Ke Kantor Polisi

Siang menjelang, saat jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Mobil jeep hitam itu nampak melesat menembus jalan raya ibukota yang cukup lengang. Lalu linta siang ini tak terlalu padat. Mungkin lantaran belum masuk jam istirahat ataupun pulang kantor.

King Atlas nampak melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sedangkan Butterfly yang berada di sampingnya kini nampak diam sambil mengarahkan pandangannya lurus ke depan.

King Atlas yang sejak tadi tak mendengar suara Butterfly itu kemudian memulai perbincangan.

"Kenapa dari tadi diam saja? Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Atlas.

Bibi menoleh. Ia kemudian tersenyum.

"Enggak," ucapnya sambil menggelengkan kepalanya samar.

"Lalu?" Tanya pria itu lagi.

"Aku rindu kedua orang tuaku," ucap Bibi.

Atlas tersenyum. "Memang seperti itu rasanya ketika kita kehilangan orang yang kita sayang. Apalagi orang tua. Tapi percayalah, semua akan baik baik saja setelah ini," ucap laki laki berjambang tipis itu sambil terus melajukan kendaraannya.

Bibi tersenyum menatap paras tampan itu dari samping.

"Apa kamu dulu juga seperti aku waktu ditinggal pergi orang tuamu?" Tanyanya kemudian.

Degh....

Atlas tak menjawab.

"Mungkin nasib kita sama. Cuma kamu lebih beruntung aja, karena kamu masih memiliki semua hak kamu sepenuhnya. Nggak seperti aku. Aku terusir dari rumahku sendiri," ucap Bibi nampak sedih. Ia nampak menatap lurus ke depan. Meratapi kehidupannya yang malang. Yang berubah seratus delapan puluh derajat setelah ditinggal pergi ayahandanya untuk selama lamanya. Butterfly yang masih dalam masa berkabung itu mungkin terlalu meratapi nasibnya, sampai sampai ia tak menyadari, ada perubahan mimik wajah yang terjadi pada pria di sampingnya. Senyuman itu mendadak hilang. Sorot matanya menajam menatap lurus ke depan. Tangannya makin erat memegang setir mobil itu. Dadanya nampak naik turun, seolah bergemuruh di dalamnya. Entahlah, ada apa dengan King Atlas.

Bibi masih sibuk dengan pemikirannya sendiri. Tiba tiba....

Ciiiittttt.....

Atlas membanting setir nya tiba tiba. Membuat Bibi yang asyik melamun itupun terkejut dibuatnya. Pria itu nampak membelokkan mobilnya, masuk ke area parkir sebuah coffee shop yang berada di pinggir jalan.

Bibi yang masih setengah kaget itupun menoleh.

"Atlas?" Ucap Bibi pada pria yang mendadak tak bersahabat itu.

"Ada apa?" Tanya Bibi lagi masih bingung.

King Atlas melepaskan sit belt nya lalu menoleh ke arah wanita cantik itu.

"Tunggu sebentar. Aku mau beli kopi dulu!" Ucap laki laki itu singkat. Bibi terdiam. Ia hanya mengangguk samar. Sedangkan Atlas kini nampak buru buru turun dari mobilnya dan berjalan masuk ke dalam cafe itu meninggalkan Bibi seorang diri di dalam mobil jeep yang terparkir di halaman cafe itu.

Bibi menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi mobil tersebut. Pandangannya kembali terarah ke luar jendela. Ia memilih berdiam diri di dalam mobil itu sambil menunggu Atlas keluar dari coffee shop disana.

Cukup lama Bibi menunggu. Sekitar kurang lebih sepuluh menit berselang, tiba tiba....

Degh....

Butterfly membelalakkan matanya. Dua orang pria berbadan tegap dengan wajah sangar nampak keluar dari coffee shop itu. Itu adalah anak buah Matt! Bibi hafal wajah dua pria itu. Dua pria yang sempat menyiksanya beberapa hari lalu saat ia masih berada di dalam genggaman Matt.

Kedua pria itu kini berdiri di depan pintu cafe. Keduanya nampak celingukan, mengedarkan pandangannya ke segala arah sembari menikmati rokok di tangan keduanya.

Bibi mulai ketakutan. Mungkin anak buah Matt itu masih ditugaskan berpencar untuk mencarinya. Gawat bagaimana ini. Bagaimana jika ia ketahuan dan berhasil di tangkap.

