Teka Teki

Beberapa jam kemudian di ruang tamu kediaman King Atlas. Bibi nampak duduk di sebuah sofa panjang di sana. Atlas datang dari dapur dengan sebuah nampan berisi secangkir teh hangat.

"Minum dulu biar kamu lebih tenang!" Ucap pria itu sembari menyodorkan cangkir berisi teh itu pada Butterfly.

Bibi pun menerimanya. Atlas tertawa kecil melihat mimik wajah Bibi yang nampak tegang itu.

"Udah. Jangan takut gitu. Kamu aman kok disini. Kan ada aku!" Ucap Atlas sembari mengacak-acak lembut pucuk kepala Butterfly.

Bibi menoleh.

"Aku cuma takut kalau mereka nemuin aku disini," jawab Bibi.

"Aku yang akan menghadapi mereka!" Jawab Atlas yakin. "Selama kamu masih ada di sini, itu artinya, kamu tanggung jawab ku. Dan akan aku pastikan bahwa kamu akan selalu aman jika berada di sampingku!" Lanjut pria itu.

Bibi diam sejenak, lalu tersenyum simpul mendengar ucapan laki laki itu. Atlas meringsut. Ia tersenyum sangat manis dengan kepala yang nampak miring.

"Dah, untuk saat ini, nggak usah keluar keluar dulu. Tetap di rumah, dan jangan kemana mana sampai situasi aman untukmu," ucap pria itu.

Bibi diam. Ditatapnya paras tampan itu dengan seksama. Beruntung baginya bertemu dengan Atlas. Laki laki itu benar benar seperti malaikat yang tiba tiba datang menyelamatkan hidupnya. Seutas senyum simpul samar samar terbentuk dari bibir merah wanita itu.

"Oh ya, nanti malam aku harus bekerja. Jadi aku harus meninggalkan kamu sendiri nanti. Tapi jangan khawatir, kamu cukup tetap diam di rumah dan jangan kemana mana. Kalau ada apa apa, kamu bisa menghubungi ku," ucap Atlas.

"Kamu kerja dimana? Terus kalau kamu pergi aku sama siapa? Aku hubungin kamu nya lewat apa? Kan aku nggak pegang hp!" Ucap Bibi panik lagi.

Atlas diam sejenak. Ditatapnya paras ayu yang nampak tegang itu, lalu....

"Tunggu sebentar!" Ucap laki laki itu. Atlas kemudian bangkit dari posisi duduknya. Ia berjalan menuju kamarnya dan masuk ke dalam sana. Tak berselang lama, laki laki itu kembali keluar dari kamar itu dengan membawa sebuah box ponsel pintar di tangannya.

Bibi diam.

"Aku minggu lalu dibelikan ponsel baru oleh sepupuku. Hadiah ulang tahun. Belum aku pakai," katanya sembari membuka box ponsel itu dan mengeluarkan sebuah ponsel pintar keluaran terbaru dari dalam sana.

Bibi diam. Atlas kemudian menyodorkan ponsel yang sudah dilengkapi sim card itu pada Bibi.

"Kamu bisa pakai ini dulu," ucapnya.

Bibi membuka mulutnya. Hendak menolak namun Atlas memaksa.

"Nggak, kamu udah terlalu banyak nolong aku," ucap Bibi.

"Terus gimana aku bisa menghubungi kamu kalau kamu aja nggak punya hp. Kalau ada sesuatu yang mengancam kamu gimana?" Tanya Atlas.

"Ayolah! Lagian sayang hp mahal daripada nggak kepakai," bujuk Atlas. Laki laki itu kembali menyodorkan ponsel tersebut. Bibi nampak berfikir sejenak. Setelah terus dibujuk dan setengah memaksa, wanita itupun akhirnya menurut juga. Diterimanya ponsel itu dengan sebuah senyuman kaku di bibirnya. Sungguh, Bibi merasa banyak berhutang budi pada pria tampan itu.

"Aku nggak tahu harus bilang apa lagi sama kamu. Aku banyak berhutang budi sama kamu," ucap Bibi.

Atlas tersenyum, bahkan terkekeh mendengar ucapan Butterfly.

"Cukup jadi teman yang baik. Lagian tidak semua orang ku perlakukan baik seperti ini. Hanya orang orang tertentu," ucap Atlas.

Butterfly mengernyitkan dahinya.

"Maksudnya?" Tanya wanita itu.

Atlas menggerakkan tangannya menampik angin.

"Lupakan!" Ucapnya.

Bibi tersenyum lagi.

"Oh ya, kamu kerja dimana? Kok berangkatnya malam?" Tanya Butterfly.

