Malam menjelang, saat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
Ceklek...
Pintu kamar itu terbuka. Pria tampan dengan jaket dan topi hitam itu nampak keluar dari ruangan tersebut sembari membawa sebuah tas ransel sedang di punggungnya.
Atlas nampak mengunci pintu kamarnya dari luar kemudian memasukkan kunci itu ke dalam saku celananya. Ia lantas berbalik badan. Berjalan mendekati pintu kamar Butterfly yang masih tertutup.
Tok ... tok ... tok ....
Pintu di ketuk.
Ceklek ...
Kusen pintu itu nampak dibuka dari dalam. Wanita cantik dengan piyama lengan pendek berwarna putih itu nampak muncul dari balik pintu.
"Atlas..." Ucap Bibi.
"Hai!" Jawab pria itu sambil menampilkan senyuman manis khas dirinya.
"Udah mau berangkat?" Tanya Butterfly.
"Iya. Aku udah harus berangkat," jawab King Atlas. "Aku tinggal sebentar, ya. Kunci semua pintu dan jendela. Dan jangan keluar dari rumah apapun yang terjadi. Kalau ada apa apa, kamu hubungi aku," ucap pria tersebut.
Bibi mengangguk. Atlas tersenyum. Tangannya tergerak mengacak-acak lembut pucuk kepala berambut panjang itu.
"Kamu hati hati, ya. Udah malam, soalnya," ucap Bibi.
Atlas terkekeh. "Aku bisa menjaga diriku sendiri," ucap pria itu.
Bibi tersenyum. Keduanya pun lantas berpisah. Bibi mengantarkan Atlas sampai ke depan pintu. Wanita tersebut kemudian bergegas menutup pintu utama rumah tersebut dan menguncinya dari dalam setelah Atlas berlalu pergi meninggalkan rumahnya dengan mobil jeep miliknya.
Sementara itu di lain tempat, King Atlas nampak melajukan mobil jeep nya dengan kecepatan sedang. Pandangannya menatap lurus ke depan. Mimik wajahnya datar tanpa ekspresi. Suasana di dalam mobil itu nampak sepi, hening, sunyi tanpa ada suara apapun yang terdengar disana selain suara mesin mobil.
Pria itu kemudian mengangkat dagunya. Tangannya tergerak merogoh saku jaketnya. Dikeluarkannya selembar foto dari dalam sana. Sebuah foto bergambar wanita cantik yang sudah berhasil membuatnya tergila-gila. Di tatapnya foto itu sembari satu tangannya terus sibuk dengan kemudinya.
Seutas senyuman smirk terbentuk dari bibirnya. Kepala nampak miring, menatap lapar ke arah secarik kertas yang menampilkan wajah Butterfly itu.
"My butterfly...." Ucapnya dibarengi dengan tawa psikopat yang mengerikan.
Ia kemudian menggerakkan tangannya lagi. Menempelkan foto itu di wajahnya. Ia mencium foto itu, lalu menghirup aroma kertas bergambar tersebut dalam dalam. Ia menggerakkan bibirnya mencumbu kertas itu. Pikirannya melayang layang, membayangkan tubuh molek penuh luka yang ia lihat dengan jelas di pagi dan sore hari tadi melalui kamera pengawas miliknya yang diam diam ia pasang di kamar Bibi.
Atlas tersenyum seorang diri. Ia makin kuat menghirup aroma foto itu. Seolah begitu menikmati pemikirannya yang melayang-layang bersama Butterfly. Andai ia bisa menjamah tubuh mulus itu. Pasti sangat nikmat dan memabukkan.
Mobil itupun terus melaju menembus malam. Atlas menjalankan mobilnya sambil terus membayangkan hal yang indah indah bersama Butterfly.
---
Sepuluh menit berselang. Mobil jeep itu sampai di sebuah club malam yang berada di tengah kota. Atlas yang sudah kembali ke mode datar itu kemudian turun dari kendaraannya sembari membawa sebuah ransel sedang miliknya.
Pria itu kemudian berjalan menuju bangunan dua lantai itu. Dua penjaga yang berada di depan pintu itu nampak membungkukkan badannya kala melihat kedatangan King Atlas yang memang cukup di kenal di tempat itu.
Atlas masuk ke dalam bangunan itu. Hingar bingar kehidupan malam pun menyambut kedatangannya. Suara musik DJ yang menggema memekakkan telinga, goyangan goyangan erotis para pengunjung serta aroma alkohol, parfum, rokok, serta keringat yang bercampur menjadi satu adalah hal lumrah yang selalu ia jumpai kala memasuki ruangan terkutuk itu.
Atlas nampak acuh. Ia mengabaikan beberapa panggilan panggilan nakal dari para wanita disana. Ia sudah sangat biasa dengan hal hal semacam itu. Dan hingga saat ini ia tak pernah tertarik dengan wanita wanita tersebut. Jangankan menyentuh, meliriknya pun ia tak pernah.
Pria tersebut kemudian menggerakkan kakinya menapaki anak tangga menuju lantai dua bangunan bercahaya remang remang itu. Di dekatinya sebuah ruangan bertuliskan VVIP yang nampak dijaga oleh dua orang pria berbadan algojo.
Kedua penjaga itu nampak membungkukkan badannya melihat kedatangan Atlas. King Atlas kemudian membuka pintu ruang VVIP tersebut dan masuk ke dalamnya.