Bibi celingukan. Ia kemudian bergerak cepat. Dengan segera ia merosot badannya. Ia mendudukkan badannya di ruangan sempit di depan jok mobil yang semula ia duduki.

Cukup lama Bibi duduk meringkuk disana. Bersembunyi agar tak terlihat oleh para anak buah Matt. Wanita itu kembali merapalkan doa doanya. Ia benar benar ketakutan. Ia tak mau tertangkap lagi. Hingga tiba tiba....

Klek....

Pintu kemudi mobil terbuka. Bibi terjingkat kaget. Ia mendongak menatap ke arah sumber suara.

Itu King Atlas! Ia sudah keluar dari coffee shop itu dengan sebuah paper bag di tangannya berisi dua cup kopi hangat.

"Atlas!" Ucap Bibi gemetar.

Atlas mengernyitkan dahinya. Ia masuk ke dalam mobil itu, duduk di sana dan meletakkan paper bag nya di atas dashboard.

"Kamu kenapa? Ngapain sembunyi disitu?" Tanya pria tersebut sembari menutup pintu mobilnya.

Bibi tak mengubah posisinya.

"Atlas, aku melihat anak buah Matt di cafe itu!" Ucap Bibi ketakutan.

Atlas nampak mengernyitkan dahinya. Ia kemudian mengangkat kepalanya, mengedarkan pandangannya ke segala arah mencari sosok anak buah Matt yang Butterfly sebutkan.

"Anak buah Matt? Mana?" Tanyanya.

"Ada tadi di situ. Mereka dua orang pakai baju serba hitam. Mereka keluar dari cafe itu! Aku takut...! Aku nggak mau di tangkap lagi!" Ucap Bibi benar benar ketakutan.

Atlas menggelengkan kepalanya. Tangannya tergerak meraih lengan Bibi seolah mengajaknya untuk keluar dari tempat persembunyiannya itu.

"Bi, tenang! Nggak ada siapa siapa disini. Nggak ada orang pakai baju serba hitam disini. Bangunlah! Lihat! Nggak ada siapa siapa!" Ucap Atlas menenangkan wanita itu.

"Tadi ada..!!" Ucap Bibi menangis. Melihat dua pria anak buah Matt saja rupanya sudah sangat berhasil membuat Bibi ketakutan. Sepertinya gadis itu benar benar trauma dengan sekumpulan pria gila itu.

"Bi, tenanglah! Bangun! Ada aku! Kalaupun mereka ada, biar aku yang menghadapi mereka! Jangan takut...!" Ucap Atlas.

"Tapi mereka ada di sini!!" Ucap Bibi makin histeris.

"Bangun dulu! Lihat dulu, nggak ada siapa siapa disini!" Ucap Atlas meyakinkan.

Laki laki itu membimbing Butterfly untuk bangkit dari tempat persembunyiannya. Wanita itupun menurut sambil menahan takut. Bola matanya bergerak kesana kemari mencari cari dua pria yang tadi ia lihat.

"Nggak ada, kan?" Tanya Atlas.

"Tadi ada!!" Rengek Butterfly.

"Kamu mungkin cuma salah lihat," ucap pria itu sembari menggerakkan tangannya mengusap usap lembut pucuk kepala Butterfly. Wanita itu masih menangis. Ia terlihat tidak tenang.

"Udah, mending sekarang kita pulang dulu. Kondisi kamu belum memungkinkan untuk membuat laporan ke polisi. Dan mungkin orang orang yang kamu lihat itu sedang menyebar untuk mencari kamu," ucap Atlas.

Bibi tak menjawab.

"Lebih baik sekarang kita pulang. Kita tenangkan diri kamu dulu, ya...." Ajak pria itu.

Bibi tak menjawab. Ia hanya mengangguk. Mungkin benar, keluar rumah untuk saat ini bukanlah pilihan yang tepat untuknya.

Terpopuler

Comments

Afri

Afri

alasan aja tu. . klu lapor si king jg ketangkap .. kan satu gerombolan SM matt

2024-02-05

4

Erlangga❤

Erlangga❤

gak beres nih king atlas..keliatan aja cuma bibi gak sadar

2023-11-23

2

Viena Alfiatur Rohman

Viena Alfiatur Rohman

Gak dapet di percaya ini king atlas.. Masak cuma gitu doang udah balik gak jadi lapor polisi

2023-11-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!