"Aku bekerja di rumah sakit sebagai perawat. Aku berangkat sesuai shift ku," ucapnya.

"Ooh...." Jawab Bibi sambil mengangguk.

Atlas tersenyum. "Kamu lapar?" Tanyanya lagi.

Bibi menggelengkan kepalanya. "Nanti aja aku bikin sendiri. Aku nggak mau ngerepotin terus," jawab wanita itu.

"Aku tidak merasa direpotkan. Aku.............."

Drrrttt.... drrrttt.....

Belum selesai dengan ucapannya, ponsel King Atlas yang berada di dalam saku celananya tiba tiba bergetar. Laki laki itu lantas menghentikan ucapannya. Dirogohnya saku celana itu lalu mengeluarkan ponsel miliknya tersebut. Sebuah panggilan telepon masuk. Ia kemudian menoleh ke arah Bibi sambil tersenyum.

"Sebentar, aku angkat telefon dulu," ucap pria itu.

Butterfly mengangguk. Pria itu kemudian bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut untuk menerima telepon dari seseorang yang sangat ia kenal.

...****************...

Sementara itu di tempat terpisah. Di sebuah kantor polisi yang berada di kota itu.

Tok...tok...tok...

"Masuk!"

Ceklek...

Seorang perwira polisi berpakaian preman nampak masuk ke dalam ruangan atasannya.

"Selamat siang, Pak!" Ucap sang perwira polisi muda itu sambil memberikan hormat.

"Siang!" Jawab pria berusia tiga puluh enam tahun yang kini tengah duduk di kursi kerjanya itu. Pria yang diketahui bernama Devano itu kemudian menggerakkan tangannya, mempersilahkan sang anak buah untuk duduk di salah satu kursi di sana.

Sang anak buah pun menurut.

Devano menegakkan posisi duduknya. Ia menekuk kedua lengannya di atas meja dan menatap tenang ke arah sang anak buah.

"Bagaimana? Ada hasil?" Tanya pria yang lebih akrab disapa Devan itu.

Sang anak buah kemudian merogoh saku celananya. Mengeluarkan sebuah ponsel yang berada di dalam sebuah kantong plastik flip dan menyodorkan benda itu pada sang atasan.

"Itu adalah ponsel Tuan Danilo yang kami temukan di bawah dasboard mobil yang rusak, Pak. Tapi kondisinya sekarang mati," ucap perwira polisi itu.

Devan diam.

"Kami belum bisa meminta keterangan dari pihak keluarga, Pak. Rumah mendiang Tuan Danilo sudah dijual. Kabarnya pembelinya adalah seorang pengusaha kaya raya. Semua pembantu rumah diganti. Tidak ada yang bisa kamu wawancarai," ucap si anak buah yang diketahui bernama Taufan itu.

"Anaknya?" Tanya Devan.

"Menurut keterangan penjaga dari pemilik rumah yang baru, putri tunggalnya sudah pindah ke luar negeri," ujar Taufan lagi.

"Kami juga tidak menemukan tanda tanda kerusakan mesin atau sejenisnya pada mobil Tuan Danilo. Dapat kami pastikan bahwa mobil dalam kondisi layak jalan saat peristiwa kecelakaan itu terjadi.

Devano diam lagi. Laki laki itu nampak berfikir sambil menatap ponsel di dalam kantong plastik flip itu dengan seksama.

Ya, peristiwa kecelakaan tragis yang menimpa konglomerat bernama Tuan Danilo Jones Carson beberapa waktu lalu berhasil menyita perhatian polisi. Pasalnya, menurut keterangan beberapa warga setempat, laju mobil sempat terlihat ugal ugalan dan tak tentu sesaat sebelum kejadian. Hal itupun menimbulkan kecurigaan pihak yang berwajib. Kini, tim polisi yang dipimpin Devano sedang berusaha untuk mencari bukti dan mengumpulkan keterangan sejumlah saksi untuk menguak kasus yang masih penuh misteri tersebut. Ini kerja berat. Mengingat menurut penuturan anak buahnya, sudah tidak ada sesiapa pun dari pihak keluarga yang dapat dimintai keterangan terkait kejadian naas kurang lebih satu minggu yang lalu itu.

Terpopuler

Comments

Putri Cikal

Putri Cikal

sepertinyah king atlas spikopat yg terobsessi sm bibi

2024-01-25

3

Radya Arynda

Radya Arynda

sabar ya flay semogah dia bener2 baik

2023-11-23

1

Mr.VANO

Mr.VANO

lanjut thor

2023-11-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!