Malam menjelang saat jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari.
Sebuah jeep hitam berhenti di sebuah halaman luas rumah megah yang dulu menjadi rumah kediaman Butterfly Lvovna Carson dan orang tuanya.
Pria tampan dengan jaket hitam itu turun dari mobilnya. Dengan wajah datar dan terkesan angkuh khas seorang King Atlas, pria itu berjalan mendekati pintu utama rumah mewah yang dijaga puluhan anak buah berpenampilan serba hitam itu. Para anak buah itu nampak membungkuk kala laki laki tampan berusia dua puluh lima tahun itu melewati mereka.
Lagi lagi, Atlas tak peduli. Ia nampak begitu acuh. Pria itu terus mengayunkan kakinya memasuki bangunan berlantai tiga itu. Ia berjalan menuju ruang tengah, lalu mendudukkan tubuhnya di sebuah sofa panjang yang berhadapan langsung dengan televisi besar yang tertempel di dinding.
Atlas menggerakkan tangannya meraih sebuah botol bir disana, menuangkan isinya ke dalam gelas sloki lalu menenggaknya. Hal tersebut berulang beberapa kali. Satu kakinya di tekuk di atas kaki yang lain. Ia nampak begitu santai menikmati alkohol nya seorang diri sembari menyaksikan layar televisi yang menyala itu. Hingga tiba tiba....
"Oh, Tuan muda sudah datang rupanya..."suara itu menggema dari arah belakang tempat dimana King Atlas berada. Laki laki berjambang tipis itu kemudian menoleh dengan tenang, dilihatnya di sana Matt Robinson nampak berjalan mendekat ke arahnya bersama Tristan, sang anak buah, yang berada di belakangnya. Sorot matanya nampak angkuh. Pria berkemeja putih itu nampak menatap tajam ke arah King Atlas yang baru saja tiba setelah berhari hari ia nantikan kedatangannya.
Atlas diam. Bola matanya bergerak mengamati penampilan Matt dari atas sampai bawah. Seperti biasa, pria itu selalu berpenampilan rapi bak orang sukses.
Atlas melengos. Ia kembali memalingkan wajahnya, mengarahkan pandangannya ke arah televisi sembari kembali menenggak alkoholnya.
Matt mendudukkan tubuhnya di sebuah sofa single di sana. Ia menatap tajam ke arah Atlas yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih muda dari dirinya itu.
Matt melipat satu kakinya di atas kaki yang lain. Sedangkan satu lengannya ditekuk di atas sandaran samping sofa dan memainkan jari jarinya.
"Sepertinya kau begitu sibuk beberapa hari ini, sampai sampai kau mengabaikan perintahku!" Ucap Matt.
Atlas tak langsung menjawab. Ia kembali menuangkan bir ke dalam gelas slokinya.
"Perintahmu yang mana yang ku abaikan?" Atlas menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa lalu menoleh ke arah Matt. "Bukankah aku adalah anak buahmu yang paling patuh dan selalu bisa kau andalkan?" Tanyanya kemudian.
Matt menajamkan pandangannya. "Sepertinya aku mulai ragu untuk menyematkan predikat itu lagi padamu! Bahkan untuk mencari seorang wanita saja kau tidak mampu!" Ucap Matt mulai tidak suka. Atlas terlihat menyepelekan dirinya yang kini berada di sampingnya.
Atlas menenggak alkoholnya lagi. Ia mengangkat satu sudut bibirnya menatap ke arah Matt Robinson.
"Apa sekarang kau mulai merambah dunia prostit*si? Untuk apa kau repot repot mencari wanita itu, sedangkan kau bisa mendapatkan puluhan wanita dalam satu malam," ucap King Atlas.
"Sejak kapan kau mulai berani mencampuri urusan pribadiku?" Tanya Matt mulai menampakkan sosok iblis dalam dirinya. "Aku hanya memintamu mencari wanita itu. Seret dia ke hadapanku, hidup atau mati!"
Atlas mengangkat satu sudut bibirnya. "Mungkin dia sudah mati. Wanita manja seperti dia mana mungkin bisa bertahan di luar sana," ucap pria itu.
Matt makin menajamkan pandangannya. Atlas menenggak alkoholnya untuk terakhir kali. Ia kemudian bangkit sembari merapikan jaketnya yang sebenarnya sudah rapi.
