuat!" Ucap Bibi menangis.
"Kesini!" Ucap pria itu sembari menarik tangan Bibi, berbelok ke sebuah semak belukar yang cukup tinggi. Pria itu mengajak Bibi bersembunyi di balik sebuah pohon yang cukup besar dan rindang.
Mereka duduk di sana tanpa suara. Bibi nampak ngos-ngosan. Ia merapatkan kakinya yang gemetar itu serapat mungkin agar tubuhnya tak terlihat oleh komplotan Matt. Ia meringsut, menempelkan tubuhnya pada pria disampingnya seolah meminta perlindungan. Laki laki itu menoleh. Tubuh wanita itu terasa bergetar. Ia kemudian menggerakkan tangannya kaku lalu mendekap tubuh wanita malang itu seolah ingin memberikan perlindungan. Air mata dan keringat Bibi bercucuran. Para anak buah Matt datang. Mereka berhenti tak jauh dari tempat Bibi dan si pria misterius itu bersembunyi. Para anak buah itu nampak celingukan. Mereka kehilangan jejak.
Kedua anak manusia yang tengah dalam persembunyian itu nampak saling pandang. Bibi mendongak menatap wajah pria itu. Laki laki itu menggerakkan tangannya, dan menempelkan jari telunjuknya di bibir seolah meminta Butterfly untuk tetap tenang dan diam. Laki laki yang sepertinya juga lelah itu nampak meringis dan memejamkan matanya seraya mengeratkan pelukannya atas Butterfly. Sedangkan Butterfly yang sudah ketakutan setengah mati kini nampak menunduk sambil memeluk kedua lututnya. Jantungnya berdebar sangat cepat. Doa doa ia rapalkan di dalam hatinya. Ia benar-benar takut ketahuan. Ia akan benar benar mati jika sampai itu terjadi!
"Kemana perempuan itu?!" Tanya salah seorang anak buah Matt pada kawannya.
"Kita coba cari ke sana! Disana sudah jalan raya. Mungkin Gawat kalau dia sampai berhasil kabur dan lapor polisi!" Ucap salah satu rekannya sembari menunjuk ke arah depan.
"Baiklah! Ayo!"
Para anak buah Matt itupun mengangguk. Mereka kemudian bergegas pergi meninggalkan tempat itu menuju ke arah jalan raya. Melanjutkan pencarian mereka untuk menemukan kupu kupu cantik yang hilang di tengah malam.
Bibi membuang nafas panjang. Lega! Untuk saat ini ia aman dari kejaran para anak buah Matt Robinson. Wanita itu lirih mengucap syukur. Membuat pria misterius yang sejak tadi memeluk dirinya itu nampak menoleh ke arahnya.
"Kau tidak apa apa?" Ucap pria itu saat para anak buah Matt sudah pergi.
Bibi menoleh. Ia nampak menggelengkan kepalanya.
"Terimakasih. Sudah menolong saya malam ini," ucap Butterfly pada pria yang mungkin seumuran dengannya itu.
Laki laki itu tersenyum lagi. "Saya hanya kebetulan lewat," ucapnya.
Bibi mengangguk sambil tersenyum.
"Sekarang kamu mau kemana? Mereka sepertinya belum jauh," tambah pria itu.
Bibi diam tak menjawab. Ia nampak menunduk, lalu menggelengkan kepalanya samar. Kemana ia akan pergi? Rumah dan saudara saja ia tak punya.
"Saya sebatang kara. Saya nggak punya tempat tinggal," ucapnya kemudian dengan suara lirih.
Laki laki itu diam sesaat. Ia nampak memiringkan kepalanya menatap paras cantik itu. "Jadi?" Ucapnya kemudian.
Bibi menghela nafas panjang. Ia kemudian menggelengkan kepalanya lagi. Laki laki itu diam lagi. Ditatapnya paras cantik dengan beberapa luka memar dan di sekujur tubuhnya tersebut.
"Ya sudah. Bagaimana kalau kamu ikut saya malam ini. Orang orang itu mungkin masih mencari cari kamu nanti. Untuk sementara kamu bisa tinggal di rumah saya sampai semuanya aman," ucap pria itu dibarengi dengan senyuman ramah.
Bibi mendongak. Ia menatap paras yang terlihat tampan di tengah tengah kegelapan itu.
"Tenang saja. Saya bukan orang jahat," ucap pria itu.
"Tapi ......"
"Apa kamu punya pilihan lain? Ini sudah sangat malam. Saya lihat kondisi kamu juga sedang kurang baik," ucap pria itu.
"Tapi saya takut merepotkan," ucap Bibi.
"Dalam situasi seperti ini kami masih memikirkan itu? Saya justru takut kamu kenapa kenapa," jawab laki laki itu.
Bibi diam lagi. Laki laki itu tersenyum lagi. Terlihat manis. Ia kemudian mengulurkan tangannya.
"King Atlas! Panggil saja Atlas" Ucapnya.
Bibi diam. Ia menatap telapak tangan yang terulur itu dan sang pemilik secara bergantian. Laki laki itu nampak menggerakkan kepalanya seolah menunggu jawaban dari Butterfly.
Wanita itu kemudian menggerakkan tangannya, menyambut uluran tangan itu sambil tersenyum.
"Saya Butterfly. Panggil saja Bibi," ucapnya.
King Atlas tersenyum. "Nama yang unik,"
"Nama kamu juga," jawab Bibi.
King Atlas tersenyum. "Kita pergi sekarang? Mumpung mereka tidak ada di sini," ucapnya.
Bibi diam sejenak, lalu tersenyum dan mengangguk. Atlas kemudian bangkit. Ia mengulurkan tangannya hendak membantu Butterfly untuk berdiri. Wanita itupun kemudian menyambut uluran tangan itu. Atlas merapikan topi dan hoodie nya. Keduanya lantas bergegas pergi dari tempat itu dengan sembunyi sembunyi dan hati hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Dewi Anggya
lanjuuuuut
2024-01-28
2
Desyi Alawiyah
semoga King Atlas bener" orang baik...😌
2023-11-20
1
Mr.VANO
curiga jalan terus,,niat hati king atlas tdk tahu,ap dia baik apa tdk...
2023-11-20
1