Beberapa pria nampak duduk di sofa yang mengelilingi sebuah bangku rendah berbentuk persegi panjang. Terlihat juga disana, beberapa wanita nampak menemani pria pria hidung belang berdompet tebal itu. Ada yang dipangku, bersandar, bahkan bercium*n selayaknya sepasang suami istri yang tengah dimabuk asmara.
Seorang pria berkulit gelap dengan kepala plontos yang nampak dikelilingi tiga wanita malam itu kemudian mengangkat dagunya kala melihat kedatangan sang Atlas.
"Tuan Atlas..." Ucap pria itu nampak berbinar.
Atlas mengangkat satu sudut bibirnya. Laki laki itu kemudian menggerakkan tangannya, seolah mempersilahkan Atlas untuk duduk di sebuah bangku kosong di sana.
Atlas tak menjawab. Lagi-lagi, pria itu hanya mengangkat satu sudut bibirnya sembari menampilkan mimik wajah datar dan terkesan angkuh. Ia kemudian mendudukkan tubuhnya di bangku itu.
"Sudah lama saya menunggu anda, Tuan. Mana pesanan saya?" Tanya pria berkulit gelap itu.
King Atlas tak menjawab. Tanpa mengucap sepatah katapun, laki laki itu kemudian melepaskan tas ranselnya. Di letakkannya tas itu di atas meja rendah disana, lalu dikeluarkannya sebuah benda terbungkus kertas amplop coklat dari sana.
King Atlas kemudian membuka kertas coklat itu. Ribuan pil ekst*si berwarna warni nampak berhamburan di dalam kertas amplop itu. Laki laki berkulit gelap tersebut nampak mengangkat dagunya melihat setumpuk pil kesukaannya itu. King Atlas memang selalu bisa diandalkan!
Laki laki itu tertawa. Ia menggerakkan tangannya hendak meraih kertas coklat itu. Namun belum sempat tangan itu menyentuhnya, King Atlas sudah buru buru menampiknya sembari menghunuskan sebuah tatapan mata tajam ke arah pria itu. Seolah tak mengizinkan laki laki tersebut untuk menyentuh barang dagangannya sebelum ada uang yang ia terima.
Laki laki berkulit gelap itu tertawa. "Oh, baiklah! Santai saja, Tuan! Saya bukan orang miskin!" Ucap pria itu.
Laki laki itu kemudian menjentikkan jarinya, seolah memerintahkan kepada anak buah nya untuk mendekat. Seorang anak buah yang sejak tadi berdiri di tempat itupun paham. Ia kemudian mendekat dengan membawa sebuah koper di tangannya lalu meletakkan koper itu di atas meja, tepat di hadapan Atlas yang sejak tadi hanya menampilkan wajah datar terkesan angkuh.
Atlas membuka koper itu. Setumpuk uang dolar terpampang jelas di hadapannya. Jumlahnya sangat banyak. Itu adalah harga yang harus dibayar untuk setumpuk pil ekst*si yang Atlas jual.
Atlas mengambil alih koper itu. Sedangkan si pria berkulit gelap itu kini meraih pil ekst*sinya. Atlas lantas menutup koper itu. Tanpa basa basi, ia pun bergegas bangkit dari tempat itu dan pergi dari sana tanpa berucap sepatah katapun.
Atlas berjalan menuruni tangga sambil membawa kopernya. Tiba tiba...
"Tuan!" Ucap seorang pria berpenampilan serba hitam yang sepertinya sudah menunggunya sejak tadi. Ya, itu adalah salah satu anak buah Matt Robinson.
Atlas menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke arah pria itu. Diam sejenak, kembali berjalan lurus ke depan dengan mode angkuh tanpa menoleh ke arah pria itu.
"Anda sudah mendapatkan uangnya?" Tanya pria yang kini mengikuti langkah kaki Atlas itu. Keduanya nampak berjalan keluar club malam itu.
"Tuan Matt menunggu anda di markas, Tuan. Dia ingin menanyakan tentang hasil pencarian kita terhadap putri Tuan Danilo. Tuan Matt bilang anda susah dihubungi beberapa hari ini," tambah pria itu lagi.
Atlas masih tak menjawab. Ia terus berjalan menuju mobilnya
"Lebih baik anda segera datang ke markas, sebelum Tuan Matt marah!" Lanjut anak buah itu.
Atlas menghentikan langkahnya kala mendengar ucapan itu. Kini ia sudah sampai di samping mobilnya.
Atlas menoleh ke arah pria berpenampilan serba hitam itu.
"Siapa kau berani mengaturku?" Tanyanya dingin dan menyeramkan.
Anak buah Matt tersebut lantas menunduk.
"Maafkan saya, Tuan," ucapnya.
"Bilang pada tuan mu, jika dia tidak bisa bersabar, cari sendiri!" Ucap Atlas dingin dan mengerikan. Sang anak buah tidak berani menjawab. Atlas kemudian membuka pintu mobilnya. Ia masuk ke dalam sana lalu melajukan kendaraan itu meninggalkan tempat tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
baru mulai baca..ayo semangat up kk..
2023-11-23
3
Mr.VANO
lanjut kak al
2023-11-23
1
Mr.VANO
ancor mina,,matt solar dan kingdom dua cogan yg menginginkan bibi yg cantik,,,aduuu bi di kamarmu ada layar tancap,menembus ke kamar kingkong,,
2023-11-23
1