"Aku harus pergi. Aku masih punya banyak urusan!" Ucap Atlas yang kemudian berbalik badan dan mengayunkan kakinya hendak pergi meninggalkan tempat itu. Namun tiba-tiba....
"Tunggu!" Suara itu menggema lagi. Terdengar lantang. Membuat Atlas pun menghentikan laju kakinya dengan tenang.
"Kembali!" Titah pria itu lagi.
Atlas menajamkan pandangannya mendengar ucapan yang terdengar kurang ramah itu. Ia mengangkat kepalanya kemudian berbalik badan menatap malas ke arah laki-laki yang kini nampak bangkit dan berjalan mendekatinya sambil menyingsingkan lengan bajunya.
"Sepertinya kau lupa dengan tugasmu di dunia ini anak pembawa sial. Apa perlu ku ingatkan lagi tentang dirimu dan segala masalah yang sudah kau timbulkan selama ini?" Tanya Matt yang kini berdiri tepat di hadapan Atlas.
Atlas memiringkan kepalanya dengan mata mendelik menatap ke arah Matt.
"Ingat, kau adalah seorang pembunuh. Kau membunuh ayah dan ibumu. Kau harusnya tidak berada disini. Tempatmu di neraka! Kau...adalah iblis pembawa sial. Mati pun tidak akan ada yang menangisi mu! Begini kah caramu berterima kasih pada orang yang sudah membantumu untuk tetap hidup, hem? Begini kah caramu menebus semua dosa dosamu, wahai pembunuh?" Tanya Matt dengan mata iblisnya. Ia berucap dengan wajah penuh dendam, seolah ingin menyadarkan King Atlas, siapa ia sebenarnya.
Atlas nampak menggelengkan kepala cepat. Mimik wajahnya yang semula datar dan angkuh kini berubah. Ia bak seorang anak kecil yang menolak dikata katai oleh teman sepermainannya.
"Tidak! Aku bukan pembunuh!" Ucapnya sambil terus menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Kau pembunuh!!" Tambah Matt makin lantang.
"Aku bukan pembunuh!"
"KAU PEMBUNUH! Kau pembunuh ibumu! Kau pembunuh ayahmu! Kau pembawa sial! Harusnya kau yang mati, bukan ayah dan ibu! Inikah balasanmu untukku yang sudah mati matian membesarkan mu!! Harusnya kau tunduk pada perintahku! Kau mengikuti semua kata kataku! Hanya itu yang bisa kau lakukan untuk menebus semua dosa dosamu karena sudah membunuh ayah dan ibu...! Anak tidak tahu diri! Anak pembawa sial! Harusnya ayah dan ibuku masih berada di sini! Dan kau....kau harusnya yang mati!! Bukan ayah dan ibuku....!!" Ucap Matt memburu dan tanpa jeda.
"STOOOPP...!! AKU BUKAN PEMBUNUH! AKU TIDAK MEMBUNUH!" King Atlas histeris. Ia menutupi kedua daun telinganya menggunakan kedua telapak tangannya sambil terus berucap "aku bukan pembunuh". Ia tidak mau mendengarkan kata kata yang keluar dari mulut Matt. Ia tidak suka. Ia benci. Ia bukan pembunuh.
Matt Robinson terus memaki maki King Atlas. Atlas makin tak terkendali sambil menutupi kedua daun telinganya. Ia bergerak ke sana kemari seolah tak bisa mengontrol gerakannya sendiri. Ia histeris. Ia berteriak-teriak bak orang kesurupan. Ia menangis. Ia berjongkok. Meringkuk. Menjerit. Ketakutan.
Sungguh, ia menjadi sosok lain yang terlihat tidak normal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Erlangga❤
atlas kyak punya trauma gitu ya.. kok bisa jerit2 kyak org gila
2023-11-26
2
Viena Alfiatur Rohman
Apa hubungan Mat dan atlas ini adalah kakak beradik? Apa atlas punya kelainan yah..apa bner dia yang udah bunuh orang tuanya sendiri
2023-11-26
1
Desyi Alawiyah
lanjut kak author...ttp semangat yah...😀😀✌
2023-11-26
1